Trump Pertimbangkan Batalkan Normalisasi Hubungan AS-Kuba

Rabu, 31 Mei 2017 - 09:33 WIB
Trump Pertimbangkan Batalkan Normalisasi Hubungan AS-Kuba
Trump Pertimbangkan Batalkan Normalisasi Hubungan AS-Kuba
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, diperkirakan akan membatalkan normalisasi hubungan dengan Kuba yang dilakukan oleh pendahulunya, Barack Obama. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang pejabat pemerintah AS yang terlibat dalam peninjauan kembali kebijakan AS saat ini terhadap negara kepulauan yang dikelola komunis itu.

Pejabat resmi dan pejabat pemerintah lainnya serta para ahli Kuba lainnya memperkirakan bahwa pada awal Juni, Trump akan mengumumkan bahwa AS tidak akan lagi membuat konsesi sepihak ke Kuba, sebagaimana kritikan yang dilontarkan kritikus kepada Obama seperti dikutip dari CNN, Rabu (31/5/2017).

Trump diharapkan juga akan menuntut pelarian AS diekstradisi. Trump juga dipercayai akan melarang perusahaan AS melakukan kesepakatan dengan militer Kuba, yang mengendalikan sebagian besar industri pariwisata yang dikelola negara.

Trump tidak diharapkan untuk menghapus semua perubahan yang dilakukan Obama. Kebijakan Obama terhadap Kuba dilihat sebagai penurunan ketegangan antara AS dan Kuba yang paling signifikan sejak revolusi yang dipimpin Fidel Castro pada 1953.

Namun, mantan pejabat AS mengatakan, saat ini Trump ingin membuat isyarat simbolis yang akan memenuhi janji kampanyenya kepada pemilih Kuba-Amerika yang konservatif dan anggota Kongres anti-Castro tanpa menutup pintu pasar yang muncul di Kuba untuk bisnis AS.

"Saya yakin 1.000 persen presiden akan menyampaikan komitmennya. Saya tidak ragu bahwa Anda akan melihat secara singkat kebijakan yang berbeda," kata Mario Diaz-Balart, yang telah melobi Gedung Putih untuk membalikkan kebijakan Obama, mengatakan kepada National Journal pada bulan Mei.

Sebelum mencalonkan diri sebagai presiden, Trump telah menjajaki kemungkinan membuka hotel di Kuba. Namun, pada saat kampanye ia mengambil garis yang jauh lebih sulit, mengancam untuk memutuskan hubungan diplomatik kecuali jika pemerintah Kuba membuat konsesi mengenai hak asasi manusia dan kebebasan beragama.

Pejabat AS mengatakan bahwa pemerintah masih melihat kontrol yang lebih ketat terhadap orang-orang AS yang mengunjungi pulau tersebut. Ada kemungkinan akan menghidupkan kembali larangan terhadap wisatawan AS membawa pulang cerutu dan rum Kuba, yang diangkat oleh Obama.

Sementara AS melarang pariwisata ke Kuba, Departemen Keuangan AS saat ini mengizinkan pelancong untuk "memberi lisensi sendiri" di bawah 12 kategori perjalanan yang berbeda, seperti tur pendidikan dan berpartisipasi dalam acara olahraga. Namun sumber tersebut mengatakan bahwa Trump bisa mengakhiri praktik tersebut, yang telah menciptakan celah yang memungkinkan hampir semua orang melakukan perjalanan ke pulau tersebut secara legal.

Memperketat kategori tersebut kemungkinan akan memengaruhi pendapatan perusahaan penerbangan dan pelayaran AS yang mulai melayani Kuba pada 2016 dan menentang sentimen sanksi anti-perjalanan yang meningkat.

Pada bulan Mei, 55 senator AS mengatakan bahwa mereka mendukung sebuah undang-undang untuk membatalkan larangan bepergian sama sekali.

Trump juga bisa membatalkan Kebijakan Presiden Barack Obama, yang menetapkan parameter umum untuk AS mengenai kebijakan hubungan dengan Kuba. Namun sumber mengatakan bahwa tindakan semacam itu sebagian besar bersifat kosmetik dan tidak akan berdampak banyak.

"Fokus kebijakan Trump yang dirubah akan menjadi prioritas tinggi untuk memastikan bahwa Kuba membuat kemajuan substantif lebih jauh untuk menghormati hak asasi manusia di negaranya," kata Asisten Sekretaris Francisco Palmieri, diplomat tinggi Departemen Luar Negeri untuk Belahan Barat pada awal bulan ini.

Terkait hal ini, pejabat Kuba menahan diri untuk memberikan komentar secara langsung.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3957 seconds (0.1#10.140)