Dianggap Sebarkan Berita Palsu, Arab Saudi Blokir Al Jazeera

Kamis, 25 Mei 2017 - 02:52 WIB
Dianggap Sebarkan Berita Palsu, Arab Saudi Blokir Al Jazeera
Dianggap Sebarkan Berita Palsu, Arab Saudi Blokir Al Jazeera
A A A
RIYADH - Situs berita internasional Al Jazeera tidak dapat diakses di Arab Saudi. Al Jazeera telah membenarkan jika mereka telah diblokir, namun tidak memberikan keterangan lebih lanjut.

Saluran televisi milik Saudi, Al Arabiya mengatakan, pesaingnya itu telah dilarang setelah penguasa Qatar dilaporkan menggambarkan Iran sebagai "kekuatan Islam" dan mengkritik kebijakan Presiden Trump terhadap Teheran seperti dikutip dari CNN, Kamis (25/5/2017).

Arab Saudi dan Iran adalah saingan berat, dan proxy mereka bertarung di sisi yang berlawanan dalam perang di Suriah dan Yaman. Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran tahun lalu.

"Tidak ada kebijaksanaan dalam menyembunyikan permusuhan terhadap Iran," kata Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani seperti dikutip dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh kantor berita resmi Qatar.

Namun Qatar mengatakan bahwa kantor berita tersebut telah diretas, dan bahwa laporan yang mengutip emir itu sengaja dibuat. Kementerian komunikasi negara tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah memulai penyelidikan dan pihak berwenang akan meminta pertanggungjawaban tersebut.

Situs web Qatar News Agency dalam bahasa Inggris dan Arab juga tidak dapat diakses pada hari Rabu.

Sedangkan regulator media di Arab Saudi dan UEA tidak menanggapi permintaan komentar.

Perselisihan antara Qatar dan tetangganya terjadi hanya beberapa hari setelah kunjungan Trump ke Arab Saudi. Trump sangat kritis terhadap Iran saat berpidato di Riyadh. Dia menyalahkan Republik Islam tersebut untuk pelatihan teroris dan milisi

Trump juga mengatakan bahwa Iran bertanggung jawab untuk menyebarkan kehancuran dan kecauan di seluruh wilayah Timur Tengah. Ia juga menandatangani kesepakatan senjata besar dengan Arab Saudi.

Laporan kantor berita Qatar yang juga disengketakan karena menggambarkan Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS. dan Uni Eropa, sebagai perwakilan resmi orang-orang Palestina, menurut media Arab.

Qatar telah menjadi tuan rumah beberapa tokoh senior Hamas, termasuk Khaled Meshaal, yang merupakan pemimpin kelompok tersebut hingga awal bulan ini.

Hubungan antara Qatar dan negara-negara Teluk lainnya menjadi dingin pada tahun 2014 atas kebijakan luar negeri Qatar dan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi politik dan sosial yang menyerukan masyarakat berdasarkan hukum Islam.

Qatar memberi perlindungan kepada pemimpin Ikhwanul Muslimin yang melarikan diri dari Mesir pada tahun 2013 setelah Mohamed Morsi, anggota Ikhwan, digulingkan sebagai presiden.

Pemerintah Mesir pernah mencabut izin penyiaran Al Jazeera di tahun 2011 di tengah kerusuhan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5214 seconds (0.1#10.140)