Para Teroris di Marawi Masih Remaja yang Diimingi Surga

Senin, 29 Mei 2017 - 09:51 WIB
Para Teroris di Marawi Masih Remaja yang Diimingi Surga
Para Teroris di Marawi Masih Remaja yang Diimingi Surga
A A A
ILIGAN - Para pengungsi yang berhasil dievakuasi dari Marawi, Filipina selatan, menceritakan sepak terjang para milisi Maute yang mereka sebut sebagai teroris. Para milisi itu masih remaja yang angkat senjata melawan tentara Filipina karena diimingi “surga” oleh para milisi senior.

Para pengungsi itu dievakuasi setelah tentara Filipina mengepung Kota Marawi sebagai pelaksanaan darurat militer selama 60 hari yang diumumkan Presiden Rodrigo Duterte. Ribuan penduduk di kota itu telah melarikan diri setelah para milisi Maute menyerbu Marawi dan mulai membunuh para warga sipil.

Menurut seorang pengungsi, salah satu milisi termuda kelompok Maute—sayap ISIS di Filipina—diperkirakan baru berusia 13 tahun. Pertempuran mematikan itu pun seperti adegan main-main yang dijalani para remaja.

”Mereka baru saja keluar dari (masa) remajanya. Dan mereka menerima perintah dari pria di awal hingga pertengahan 20-an tahun,” kata Norma, seorang pegawai pemerintah Maranao, Filipina, yang berusia 50-an tahun.

”Itulah sebabnya saya sering membicarakannya dengan orak (anak laki-laki) saat saya berbicara dengan keluarga saya dan saya keluar dari Marawi sehari setelah pengepungan dimulai,” ujar Norma.

Otoritas Mindanao melaporkan bahwa 42.142 orang telah meninggalkan rumah mereka di Marawi pada hari Sabtu.

Sekitar 30.600 orang berada di pusat evakuasi, sementara 11.500 lainnya mencari perlindungan dengan keluarga di luar Marawi.

Sekitar 2.200 dilaporkan terdampar di kota tersebut, di mana pertempuran antara pasukan pemerintah Filipina dan teroris yang terkait dengan kelompok Islamic State atau ISIS masih terjadi.

Norma mengatakan, pada puncak pengepungan, sekelompok anak laki-laki membawa bendera hitam khas kelompok ISIS menjarah sebuah toko.

Norma melanjutkan, ketika anak-anak muda bersenjata mengambil barang-barang, para pria yang lebih tua duduk dengan malas di bangku dan sofa sambil menenggak minuman dingin dan melakukan percakapan.

Dia mengatakan, beberapa anak laki-laki lain menertawakannya saat dia merunduk karena mendengar tembakan yang jauh ketika dia dan keluarganya meminta untuk keluar dari kota Marawi dengan aman.

”Sepertinya mereka hanya bermain,” ujar Norma.

Faridah, pengungsi lain, masih ingat percakapan dengan anak laki-laki di Kota Butig. Dia mengaku mencoba untuk melarang anak-anak remaja itu bergabung dengan para teroris. “Namun (mereka) diberi tahu; ‘bergabung dengan jihad adalah cara kami menempuh jalan pintas ke surga’,” ujar Faridah menirukan ucapan anak-anak remaja yang telah didoktrin para milisi dewasa.

”Saya benar-benar bertanya-tanya apakah mereka menyadari implikasi dari apa yang mereka lakukan,” kata Faridah. ”Keberanian dan keberanian yang melekat pada pemuda dieksploitasi untuk memajukan tujuan yang tidak dapat dipahami oleh anak laki-laki ini,” imbuh dia, seperti dikutip Inquirer, Senin (29/5/2017).

Marawi menjadi medan tempur kelompok Maute dan tentara Filipina sejak Selasa lalu. Kota itu diserbu para milisi Maute setelah tempat persembunyian pemimpin mereka, Isnilon Hapilon, diserang pasukan Filipina. Hapilon sebelumnya adalah salah satu pemimpin Abu Sayyaf yang telah bersumpah setia kepada ISIS.

Para milisi Maute tak sepenuhnya warga Filipina. Menurut militer Filipina, para milisi asing, termasuk yang berasal dari Indonesia dan Malaysia bergabung dengan kelompok itu untuk menyerbu Marawi. Salah satu milisi asal Indonesia diklaim milliter Filipina telah tewas dalam pertempuran.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3284 seconds (0.1#10.140)