Muslim Rohingya Tewas di Penjara selama Operasi Militer Myanmar

Jum'at, 28 Oktober 2016 - 17:53 WIB
Muslim Rohingya Tewas di Penjara selama Operasi Militer Myanmar
Muslim Rohingya Tewas di Penjara selama Operasi Militer Myanmar
A A A
YANGON - Myanmar membuka penyelidikan atas kematian seorang Muslim Rohingya berusia 60 tahun di dalam penjara selama operasi militer berlangsung. Pembukaan penyelidikan itu diumumkan kantor kepresiden Myanmar.

Sejak dipimpin Presiden Htin Kyaw, Myamar mulai membuka diri termasuk soal penyelidikan terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine.

Pada 9 Oktober 2016 lalu, pasukan keamanan Myanmar melakukan operasi di Rakhine utarasetelah terjadi serangan terkoordinasi terhadap tiga pos penjaga perbatasan. Serangan itu telah menewaskan sembilan polisi Myanmar.

Presiden Htin Kyaw merupakan presiden yang berasal dari kubu partai Aung San Suu Kyi yang memenangkan Pemilu tahun lalu. Kekerasan di Rakhine telah menjadi tantangan bagi kubu Suu Kyi yang sebelumnya bungkam atas kekerasan yang melanda kelompok minoritas di wilayah itu.

Pemerintah Myanmar mengatakan sekitar 400 militan Rohingya memiliki hubungan dengan kelompok “Islamis” di luar negeri. Para militan itu dianggap terlibat dalam serangan di tiga pos penjaga perbatasan yang disusul dengan bentrokan yang menewaskan lima tentara Myanmar.

Sebuah kelompok yang menamakan dirinya Mujahidi Al-Yakin telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Klaim itu muncul dalam video yang diunggah secara online oleh kelompok tersebut.

Para pejabat PBB juga sudah menekan Myanmar untuk mengizinkan bantuan dan pengamat ke daerah, di mana kelompok minoritas Rohingya mengalami tindakan kekerasan.

Pihak Kantor Presiden Htin Kyaw mengatakan melalui situs resminya yang dikutip Reuters, Jumat (28/10/2016), bahwa pemerintah telah membuka penyelidikan atas kematian seorang Muslim Rohingya bernama Khawrimular. Korban ditahan pada 14 Oktober karena dicurigai terlibat dalam serangan sebelumnya bersama dengan tiga putra dan dua saudaranya.

Namun, sumber di wilayah Maungdaw, Rakhine mengatakan kepada Reuters bahwa Khawrimular adalah seorang pemimpin masyarakat dan sebelumnya bekerja untuk organisasi bantuan internasional di daerah tersebut.

Tentara Myanmar diketahui menginterogasi Khawrimular dan menahannya di kantor polisi Kyeinchain, tempat di mana para tersangka ditahan. Penahanan itu dipublikasikan Global New Light of Myanmar, surat kabar yang dikelola negara Myanmar.

”Dalam perjalanan pulang, tersangka menyambar senjata api dari tentara. Personel yang bertanggung jawab berhasil melumpuhkan Khawrimular, tetapi dia kehilangan kesadaran sebagai dampaknya,” tulis surat kabar itu, yang menambahkan bahwa korban meninggal saat dalam perjalanan ke rumah sakit.

Pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 33 tersangka penyerang sejak 9 Oktober dan lebih dari 50 orang telah ditangkap. Setidaknya ada dua kematian lainnya di dalam tahanan yang telah dilaporkan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5468 seconds (0.1#10.140)