Tragedi Mina, Babak Baru Seteru Iran dan Saudi

Senin, 28 September 2015 - 10:34 WIB
Tragedi Mina, Babak Baru Seteru Iran dan Saudi
Tragedi Mina, Babak Baru Seteru Iran dan Saudi
A A A
MINA - Tragedi di Mina, Arab Saudi, yang menewaskan sekitar 769 jamaah haji (data sementara Saudi) saat momen melempar jumrah berlangsung menjadi pemicu babak baru perseteruan Arab Saudi dan Iran.

Kedua negara ini sebelumnya berseteru setelah Saudi memimpin koalisi Teluk membombardir Yaman dengan dalih memerangi pemberontak Houthi. Dalam tragedi Mina, Iran mengklaim jamaah hajinya menjadi korban tewas terbanyak, yakni sekitar 144 jiwa. Tapi Iran percaya korban tewas dalam musibah itu lebih dari 1.000 jiwa.

Iran terus menyalahkan Saudi dalam tragedi itu dengan beragam tuduhan. Di antaranya, penyebab tragedi karena konvoi putra Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz yang membuat dua jalur di Mina ditutup. Iran juga menuduh Pemerintah Saudi lalai sehingga banyak korban meninggal. Saudi telah membantah tuduhan Iran itu, dengan dalih tragedi itu sebagai takdir Tuhan.

Tapi kejengkelan Iran pada Saudi belum berhenti. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menunutut Saudi meminta maaf pada umat Islam.

”Masalah ini tidak akan dilupakan dan semua bangsa serius akan mengikutinya, dan Saudi, justru menyalahkan itu ke orang lain. (Saudi) harus menerima tanggung jawab mereka dan meminta maaf kepada umat Islam dan keluarga yang ditinggalkan,” kata Khamenei dalam situs resminya.

”Dunia Muslim memiliki banyak pertanyaan dan kematian lebih dari 1.000 orang dalam insiden yang bukan masalah kecil ini. Oleh karena itu, dunia Islam harus memikirkan penawar untuk masalah ini,” lanjut Khamenei.

Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani, juga menuntut Saudi bertanggung jawab atas tragedi di Mina. ”Laporan menunjukkan bahwa Saudi bertanggung jawab atas insiden salah urus ini, dan kelalaian mereka,” kata Ali.

Sedangkan Presiden Iran, Hassan Rouhani saat berbicara di forum PBB menuntut penyelidikan atas tragedi di Mina. Dia menyebut tragedi itu sebagai “insiden menyayat hati”.

Saudi yang tersudut tak tinggal diam jadi bulan-bulanan Iran. Mufti Saudi, Sheikh Abdul Aziz bin Abdullah Al-Sheikh, membela Saudi dengan menyatakan bahwa Riyadh tak bisa disalahkan dalam tragedi tersebut.

”Adapun itu adalah hal-hal yang tidak dapat dikendalikan manusia, Anda tidak disalahkan untuk mereka. Nasib dan takdir yang tak terelakkan,” katanya kepada Menteri Dalam Negeri Saudi yang juga Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Nayef, dalam sebuah pertemuan hari Jumat pekan lalu.

Perang Media

Tak hanya pemerintah dua negara yang berseteru. “Perang media” antara Iran dan Saudi juga ikut meramaikan kegaduhan dalam tragedi di Mina.
Kantor berita Iran, Tasnim, misalnya menggambarkan Raja Salman dari Arab Saudi sebagai unta yang menginjak-injak para jamaah haji di bawah kukunya. Media lain, Kayhan, menunjukkan Raja Salman berjabat tangan dengan salah satu pilar yang jadi simbol iblis dalam ritual melontar jumrah.

Media Saudi, AsSharq al-Awsat, membalas dengan menyalahkan jamaah haji Iran sebagai biang tragedi. Menurut laporan media itu, sekitar 300 jamaah Iran berangkat terlalu dini atau tak sesuai jadawal sehingga menyebabkan tabrakan dengan jamaah haji lainnya.

Menteri Luar Negeri Saudi, Adel Al-Jubeir, dalam forum PBB menuduh Iran berusaha untuk mengeksploitasi tragedi Mina untuk tujuan politik.

”Ini bukan situasi yang dapat digunakan untuk bermain politik," katanya, seperti dikutip Reuters. "Saya berharap bahwa para pemimpin Iran akan lebih masuk akal dan lebih bijaksana berkaitan dengan orang-orang yang tewas dalam tragedi ini dan menunggu sampai penyelidikan kita ada hasilnya,” katanya lagi.

Dalam tragedi ini, komunitas Muslim Inggris ikut menuntut Saudi melakukan penyelidikan secara terbuka dan transparan. ”Jelas kami semua ingin jawaban. Kita semua perlu tahu mengapa hal ini terjadi. Hanya perlu analisis transparan, yang jelas tentang apa yang salah,” kata Khalid Anis, yang duduk di Dewan Islamic Society of Britain, kepada AP.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3532 seconds (0.1#10.140)