100 Hari Invasi, Ukraina Ungkap 3.942 Warga Sipil Tewas Akibat Serangan Rusia
Kamis, 02 Juni 2022 - 14:53 WIB
JAKARTA - Memasuki hari ke-100 invasi Rusia kepada Ukraina, perdamaian yang dinantikan belum juga terwujud di wilayah konflik. Ribuan warga sipil pun menjadi korban dalam pertempuran itu.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menyatakan bangsa Ukraina membayar harga yang sangat mahal untuk keamanan seluruh demokrasi dan nilai-nilai kemerdekaan yang diperjuangkan semua bangsa yang berdaulat.
“Semakin lama perang ini berlangsung, semakin tinggi harga yang dikorbankan untuk melindungi kebebasan yang telah dimiliki oleh sebuah bangsa. Hal ini tidak hanya untuk Ukraina tetapi juga untuk seluruh dunia,” tegas dia.
Dia mengingatkan seluruh bangsa yang menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentu memahami dan menghormati kedaulatan dan kemerdekaan bangsa Ukraina sejak memerdekakan diri dari Uni Soviet pada 24 Agustus 1991.
Menurut dia, kedaulatan Ukraina secara sepihak dilanggar Federasi Rusia yang diperintah Presiden Vladimir Putin.
Operasi militer khusus Rusia dilancarkan sejak 24 Februari 2022 dengan sejumlah alasan yang menurut Ukraina tidak masuk akal.
Data yang dirilis Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta menyebutkan hingga 100 hari tercatat sebanyak 3.942 jiwa tewas, 4.591 orang luka-luka dan di antaranya 6.800 tempat tinggal warga hancur karena Rusia sengaja menyasar masyarakat sipil termasuk fasilitas Kesehatan dan rumah ibadah.
Menurut Ukraina, lebih dari 689 anak-anak terluka di Ukraina sebagai akibat dari agresi bersenjata skala penuh oleh Federasi Rusia. Per 1 Juni 2022, jumlah resmi korban anak sebanyak 243 korban jiwa.
Sebagai gambaran kerugian akibat kerusakan infrastruktur di Kiev, Ukraina yang disebabkan invasi Rusia sudah mencapai sekitar USD65 miliar.
Jumlah ini terhitung luar biasa karena data Bank Dunia, kerugian ini setara dengan lebih dari sepertiga produk domestik bruto (PDB) Ukraina pada 2020 sebesar USD155 miliar.
“Kerugian yang dialami Ukraina belum termasuk pelanggaran hukum perang yang dilakukan serdadu Rusia yang mencapai 13.516 kasus. Hingga saat ini, baru dua sidang pelanggaran hukum perang Ukraina telah menjatuhkan vonis kepada serdadu yang melakukan pelanggaran kemanusiaan secara sengaja,” tutur dia.
Pengadilan Ukraina menjatuhkan hukuman 11 setengah tahun penjara kepada dua tentara Rusia yang ditangkap pada Selasa (31/5) karena menembaki satu kota di Ukraina timur, vonis kejahatan perang kedua sejak dimulainya invasi Rusia pada Februari.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menegaskan Pemerintah Ukraina tetap berusaha keras meningkatkan kemampuan pertahanan Ukraina hingga mewujudkan upaya membebaskan wilayah Ukraina dari invasi Rusia.
“Pilar utama untuk kemenangan Ukraina harus didukung oleh mitra dan sekutu melalui bantuan nyata. Seperti tekanan sanksi maksimum terhadap Rusia, pengiriman senjata berat yang lebih cepat ke Ukraina, dan kejelasan tentang masa depan Ukraina di Eropa,” ujar dia.
Ukraina sejak Maret telah memasukkan proposal bergabung dengan Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Upaya Ukraina bergabung dengan Uni Eropa dan NATO bahkan kemudian diikuti oleh Georgia dan Kosovo.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menyatakan bangsa Ukraina membayar harga yang sangat mahal untuk keamanan seluruh demokrasi dan nilai-nilai kemerdekaan yang diperjuangkan semua bangsa yang berdaulat.
“Semakin lama perang ini berlangsung, semakin tinggi harga yang dikorbankan untuk melindungi kebebasan yang telah dimiliki oleh sebuah bangsa. Hal ini tidak hanya untuk Ukraina tetapi juga untuk seluruh dunia,” tegas dia.
Dia mengingatkan seluruh bangsa yang menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentu memahami dan menghormati kedaulatan dan kemerdekaan bangsa Ukraina sejak memerdekakan diri dari Uni Soviet pada 24 Agustus 1991.
Menurut dia, kedaulatan Ukraina secara sepihak dilanggar Federasi Rusia yang diperintah Presiden Vladimir Putin.
Operasi militer khusus Rusia dilancarkan sejak 24 Februari 2022 dengan sejumlah alasan yang menurut Ukraina tidak masuk akal.
Data yang dirilis Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta menyebutkan hingga 100 hari tercatat sebanyak 3.942 jiwa tewas, 4.591 orang luka-luka dan di antaranya 6.800 tempat tinggal warga hancur karena Rusia sengaja menyasar masyarakat sipil termasuk fasilitas Kesehatan dan rumah ibadah.
Menurut Ukraina, lebih dari 689 anak-anak terluka di Ukraina sebagai akibat dari agresi bersenjata skala penuh oleh Federasi Rusia. Per 1 Juni 2022, jumlah resmi korban anak sebanyak 243 korban jiwa.
Sebagai gambaran kerugian akibat kerusakan infrastruktur di Kiev, Ukraina yang disebabkan invasi Rusia sudah mencapai sekitar USD65 miliar.
Jumlah ini terhitung luar biasa karena data Bank Dunia, kerugian ini setara dengan lebih dari sepertiga produk domestik bruto (PDB) Ukraina pada 2020 sebesar USD155 miliar.
“Kerugian yang dialami Ukraina belum termasuk pelanggaran hukum perang yang dilakukan serdadu Rusia yang mencapai 13.516 kasus. Hingga saat ini, baru dua sidang pelanggaran hukum perang Ukraina telah menjatuhkan vonis kepada serdadu yang melakukan pelanggaran kemanusiaan secara sengaja,” tutur dia.
Pengadilan Ukraina menjatuhkan hukuman 11 setengah tahun penjara kepada dua tentara Rusia yang ditangkap pada Selasa (31/5) karena menembaki satu kota di Ukraina timur, vonis kejahatan perang kedua sejak dimulainya invasi Rusia pada Februari.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menegaskan Pemerintah Ukraina tetap berusaha keras meningkatkan kemampuan pertahanan Ukraina hingga mewujudkan upaya membebaskan wilayah Ukraina dari invasi Rusia.
“Pilar utama untuk kemenangan Ukraina harus didukung oleh mitra dan sekutu melalui bantuan nyata. Seperti tekanan sanksi maksimum terhadap Rusia, pengiriman senjata berat yang lebih cepat ke Ukraina, dan kejelasan tentang masa depan Ukraina di Eropa,” ujar dia.
Ukraina sejak Maret telah memasukkan proposal bergabung dengan Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Upaya Ukraina bergabung dengan Uni Eropa dan NATO bahkan kemudian diikuti oleh Georgia dan Kosovo.
(sya)
tulis komentar anda