Perkuat Sistem Apartheid, Israel Gunakan Pengenal Wajah AI
loading...
A
A
A
YERUSALEM - Israel menggunakan teknologi pengenalan wajah eksperimental untuk memperkuat apartheid digital terhadap warga Palestina . Hal itu diungkapkan kelompok HAM internasional, Amnesty International .
Laporan baru pengawas hak asasi manusia (HAM), Automated Apartheid, merinci bagaimana Israel menggunakan sistem eksperimental yang dikenal sebagai Red Wolf untuk melacak warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan dan membatasi pergerakan mereka.
Red Wolf dikerahkan di pos pemeriksaan tentara untuk memindai wajah warga Palestina dan menyimpan data mereka tanpa persetujuan.
“Otoritas Israel menggunakan alat pengawasan canggih untuk meningkatkan segregasi dan mengotomatiskan apartheid terhadap warga Palestina,” kata Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard.
"Di area H2 Hebron, kami mendokumentasikan bagaimana sistem pengenalan wajah baru yang disebut Red Wolf memperkuat pembatasan kejam terhadap kebebasan bergerak warga Palestina, menggunakan data biometrik yang diperoleh secara tidak sah untuk memantau dan mengontrol pergerakan warga Palestina di sekitar kota," ungkapnya seperti dikutip dari New Arab, Rabu (3/5/2023).
Area H2 Hebron, yang merupakan rumah bagi sekitar 33.000 warga Palestina dan 800 pemukim ilegal Israel, berada di bawah kendali langsung otoritas Israel. Warga Palestina di H2 dilarang menggunakan jalan yang khusus untuk pemukim Israel dan dipaksa untuk menggunakan pos pemeriksaan yang tidak diwajibkan oleh warga Israel.
Baca Juga: Pejuang Gaza Tembakkan Roket setelah Pemimpin Jihad Islam Meninggal di Penjara Israel
Menurut Amnesty, bukti menunjukkan bahwa sistem pengenalan wajah Red Wolf yang digunakan di pos pemeriksaan Hebron terkait dengan sistem pengawasan Wolf Pack dan Blue Wolf milik militer Israel.
Basis data Wolf Pack berisi data pribadi warga Palestina di wilayah pendudukan, termasuk alamat, detail keluarga, dan apakah mereka diinginkan untuk diinterogasi. Aplikasi Blue Wolf digunakan oleh pasukan pendudukan Israel untuk mengakses data dari Wolf Pack.
Menurut Amnesty, warga Palestina yang diproses melalui sistem Red Wolf memiliki data mereka dibandingkan dengan informasi yang disimpan di database Wolf Pack. Mereka yang ditandai atau tidak memiliki profil data sebelumnya di sistem dapat ditolak masuk atau ditahan. Entri data baru juga dibuat di pos pemeriksaan.
Laporan baru pengawas hak asasi manusia (HAM), Automated Apartheid, merinci bagaimana Israel menggunakan sistem eksperimental yang dikenal sebagai Red Wolf untuk melacak warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan dan membatasi pergerakan mereka.
Red Wolf dikerahkan di pos pemeriksaan tentara untuk memindai wajah warga Palestina dan menyimpan data mereka tanpa persetujuan.
“Otoritas Israel menggunakan alat pengawasan canggih untuk meningkatkan segregasi dan mengotomatiskan apartheid terhadap warga Palestina,” kata Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard.
"Di area H2 Hebron, kami mendokumentasikan bagaimana sistem pengenalan wajah baru yang disebut Red Wolf memperkuat pembatasan kejam terhadap kebebasan bergerak warga Palestina, menggunakan data biometrik yang diperoleh secara tidak sah untuk memantau dan mengontrol pergerakan warga Palestina di sekitar kota," ungkapnya seperti dikutip dari New Arab, Rabu (3/5/2023).
Area H2 Hebron, yang merupakan rumah bagi sekitar 33.000 warga Palestina dan 800 pemukim ilegal Israel, berada di bawah kendali langsung otoritas Israel. Warga Palestina di H2 dilarang menggunakan jalan yang khusus untuk pemukim Israel dan dipaksa untuk menggunakan pos pemeriksaan yang tidak diwajibkan oleh warga Israel.
Baca Juga: Pejuang Gaza Tembakkan Roket setelah Pemimpin Jihad Islam Meninggal di Penjara Israel
Menurut Amnesty, bukti menunjukkan bahwa sistem pengenalan wajah Red Wolf yang digunakan di pos pemeriksaan Hebron terkait dengan sistem pengawasan Wolf Pack dan Blue Wolf milik militer Israel.
Basis data Wolf Pack berisi data pribadi warga Palestina di wilayah pendudukan, termasuk alamat, detail keluarga, dan apakah mereka diinginkan untuk diinterogasi. Aplikasi Blue Wolf digunakan oleh pasukan pendudukan Israel untuk mengakses data dari Wolf Pack.
Menurut Amnesty, warga Palestina yang diproses melalui sistem Red Wolf memiliki data mereka dibandingkan dengan informasi yang disimpan di database Wolf Pack. Mereka yang ditandai atau tidak memiliki profil data sebelumnya di sistem dapat ditolak masuk atau ditahan. Entri data baru juga dibuat di pos pemeriksaan.