Hillary Dituduh Mencuri Furniture dari Departemen Luar Negeri

Rabu, 19 Oktober 2016 - 10:29 WIB
Hillary Dituduh Mencuri Furniture dari Departemen Luar Negeri
Hillary Dituduh Mencuri Furniture dari Departemen Luar Negeri
A A A
WASHINGTON - Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, diterpa isu tak sedap. Mantan Menteri Luar Negeri AS itu dituduh telah mencuri furniture milik Departeman Luar Negeri untuk menghiasi rumahnya di Washington.

Tuduhan itu datang dari seorang mantan agen Biro Keamanan Diplomatik yang menjabat sebagai bagian dari petugas keamanan sementara. Tuduhan itu bagian dari 100 halaman wawancara investigasi FBI terkait penggunaan server pribadi Hillary untuk dokumen rahasia.

"Pada awal masa Hillary sebagai menteri luar negeri, ia dan stafnya diketahui memindahkan lampu dan furniture dari Departemen Luar Negeri diangkut ke tempat tinggalnya di Washington DC," begitu pernyataan sang agen dalam berkas wawancara FBI seperti dikutip dari New York Post, Rabu (19/10/2016).

Agen tersebut juga mengaku tidak tahu apakah barang-barang tersebut telah dikembalikan atau tidak. Agen tersebut ditugaskan untuk Hillary pada tahun 2009, pada awal masa jabatannya, tapi tidak diketahui apakah ia tetap bertugas hingga Hillary menanggalkan jabatannya pada 2013.

Namun tudingan ini dibantah oleh Departemen Luar Negeri dan mengatakan bahwa tuduhan tersebut tidak benar. Departemen Luar Negeri AS mengatakan furniture tersebut telah dibayar oleh Hillary.

"Hillary tidak mencuri furnitur milik Departemen Luar Negeri atau pun properti pemerintah AS lainnya dari tempat itu. Hillary hanya membawa sejumlah barang-barang kecil milik pribadi, termasuk lampu, dari tempat tinggal pribadinya ke Departemen Luar Negeri saat ia menjadi Sekretaris dan ia mengambil barang-barang pribadi saat ia meninggalkannya," jelas juru bicara Departemen Luar Negeri AS Mark Toner.

"Inventarisasi kantor Sekretaris dilakukan ketika ia tiba di Departemen dan ketika ia pergi. Tidak ada properti Departemen Luar Negeri atau pemerintah AS yang hilang," sambungnya seperti dikutip dari Daily Mail.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3387 seconds (0.1#10.140)