Resmi Diperiksa Jaksa, Park Siap Kooperatif

Rabu, 22 Maret 2017 - 22:24 WIB
Resmi Diperiksa Jaksa, Park Siap Kooperatif
Resmi Diperiksa Jaksa, Park Siap Kooperatif
A A A
SEOUL - Mantan Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-hye kemarin menjalani proses pemeriksaan oleh jaksa penuntut atas skandal korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Itu setelah selama beberapa bulan Park menggunakan hak imunitasnya untuk menghindari penyidikan jaksa.

Presiden perempuan pertama itu dimakzulkan oleh parlemen Desember lalu. Pemakzulan itu dikuatkan oleh Mahkamah Konstitusi awal bulan ini dan mengakhiri karier politik Park.

“Saya akan menjalani penyelidikan dengan jujur,” kata Park saat tiba di kantor jaksa penuntut umum di Seoul kemarin. “Saya akan bekerja sama selama proses penyidikan,” imbuhnya.

Itu merupakan komentar pertama Park setelah proses pemakzulan oleh parlemen disetujui oleh Mahkamah Konstitusi awal bulan ini. Sebagai warga biasa, kedatangan Park dikawal polisi. Dia disambut ratusan pendukungnya yang membawa poster dan mengibarkan bendera Korsel di kantor jaksa. Beberapa pendukung Park bahkan ada yang berbaring di jalanan untuk memblokade konvoi Park ke kantor jaksa penuntut.

Namun, aparat keamanan dengan sigap mengamankan para pendukung Park. Park menghadapi dua jaksa penuntut dan seorang penyidik. Dia ditemani dua pengacara dan mendapatkan penyambutan berupa the panas pada sesi pertama interogasi. Salah satu pengacara yang mendampinginya adalah Yoo Yeong-ha yang dikenal sebagai “rompi antipeluru” Park karena membelanya sejak skandal korupsi itu mencuat Oktober lalu.

Namun, selama proses interogasi itu Park tidak boleh diintervensi pengacara. Dia hanya diperbolehkan berkonsultasi selama istirahat. Mantan presiden berusia 65 tahun itu dilaporkan menolak ke toilet untuk bisa berkonsultasi dengan kuasa hukumnya. Dia membawa makan siang berupa nasi gulung rumput laut dan roti berlapis sayur yang dibawa seorang pengawalnya.

Selama proses penyidikan, Park menolak untuk direkam dengan kamera. “Dia (Park) bekerja sama dengan penyidik,” ungkap seorang penyidik yang tidak disebutkan namanya. Setelah diinterogasi selama lima jam, seorang penyidik menolak memberikan pernyataan tentang berapa pertanyaan yang diberikan dan bagaimana jawaban Park. Dia mengatakan Park akan kembali ke rumah setelah interogasi selesai.

Para penyidik menyebut Park sebagai “Ibu Presiden”. Namun dalam transkrip, Park disebut sebagai “tersangka”. Jaksa penuntut umum belum mengumumkan secara resmi apakah Park telah dinyatakan sebagai tersangka. Jika dinyatakan sebagai tersangka, dia bisa menghadapi ancaman vonis hakim selama 10 tahun.

Interogasi penyidik menjadi langkah penting dalam proses peradilan di Korsel sebelum tersangka ditetapkan. Sebenarnya jaksa penuntut bisa saja menahan Park, tetapi sepertinya Park akan diizinkan pulang ke rumah setelah penyelidikan selesai. Menurut salah satu jaksa penuntut, Park akan dipanggil kembali.

Mereka juga sedang mempertimbangkan apakah Park akan masuk dalam tersangka sehingga bisa ditahan pada proses pemeriksaan berikutnya. Penyidikan itu dilaksanakan selama beberapa jam, dan biasanya berlangsung hingga tengah malam. “Interogasi diperkirakan hingga tengah malam,” kata Sohn Bum-kyu, salah satu pengacara Park.

Kesehatan Park, ujar dia, tidak cukup bagus. “Park mendapatkan pemeriksaan medis saat pemeriksaan berlangsung,” katanya. Namun, pejabat penyidikan mengatakan pihaknya tidak menerima catatan medis mengenai kesehatannya.

Park menghadapi serangkaian dakwaan dari penyalahgunaan kekuasaan hingga penyuapan. Dia merupakan presiden keempat Korsel yang menjalani penyelidikan hukum atau dipenjara karena skandal korupsi. Dua pemimpin Korsel yang didukung militer pada 1980-an dan 1990- an yakni Chun Doo-hwan dan Roh Tae-woo pernah menjalani hukuman karena skandal penyuapan setelah mereka mundur. Roh Moo-hyun, yang menjabat sejak 2003-2008, tewas bunuh diri setelah melompat dari bukit saat sedang menjalani proses penyelidikan kasus korupsi pada 2009.

Sementara Park disebut terlibat dalam skandal yang juga menyeret Choi Soon-sil. Choi dituduh menggunakan kedekatannya dengan Park untuk memaksa para konglomerat mendonasikan uang kepada lembaga yayasan nirlaba yang ternyata digunakan untuk keuntungan pribadi.

Park dituduh memanfaatkan jabatannya sebagai alat untuk menekan konglomerat Korsel agar memperkaya Choi. Selain itu, Park juga membiarkan Choi yang tidak memiliki jabatan pemerintahan mengatur hubungan kenegaraan, termasuk menominasikan pejabat tinggi dan diplomat.

Parahnya, Park memaksa kepada penasihatnya agar melarang ribuan artis yang kerap menyuarakan kritik kepadanya. Mantan presiden berulang kali membantah pelanggaran hukum. Dia menyalahkan Choi yang menyalahgunakan persahabatannya. Choi sendiri menjalani persidangan di pengadilan distrik Seoul yang berjarak beberapa ratus meter dari kantor jaksa.

Oposisi Semakin Bersinar

Skandal Park mengakibatkan partai berkuasa konservatif mengalami penurunan popularitas. Politikusoposisiliberal, MoonJaein, memimpin jajak pendapat dan diperkirakanakanmemenangkan pemilu presiden yang dipercepat pada 9 Mei mendatang. Juru bicara Moon, Park Kwang-on, mengungkapkan proses untuk membongkar kebenaran akan membantu proses penyembuhan perpecahan.

“Kita ingin mantan presiden Park untuk menceritakan kebenaran dan meminta untuk meminta maaf. Semua orang setara di depan hukum,” kata Park Kwang-on. Dia mengatakan, mencari kebenaran merupakan langkah awal untuk mempersatukan rakyat.

Moon Jae-in, calon suksesor paling populer yang kalah pada Pilpres 2012, mengatakan fenomena ini menunjukkan kekuasaan sebenarnya ada di tangan rakyat. Dia berharap rakyat Korsel terus bersatu. Pejabat dari partai yang mengusung Park menyarankan jaksa penuntut agar tidak mempermainkan opini publik untuk menemukan kebenaran.

“Semua orang, termasuk saya, merasa sedih dan stres,” kata Chung Woo-taik, pejabat partai berkuasa. Sementara itu, Park merupakan presiden perempuan pertama Korsel itu disebut Forbes sebagai orang paling berpengaruh di dunia dengan peringkat ke-43 dan perempuan berpengaruh pada peringkat 11 pada 2015 lalu.

Park bukan orang baru penghuni Blue House, istana kepresidenan Korsel. Dia adalah putri mantan presiden Park Chung-hee yang memimpin Korsel selama dua dekade lamanya. Park Chung-hee dikenal sebagai diktator yang kejam selama berkuasa. Saat usia 22 tahun, Park sudah menggantikan posisi ibunya sebagai ibu negara.

Ibunya Park meninggal ditembak oleh pasukan rahasia Korut pada 1974. Hingga kini belum pernah menikah, dan tidak memiliki keluarga yang mendukung Park. Saat awal memimpin, Park menggelorakan ‘era baru penuh harapan’ dengan memprioritaskan empat hal dalam kepemimpinannya.

Kebangkitan ekonomi, kebahagiaan masyarakat, pencerahan budaya, dan meletakkan fondasi untuk unifikasi yang damai. Banyak analis memprediksi karier politik akan hancur karena skandal korupsi bersama sahabat pribadinya. Sikap tidak langsung mengundurkan diri karena terjebak dalam skandal itu juga dikecam warga Korsel.

Sebelumnya dikabarkan, jika dimakzulkan, dia akan segera pulang menuju rumah pribadinya di Samseong-dong, Seoul. Kepulangan tak menyenangkan ini akan menjadi yang kedua. Sebagai anak presiden Park Chun-hee (1917-1979) yang menggenggam kekuasaan melalui kudeta, dia menghabiskan masa kecilnya sebagai “putri” di kediaman presiden. Namun, tragedi buruk mulai menimpanya setelah ibunya, Yuk Youngsoo, dibunuh pada 1974.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4984 seconds (0.1#10.140)