Pertama dalam Sejarah, Seekor Rusa Makan Jasad Manusia

Kamis, 11 Mei 2017 - 08:14 WIB
Pertama dalam Sejarah, Seekor Rusa Makan Jasad Manusia
Pertama dalam Sejarah, Seekor Rusa Makan Jasad Manusia
A A A
TEXAS - Seekor rusa untuk pertama kalinya dalam sejarah diketahui memakan sisa-sisa jasad manusia. Padahal, satwa ini tergolong herbivora atau pemakan tumbuhan.

Pemandangan langka ini ditemukan para ilmuwan di sebuah hutan di Texas, Amerika Serikat (AS). Rusa tersebut tepergok mengunyah tulang rusuk dari sisa-sisa jasad manusia seperti mengunyah cerutu.

Para ilmuwan Fasilitas Penelitian Antropologi Forensik dari Texas State University mengabadikan perilaku rusa itu dalam berbagai foto.

Sisa-sisa jasad manusia ditinggalkan di lokasi hutan seluas 26 hektare, yang dikenal sebagai “body farm”, sebagai bagian dari sebuah studi untuk melihat bagaimana tubuh manusia terurai di alam liar—termasuk bagaimana hewan berinteraksi dengannya.

Hewan lain, termasuk rubah dan burung pemakan bangkai, sering terlihat mengemil sisa-sisa jasad manusia yang telah membusuk itu. Tapi, untuk pertama kalinya seekor rusa yang selama ini menyantap dedaunan, terlihat ikut memakan sisa-sisa jasad manusia.

Rusa berekor putih itu tampak mengunyah satu tulang rusuk jasad manusia setelah ditinggalkan di alam liar selama 182 hari.

Ilmuwan Texas State University menulis dalam sebuah makalah bahwa rusa itu menggerogoti jasad manusia. “Membentang dari sisi mulut seperti cerutu,” tulis para ilmuwan.

Mereka percaya bahwa satwa yang sejatinya tergolong herbivora itu mengunyah tulang manusia untuk mengambil sumsum, sumber nutrisi yang kaya.

Area “body farm” merupakan situs penelitian yang tak ternilai yang kerjakan oleh agen penegak hukum dan ilmuwan forensik. Tujuannya, untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana mayat manusia terurai saat dibiarkan membusuk.

Lauren Meckel dari Texas State University menjelaskan kepada Quartz bagaimana penemuan baru-baru ini dapat membantu detektif di masa depan.

“Penegak hukum mungkin ingin tahu, apakah ini akan menjadi trauma yang terjadi pada (tubuh) saat kematian, dan kita dapat mengatakan, 'tidak, tidak’,” katanya, yang dilansir IB Times, Kamis (11/5/2017).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3564 seconds (0.1#10.140)