Amnesty Internasional: Assad Harus Akui Terjadinya Eksekusi Massal

DAMASKUS - Amnesty Internasional (AI) menyatakan, Presiden Suriah Bashar al-Assad harus mengakui adanya eksekusi massal yang terjadi di penjara Seydnaya. Menurut laporan AI, setidaknya 13 ribu orang dieksekusi di penjara tersebut dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Desakan AI ini terkait dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Assad saat sedang melakukan wawancara dengan Yahoo News. Dalam wawancara itu Assad membantah adanya eksekusi, tapi di satu sisi dia juga menyebut sudah lama tidak mengumjungi dan memantau kegiatan di penjara Seydnaya.
"Dalam wawancara itu Presiden Bashar al-Assad berulang kali mencoba untuk mendiskreditkan temuan Amnesty International. Namun, ia mengakui ia belum mengunjungi Seydnaya dan tidak memberikan sedikit pun informasi tentang situasi sebenarnya di sana," kata Direktur Advokasi AI untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Philip Luther.
"Dia mengakui ada eksekusi berlangsung di Suriah, tetapi gagal untuk memberikan rincian apapun tentang jumlah yang dilakukan di Seydnaya atau di mana pun di negeri tersebut," sambungnya, seperti dilansir Al Arabiya pada Minggu (12/2).
Dia kemudian mengatakan, jika Assad ingin dunia percaya tidak ada eksekusi masal di penjara tersebut, atau di tempat lain di Suriah. Maka Assad harus mengizinkan pemantau internasional untuk masuk ke fasilitas-fasilitas itu.
"Jika dia tidak menyembunyikan sesuati, dia harus segera memberikan akses bagi pemantau internasional ke penjara Seydnaya dan semua tempat penahanan lainnya di Suriah. Dia juga harus mengungkapkan kebenaran tentang jumlah eksekusi berlangsung. Rusia, yang juga secara terbuka menolak temuan laporan harus menggunakan pengaruhnya terhadap pemerintah Suriah untuk membuat hal ini terjadi," tukasnya.