Laksamana Top AS: Ancaman Terbesar Laut Teluk adalah Iran
Kamis, 13 Oktober 2022 - 20:41 WIB
WASHINGTON - Laksamana utama yang mengawasi pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah, Wakil Laksamana Brad Cooper, memperingatkan bahwa ancaman terbesar terhadap keamanan navigasi di Teluk adalah dari Iran.
“Ancaman paling serius yang kami lihat memang datang dari Iran. Mereka datang dalam dua bentuk: pertumbuhan dan kemampuan serta jumlah rudal jelajah, rudal balistik dan UAV, serta penggunaan proksi dalam senjata khusus itu,” kata komandan Komando Pusat Angkatan Laut AS, Armada ke-5 AS dan Pasukan Maritim Gabungan (CMF) seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (13/10/2022).
Berbicara kepada Al Arabiya di Washington, Cooper menunjuk pada risiko yang berasal dari program drone Iran dan teknologi yang disediakan proksi regionalnya.
Komandan Armada ke-5 juga bertanggung jawab atas CMF, kekuatan angkatan laut dari 34 negara anggota yang beroperasi di Laut Merah, Teluk Aden, Laut Arab Utara, Teluk Oman, Teluk Arab, dan Samudra Hindia.
Dalam beberapa tahun terakhir, pengawasan telah memainkan peran penting dalam menggagalkan penyelundupan narkoba dan senjata.
Bulan lalu saja, Angkatan Laut AS mengatakan telah menyita heroin senilai USD85 juta dari sebuah kapal penangkap ikan. Ini menjadikannya penyitaan obat terlarang terbesar di Timur Tengah oleh pasukan angkatan laut internasional tahun ini.
Dua hari kemudian, Angkatan Laut mengatakan telah menyita ganja senilai USD10 juta seberat 7.200 kg dari kapal penangkap ikan lain di Teluk Oman.
Tetapi AS dan sekutunya di kawasan itu juga terus-menerus mencari transfer senjata ilegal.
Pada bulan Desember, kapal patroli Angkatan Laut mengatakan mereka menyita kapal penangkap ikan dengan 1.400 senapan Rusia dan 226.600 butir amunisi. Mereka mengatakan kapal itu diyakini menuju ke Yaman dari Iran.
Milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman terus menerima dukungan logistik, keuangan, dan militer dari Teheran.
Cooper mengatakan tahun lalu melihat persentase tertinggi senjata Iran yang disita.
“Tiga kali lebih banyak dari tahun sebelumnya,” pungkasnya.
“Ancaman paling serius yang kami lihat memang datang dari Iran. Mereka datang dalam dua bentuk: pertumbuhan dan kemampuan serta jumlah rudal jelajah, rudal balistik dan UAV, serta penggunaan proksi dalam senjata khusus itu,” kata komandan Komando Pusat Angkatan Laut AS, Armada ke-5 AS dan Pasukan Maritim Gabungan (CMF) seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (13/10/2022).
Berbicara kepada Al Arabiya di Washington, Cooper menunjuk pada risiko yang berasal dari program drone Iran dan teknologi yang disediakan proksi regionalnya.
Komandan Armada ke-5 juga bertanggung jawab atas CMF, kekuatan angkatan laut dari 34 negara anggota yang beroperasi di Laut Merah, Teluk Aden, Laut Arab Utara, Teluk Oman, Teluk Arab, dan Samudra Hindia.
Dalam beberapa tahun terakhir, pengawasan telah memainkan peran penting dalam menggagalkan penyelundupan narkoba dan senjata.
Bulan lalu saja, Angkatan Laut AS mengatakan telah menyita heroin senilai USD85 juta dari sebuah kapal penangkap ikan. Ini menjadikannya penyitaan obat terlarang terbesar di Timur Tengah oleh pasukan angkatan laut internasional tahun ini.
Dua hari kemudian, Angkatan Laut mengatakan telah menyita ganja senilai USD10 juta seberat 7.200 kg dari kapal penangkap ikan lain di Teluk Oman.
Tetapi AS dan sekutunya di kawasan itu juga terus-menerus mencari transfer senjata ilegal.
Pada bulan Desember, kapal patroli Angkatan Laut mengatakan mereka menyita kapal penangkap ikan dengan 1.400 senapan Rusia dan 226.600 butir amunisi. Mereka mengatakan kapal itu diyakini menuju ke Yaman dari Iran.
Milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman terus menerima dukungan logistik, keuangan, dan militer dari Teheran.
Cooper mengatakan tahun lalu melihat persentase tertinggi senjata Iran yang disita.
“Tiga kali lebih banyak dari tahun sebelumnya,” pungkasnya.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda