Kuba Kenang Castro di Lapangan Revolusi

Selasa, 29 November 2016 - 20:35 WIB
Kuba Kenang Castro di Lapangan Revolusi
Kuba Kenang Castro di Lapangan Revolusi
A A A
HAVANA - Warga Kuba memulai masa berkabung untuk mengenang mendiang pemimpin Fidel Castro dengan memadati Lapangan Revolusi kemarin. Masa berkabung di Kuba akan berlangsung selama sepekan penuh. Masa duka itu ditandai dengan penutupan klub-klub malam, menunda pertandingan bisbol, dan larangan minuman keras pada Minggu (27/11).

Castro meninggal dunia pada Jumat (25/11) lalu di usia 90 tahun, satu dekade setelah melepas jabatan pemerintahan karena kondisi kesehatan yang memburuk. Castro merupakan pemimpin gerilyawan komunis yang memimpin revolusi 1959 dan memimpin negara itu selama setengah abad.

Jenazah Castro dikremasi pada Sabtu (26/11) dan abunya akan dibawa dengan iring-iringan menuju tempat peristirahatan terakhir di Santiago de Cuba, kota di wilayah timur Kuba tempat dia meluncurkan gerakan revolusi. Pemerintah Kuba mengundang warga ke Lapangan Revolusi selama peringatan dua hari, dimulai pukul 09.00 pagi waktu setempat.

Warga dapat menyaksikan langsung guci yang menampung abu Castro untuk memberikan penghormatan terakhir pada sang pemimpin revolusi itu. Presiden Kuba Raul Castro dan pejabat pemerintah lainnya, para pemimpin militer dan Partai Komunis, meletakkan karangan bunga dekat monumen untuk pahlawan nasional Kuba, Jose Marti, diikuti barisan warga Kuba.

Peringatan di ibu kota itu akan berakhir pada Selasa (29/11) malam saat para pemimpin asing turut hadir memberikan penghormatan mereka pada sosok yang telah mendedikasikan hidupnya untuk memerangi kapitalis dan tekanan penjajah, beraliansi dengan Uni Soviet dan melawan sembilan presiden Amerika Serikat (AS) yang hendak menggulingkan atau menyudutkannya. Para pekerja tampak sibuk memasang speaker dan lampulampu di lapangan tersebut.

Foto raksasa Castro dibentangkan di atas gedung perpustakaan nasional. ”Siapa yang tidak terpengaruh oleh pria yang melakukan segalanya untuk kita? Dia seseorang yang memandu saya dan anak saya. Dia panutan saya,” ungkap Jose Luis Herrera, satu dari 12 orang kru yang memasang poster raksasa Castro tersebut.

Setelah prosesi di Lapangan Revolusi selama dua hari, iringiringan akan membawa abu Castro berkeliling Kuba di jalan sepanjang 1.200 kilometer, menuju kota Santiago de Cuba. Sembilan hari masa berkabung nasional itu akan berakhir saat abu kremasi diletakkan di tempat kelahiran gerakan revolusi Kuba pada 4 Desember.

Di sepanjang prosesi dan iring-iringan itu, para pengagum Castro akan mengenang seorang pria yang berani menghadapi dominasi AS di AmeriKa Latin, memberikan layanan kesehatan dan pendidikan untuk warga miskin, serta menginspirasi gerakansosialisdipenjurudunia.

Para wisatawan yang melintasi Lapangan Revolusi juga mengambil foto dan naik mobilmobil klasik AS dari era 1950-an yang masih banyak digunakan. ”Yang membuat saya terkesan adalah cinta rakyat Kuba padanya,” ujarMarthaPons, turis Meksiko yang datang ke Kuba untuk menonton konser Placido Domingopada Sabtu(26/11) lalu tapi konser itu ditunda karena Castro meninggal dunia. Warga Kuba menyatakan kesedihannya atas meninggalnya Castro. ”Ini kehilangan besar.

Hal paling penting adalah dia meninggal saat dia memilihnya. Tidak saat yang diinginkan semua musuh revolusi,” kata Carlos Manuel Obregon Rodriguez, 43, sopir taksi di Havana. ”Ini mungkin tidak menyakitkan bagi setiap orang, tapi menyakitkan bagi banyak orang. Saya lahir saat revolusi ini dan saya sangat mengagumi Fidel,” paparnya. Kelompok oposisi Ladies in White membatalkan unjuk rasa rutin pada Minggu (27/11) untuk menunjukkan rasa hormat pada warga yang sedang berduka.

”Kami tidak senang dengan kematian seorang pria, seorang manusia. Kami bahagia dengan meninggalnya diktator,” kata pemimpin Ladies in White Berta Soler pada kantor berita AFP. Castro telah menyerahkan kepemimpinan Kuba pada adik kandungnya, Raul Castro, pada Juli 2006. Raul pun memulai secara bertahap melakukan liberalisasi ekonomi dan memperkuat hubungan dengan mantan musuh-musuh lama Kuba.

Pengamat menilai, Castro selama hidup masih turut memengaruhi gaya pemerintahan Raul. ”Setelah Fidel Castro meninggal dunia, Raul mungkin akan mempercepat reformasi ekonomi,” papar Jorge Duany, pakar Kuba di Florida International University.

Pasca-wafatnya pemimpin revolusi Kuba Fidel Castro, Sabtu (26/11), tanda tanya besar menyelimuti negara tersebut. Namun, sebagian besar warga optimistis, Raul, adik Castro yang saat ini memimpin Kuba akan lebih bebas mendatangkan ”kebebasan” bagi masyarakat.

Masyarakat yakin akan terjadinya reformasi ekonomi. ”Fidel Castro menahan (ide Raul) dengan sistem komunisnya. Raul adalah tokoh reformasi Kuba, dia mengubah negaranya. Kematian kakaknya akan memberinya ruang untuk melakukan reformasi ekonomi,” Senior Director Cuba Working Group Alana Tummino, seperti dilansir NBC.

Sejak Castro menyerahkan tampuk kekuasaan kepada adiknya, 10 tahun lalu, Raul sudah melakukan sejumlah perubahan. Reformasi yang tidak pernah bisa dibayangkan akan terjadi saat Castro masih memimpin. Kesepakatan Raul dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada 2014 membuat dunia terkejut. Havana dan Washington setuju untuk memulihkan hubungan kerja sama diplomatik.

Kedua negara membuka kedutaan besar dan juga membuka jalur penerbangan. Rakyat Kuba larut dalam suka cita menyambut terobosan tersebut. Demikian juga dengan warga Kuba yang berimigrasi ke AS atau negara lain.

Hal itu dipandang positif sehingga warga Kuba tidak lagi terisolasi. Walaupun sudah memimpin pembaruan, Raul dinilai belum melakukan banyak hal untuk rakyat. Kini setelah sang kakak meninggal, Raul diyakini bisa melakukan banyak hal. ”Ekonomi adalah salah satu yang harus segera dibenahi,” imbuh Tummino.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5276 seconds (0.1#10.140)