Gedung Putih: AS Tak Kirim Delegasi ke Pemakaman Fidel Castro

Rabu, 30 November 2016 - 06:04 WIB
Gedung Putih: AS Tak Kirim Delegasi ke Pemakaman Fidel Castro
Gedung Putih: AS Tak Kirim Delegasi ke Pemakaman Fidel Castro
A A A
WASHINGTON - Gedung Putih memastikan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan mengirim delegasi presiden ke Kuba untuk menghadiri pemakaman mantan pemimpin komunis Fidel Castro. Padahal, AS dan Kuba telah sepakat berekonsiliasi setelah puluhan tahun bermusuhan.

Pulihnya hubungan AS dan Kuba tak lepas dari peran Ben Rhodes, seorang pembantu Presiden Barack Obama yang melakukan perundingan rahasia selama 18 bulan. Meski tidak mengirim delegasi resmi ke pemamakan Castro, AS memiliki diplomat senior Jeffrey DeLaurentis yang saat ini bertugas di Havana.

Nasib pemulihan hubungan AS dan Kuba telah berada di ujung tanduk setelah presiden terpilih Donald Trump mengancam akan mengakhiri hubungan kedua negara kecuali Kuba menawarkan kesepakatan yang lebih baik kepada AS.

”Ada banyak aspek dari hubungan AS- Kuba yang ditandai dengan banyak konflik dan gejolak, tidak hanya selama rezim Castro,” kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest, mengutip kekhawatiran AS tentang pelanggaran HAM di Kuba.

Earnest juga menonjolkan peran positif Rhodes—wakil penasihat keamanan nasional presiden Obama—yang sudah dijadwalkan berada di Havana untuk melakukan pertemuan penting. “Memainkan peran utama dalam melakukan normalisasi kebijakan dengan Kuba,” ujar Earnest, yang menegaskan kunjungan Rhodes bukan untuk misi menghadiri pemakaman Castro.

Keputusan rezim Obama untuk tidak mengirim delegasi ke pemakaman Castro diduga sebagai taktik untuk menghindari kritik dari lawan politik Obama. Terlebih para politisi AS telah memperingatkan Obama untuk tidak menghadiri pemakaman pemimpin revolusioner Kuba itu.

”Mengingat sejarah jelek dari hubungan AS dengan Fidel Castro, tidak mengherankan bahwa Presiden Obama telah memutuskan untuk tidak mengirim delegasi,” kata Ted Piccone, seorang analis Amerika Latin di kelompok think tank Brookings Institution, seperti dikutip Reuters, Rabu (30/11/2016).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5733 seconds (0.1#10.140)