Pesawat Boeing E-7 Wedgetail, Calon Mata-mata Udara Andalan NATO
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pesawat Boeing E-7 Wedgetail merupakan armada yang akan beroperasi untuk Angkatan Udara Kerajaan Inggris atau Royal Air Force (RAF) tahun ini.
Menurut pihak Boeing, pesawat ini masuk dalam platform AEW&C (Airborne Early Warning and Control) paling ampuh, andal, dan canggih di dunia. Dengan klaim keandalan tersebut, Boeing E-7 Wedgetail menjadi calon mata-mata udara NATO untuk misi di berbagai wilayah di dunia.
Kementerian Pertahanan Inggris pada 2019 mengumumkan bahwa pesawat ini dipilih untuk memperkuat RAF.
Setahun setelahnya, perusahaan Leonardo dan Thales di Inggris didapuk untuk mengembangkan sistem bantuan pertahanan pesawat dan menambahkan teknologi canggih lainnya.
Bisa dimanfaatkan oleh NATO, Boeing E-7 memiliki kemampuan untuk melacak target udara dan maritim secara bersamaan.
Armada ini dilengkapi dengan sistem senjata canggih dalam pertempuran dan mampu mengawasi multi-domain yang kuat, dengan kemampuan manajemen pertempuran jaringan.
Boeing E-7 terbukti mampu berkomunikasi secara efektif dan bisa dimanfaatkan untuk mengambil keputusan dengan cepat guna mencapai tujuan misi.
Wedgetail sebelumnya sudah pernah digunakan oleh Angkatan Udara Australia dalam operasi melawan ISIS di Suriah dan Irak. Australia adalah negara pertama yang mengembangkan pesawat ini, untuk keperluan Angkatan Udara-nya.
Negara-negara lain, seperti Turki, Korea Selatan, dan Inggris, juga menggunakan dan mengembangkan pesawat ini sesuai dengan kebutuhannya.
Melansir Defense News, Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) berencana akan menggantikan Boeing E-3 Sentry dengan Boeing E-7 Wedgetail. Keputusan tersebut dilakukan setelah pemerintah melakukan riset pasar.
Hasil yang didapat adalah Boeing E-7 Wedgetail merupakan satu-satunya armada yang memenuhi seluruh persyaratan Departemen Pertahanan dalam manajemen pertempuran yang taktis dan baik dalam melakukan pelacakan target.
Di sisi lain, penggantian ini dilakukan karena usia Boeing E-3 Sentry juga sudah sangat tua, yakni sekitar 50 tahun.
Pada proyek penelitian, pengembangan, dan pengujian, pihak AS menganggarkan dana sebesar USD227 juta.
Selain itu, NATO dilaporkan akan mengakuisisi pesawat ini untuk program “eye in the sky” atau “mata di langit”. Rencana ini rupanya sudah didiskusikan, namun pihak NATO memang belum memutuskan tindakan apa yang selanjutnya akan diambil.
Menurut pihak Boeing, pesawat ini masuk dalam platform AEW&C (Airborne Early Warning and Control) paling ampuh, andal, dan canggih di dunia. Dengan klaim keandalan tersebut, Boeing E-7 Wedgetail menjadi calon mata-mata udara NATO untuk misi di berbagai wilayah di dunia.
Kementerian Pertahanan Inggris pada 2019 mengumumkan bahwa pesawat ini dipilih untuk memperkuat RAF.
Setahun setelahnya, perusahaan Leonardo dan Thales di Inggris didapuk untuk mengembangkan sistem bantuan pertahanan pesawat dan menambahkan teknologi canggih lainnya.
Bisa dimanfaatkan oleh NATO, Boeing E-7 memiliki kemampuan untuk melacak target udara dan maritim secara bersamaan.
Armada ini dilengkapi dengan sistem senjata canggih dalam pertempuran dan mampu mengawasi multi-domain yang kuat, dengan kemampuan manajemen pertempuran jaringan.
Boeing E-7 terbukti mampu berkomunikasi secara efektif dan bisa dimanfaatkan untuk mengambil keputusan dengan cepat guna mencapai tujuan misi.
Wedgetail sebelumnya sudah pernah digunakan oleh Angkatan Udara Australia dalam operasi melawan ISIS di Suriah dan Irak. Australia adalah negara pertama yang mengembangkan pesawat ini, untuk keperluan Angkatan Udara-nya.
Negara-negara lain, seperti Turki, Korea Selatan, dan Inggris, juga menggunakan dan mengembangkan pesawat ini sesuai dengan kebutuhannya.
Melansir Defense News, Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) berencana akan menggantikan Boeing E-3 Sentry dengan Boeing E-7 Wedgetail. Keputusan tersebut dilakukan setelah pemerintah melakukan riset pasar.
Hasil yang didapat adalah Boeing E-7 Wedgetail merupakan satu-satunya armada yang memenuhi seluruh persyaratan Departemen Pertahanan dalam manajemen pertempuran yang taktis dan baik dalam melakukan pelacakan target.
Di sisi lain, penggantian ini dilakukan karena usia Boeing E-3 Sentry juga sudah sangat tua, yakni sekitar 50 tahun.
Pada proyek penelitian, pengembangan, dan pengujian, pihak AS menganggarkan dana sebesar USD227 juta.
Selain itu, NATO dilaporkan akan mengakuisisi pesawat ini untuk program “eye in the sky” atau “mata di langit”. Rencana ini rupanya sudah didiskusikan, namun pihak NATO memang belum memutuskan tindakan apa yang selanjutnya akan diambil.
(min)