6 Negara yang Tuduh Putin Penjahat Perang di Ukraina

Sabtu, 19 Maret 2022 - 02:33 WIB
Inggris, Amerika Serikat (AS), Prancis, Albania, Irlandia, dan Norwegia menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang di Ukraina. Foto/REUTERS
KIEV - Sudah enam negara yang telah menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang karena pasukannya terus menargetkan daerah pemukiman di Ukraina .

Enam negara itu adalah Inggris, Amerika Serikat (AS), Prancis, Albania, Irlandia, dan Norwegia.

Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, mengatakan; "Ada bukti yang sangat, sangat kuat tentang kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Rusia."



"Vladimir Putin ada di belakang mereka," katanya lagi.

“Pada akhirnya adalah masalah bagi pengadilan pidana internasional untuk memutuskan siapa yang merupakan atau bukan penjahat perang dan bagi kami untuk membawa bukti," ujarnya, yang dikutip AFP, Jumat (18/3/2022).



Komentar Menlu Truss muncul setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan di Washington bahwa dia menganggap Putin penjahat perang dengan alasan Rusia menyerang rumah sakit, bangsal bersalin, gedung apartemen di Ukraina.

Komentar Biden memicu tanggapan marah dari Kremlin, di mana juru bicaranya; Dmitry Peskov, mencap komentar itu tidak termaafkan.

"Kami menganggap retorika kepala negara yang tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan, yang bomnya menewaskan ratusan ribu orang di seluruh dunia," kata Peskov, yang dilansir kantor berita TASS.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa Rusia tidak melakukan upaya serius dalam negosiasi dengan Ukraina untuk mengakhiri perang tiga minggu.

“Di satu sisi, kami memuji Ukraina karena berada di meja meskipun dibombardir setiap menit setiap hari,” katanya.

“Pada saat yang sama, saya belum melihat upaya berarti oleh Rusia untuk mengakhiri perang ini melalui diplomasi.”

Kemarin, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menuduh Rusia hanya berpura-pura bernegosiasi atas invasi yang sedang berlangsung ke Ukraina.

Berbicara kepada surat kabar Prancis; Le Parisien, dia mengatakan Moskow terlibat dalam proses dramatis kebrutalan yang berlangsung lama.

“Hanya ada satu keadaan darurat: gencatan senjata, gencatan senjata, gencatan senjata. Hanya atas dasar inilah Anda dapat bernegosiasi, karena Anda tidak bernegosiasi dengan senjata di kepala Anda,” katanya.

“Jika serangan kimia atau bakteriologis terjadi di Ukraina, kami akan tahu siapa yang akan bertanggung jawab penuh atas mereka. Itu akan menjadi Rusia.”

Le Drian memperingatkan penggunaan senjata semacam itu akan merupakan eskalasi yang tidak dapat ditoleransi dan akan memaksa sanksi besar dan radikal terhadap negara tersebut.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More