Para Istri Tentara Moskow Mengamuk, Ancam Cabik-cabik Komandan Perang Rusia
Jum'at, 11 November 2022 - 14:18 WIB
MOSKOW - Lebih dari selusin istri para tentara Moskow mengamuk di perbatasan Rusia-Ukraina di Belgorod, menuntut para komandan perang untuk mengembalikan suami mereka.
Jika menolak, para wanita tersebut mengancam akan mencabik-cabik mereka para komandan perang Rusia.
Menurut laporan media Rusia, para istri tentara melakukan perjalanan ke kota perbatasan Valuiki di Belgorod pada Rabu malam untuk membuat tuntutan mereka didengar.
Menurut para wanita, suami mereka sebelumnya dikerahkan ke desa Krasnorichenske ke arah Valuyki di Oblast Luhansk dan mendapat serangan artileri berat.
Korban selamat dari serangan balasan Ukraina dilaporkan mencoba mundur kembali ke daratan Rusia, membawa rekan-rekan mereka yang terluka di belakang.
Para istri yang muak memperingatkan jika para komandan militer menolak untuk mengambil suami mereka—yang masih hilang—mereka akan menyeberang ke medan perang untuk menyelamatkan suami mereka sendiri.
Video para wanita yang berkumpul di sekitar truk militer telah dibagikan oleh akun Telegram @Mobilisationnews pada Rabu.
“Saya siap untuk mencabik-cabik mereka. Mereka harus melakukan sesuatu, mereka harus membuat beberapa keputusan, mereka harus mengeluarkan mereka [para tentara] dari sana. Kami ingin mereka dibawa pergi dari sana, karena banyak yang terluka di sana,” kata salah seorang istri tentara.
Menurut seorang tentara Rusia; Aleksei Agafonov, unit 570 tentara yang dimobilisasi berada di bawah serangan balasan besar-besaran, dengan banyak yang terkoyak.
Menurutnya, hanya 130 yang selamat dari serangan itu.
“Saya melihat orang-orang dicabik-cabik di depan saya, sebagian besar unit kami hilang, hancur. Itu neraka,” katanya seperti dikutip The Guardian, Jumat (11/11/2022).
“Dan banyak yang selamat kehilangan akal setelah apa yang terjadi. Tidak ada yang mau kembali.”
Menurut militer Amerika Serikat, lebih dari 100.000 personel militer Rusia telah tewas atau terluka di Ukraina, dengan pasukan Kiev kemungkinan juga menderita korban pada level yang serupa.
“Anda melihat lebih dari 100.000 tentara Rusia tewas dan terluka,” kata Jenderal Mark Milley, Ketua Gabungan Kepala-Kepala Staf Militer AS, pada Rabu. “Hal yang sama mungkin di pihak Ukraina.”
Angka-angka yang diberikan oleh Milley—yang tidak dapat dikonfirmasi secara independen—adalah yang paling tepat hingga saat ini dari pemerintah Amerika Serikat setelah lebih dari delapan bulan perang.
Milley juga mengatakan ada peluang untuk pembicaraan tentang mengakhiri perang, dan bahwa kemenangan perang tidak mungkin bagi Rusia atau pun Ukraina.
“Harus ada pengakuan bersama bahwa kemenangan militer mungkin dalam arti sebenarnya mungkin tidak dapat dicapai melalui cara militer, dan oleh karena itu Anda perlu beralih ke cara lain,” kata Milley.
"Ada...peluang di sini, jendela peluang untuk negosiasi."
Komentar Milley muncul setelah Rusia memerintahkan pasukannya untuk mundur dari kota Kherson di Ukraina selatan—sebuah pukulan besar bagi kampanye militer Moskow.
Para pejabat di Kiev telah bereaksi dengan hati-hati, dengan mengatakan tentara Rusia tidak mungkin meninggalkan kota strategis itu tanpa perlawanan.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyatakan mundurnya pasukan Rusia adalah bukti bahwa Moskow memiliki "masalah nyata" di medan perang.
Jika menolak, para wanita tersebut mengancam akan mencabik-cabik mereka para komandan perang Rusia.
Menurut laporan media Rusia, para istri tentara melakukan perjalanan ke kota perbatasan Valuiki di Belgorod pada Rabu malam untuk membuat tuntutan mereka didengar.
Menurut para wanita, suami mereka sebelumnya dikerahkan ke desa Krasnorichenske ke arah Valuyki di Oblast Luhansk dan mendapat serangan artileri berat.
Korban selamat dari serangan balasan Ukraina dilaporkan mencoba mundur kembali ke daratan Rusia, membawa rekan-rekan mereka yang terluka di belakang.
Para istri yang muak memperingatkan jika para komandan militer menolak untuk mengambil suami mereka—yang masih hilang—mereka akan menyeberang ke medan perang untuk menyelamatkan suami mereka sendiri.
Video para wanita yang berkumpul di sekitar truk militer telah dibagikan oleh akun Telegram @Mobilisationnews pada Rabu.
“Saya siap untuk mencabik-cabik mereka. Mereka harus melakukan sesuatu, mereka harus membuat beberapa keputusan, mereka harus mengeluarkan mereka [para tentara] dari sana. Kami ingin mereka dibawa pergi dari sana, karena banyak yang terluka di sana,” kata salah seorang istri tentara.
Menurut seorang tentara Rusia; Aleksei Agafonov, unit 570 tentara yang dimobilisasi berada di bawah serangan balasan besar-besaran, dengan banyak yang terkoyak.
Menurutnya, hanya 130 yang selamat dari serangan itu.
“Saya melihat orang-orang dicabik-cabik di depan saya, sebagian besar unit kami hilang, hancur. Itu neraka,” katanya seperti dikutip The Guardian, Jumat (11/11/2022).
“Dan banyak yang selamat kehilangan akal setelah apa yang terjadi. Tidak ada yang mau kembali.”
Menurut militer Amerika Serikat, lebih dari 100.000 personel militer Rusia telah tewas atau terluka di Ukraina, dengan pasukan Kiev kemungkinan juga menderita korban pada level yang serupa.
“Anda melihat lebih dari 100.000 tentara Rusia tewas dan terluka,” kata Jenderal Mark Milley, Ketua Gabungan Kepala-Kepala Staf Militer AS, pada Rabu. “Hal yang sama mungkin di pihak Ukraina.”
Angka-angka yang diberikan oleh Milley—yang tidak dapat dikonfirmasi secara independen—adalah yang paling tepat hingga saat ini dari pemerintah Amerika Serikat setelah lebih dari delapan bulan perang.
Milley juga mengatakan ada peluang untuk pembicaraan tentang mengakhiri perang, dan bahwa kemenangan perang tidak mungkin bagi Rusia atau pun Ukraina.
“Harus ada pengakuan bersama bahwa kemenangan militer mungkin dalam arti sebenarnya mungkin tidak dapat dicapai melalui cara militer, dan oleh karena itu Anda perlu beralih ke cara lain,” kata Milley.
"Ada...peluang di sini, jendela peluang untuk negosiasi."
Komentar Milley muncul setelah Rusia memerintahkan pasukannya untuk mundur dari kota Kherson di Ukraina selatan—sebuah pukulan besar bagi kampanye militer Moskow.
Para pejabat di Kiev telah bereaksi dengan hati-hati, dengan mengatakan tentara Rusia tidak mungkin meninggalkan kota strategis itu tanpa perlawanan.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyatakan mundurnya pasukan Rusia adalah bukti bahwa Moskow memiliki "masalah nyata" di medan perang.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda