Klaim Cegah Radikalisasi, 1.773 Wanita Tajikistan Diminta Copot Jilbab

Kamis, 21 Januari 2016 - 15:32 WIB
Klaim Cegah Radikalisasi, 1.773 Wanita Tajikistan Diminta Copot Jilbab
Klaim Cegah Radikalisasi, 1.773 Wanita Tajikistan Diminta Copot Jilbab
A A A
DUSHANBE - Polisi di Tajikistan meminta sekitar 1.773 wanita dan anak gadis mencopot jilbab serta meminta hampir 13 ribu pria mencukur janggut. Hal itu diklaim untuk mencegah radikalisasi akibat pengaruh asing.

Lebih dari 160 toko yang menjual pakaian Muslim juga telah ditutup. Tindakan polisi di negara pecahan Uni Soviet dilakukan sejak 2015 lalu.
Pihak berwenang di Tajikistan menyatakan janggut pria diminta dicukur karena “terlalu panjang dan berantakan".


Kepala Kepolisian Wilayah Khathlon Barat Daya, Bahrom Sharifzada, mengatakan kepada wartawan bahwa sebanyak 1.773 anak perempuan dan perempuan dewasa yakin untuk mencopot penutup kepala mereka pada tahun 2015.


Sharifzada juga menunjukkan foto-foto seorang pria sebelum dan sesudah janggutnya dicukur. Hal itu, kata dia, untuk menunjukkan penegakan hukum. Menurut laporan Radio Free Europe, Kamis (21/1/2016) mengutip pernyataan Sharifzada, mencukur janggut hingga bersih merupakan perintah.

Laporan juga menyebut bahwa polisi telah menyita 89 jilbab yang dikenakan perempuan pekerja seks komersial (PSK) selama tahun 2015. Negara Tajikistan sejatinya berpenduduk mayoritas Muslim, namun pemerintahannya menganut sistem sekuler.

Pemerintah Tajikistan telah meningkatkan upaya untuk mencegah segala bentuk ekstremisme agama yang dikhawatirkan merupakan pelarian dari negara tetangganya, Afghanistan.

Laporan itu muncul seminggu setelah Pemerintah Tajikistan yang dipimpin oleh Presiden Emomali Rahmon menindak warga yang memakai nama asing khas Arab.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3663 seconds (0.1#10.140)