50 Pesawat Barat Bawa Senjata Tiba di Ukraina Jelang Operasi Rusia
Minggu, 06 Maret 2022 - 05:30 WIB
MOSKOW - Sebanyak 50 pesawat kargo yang membawa perangkat keras militer dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, Polandia, dan Lithuania mendarat di Ukraina sebelum dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina.
Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia pada Minggu (6/3/2022).
“Sekitar 2.000 ton senjata modern, amunisi, dan alat pelindung dipasok ke Ukraina pada satu setengah bulan pertama tahun 2022,” ungkap pernyataan Kemlu Rusia.
Sebelumnya, The Washington Post melaporkan AS telah mengirim perangkat keras militer senilai ratusan juta dolar ke Ukraina sejak Desember 2021, beberapa bulan sebelum keputusan Rusia meluncurkan operasi militer khusus.
Kementerian Luar Negeri Rusia lebih lanjut menyebutkan Inggris mentransfer lebih dari 2.000 unit persenjataan anti-tank.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Moskow sekali lagi meminta Uni Eropa dan NATO menghentikan "pemompaan tanpa berpikir" persenjataan modern ke rezim Kiev.
Dia mengatakan bahwa tindakan NATO menciptakan risiko besar bagi penerbangan sipil dan sistem transportasi lainnya di Eropa dan sekitarnya.
“Penyelenggara pengiriman ini harus menyadari meningkatnya ancaman senjata presisi tinggi yang jatuh ke tangan elemen teroris dan formasi bandit tidak hanya di Ukraina, tetapi juga di Eropa secara keseluruhan,” papar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.
Dia menambahkan, “Aliran senjata ini ke pasar ilegal dan ke tangan jaringan teroris hanya masalah waktu. MANPADS menimbulkan bahaya besar bagi penerbangan sipil, dan ATGM untuk transportasi kereta api dan infrastruktur."
Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari setelah Kiev gagal mengimplementasikan perjanjian Minsk dan menyelesaikan konflik di Donbass secara damai.
Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia tidak punya pilihan selain bertindak setelah berminggu-minggu penembakan terhadap warga sipil di Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) oleh pasukan Ukraina.
Dengan demikian Putin memerintahkan pasukan Rusia untuk mendemiliterisasi dan mende-Nazifikasi Ukraina.
Moskow juga telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat agar tidak mengirim persenjataan canggih ke Ukraina, dengan alasan bahwa hal itu akan membuat Kiev semakin berani dan mendorongnya mencoba menyelesaikan konflik di Donbass dengan kekuatan militernya.
Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia pada Minggu (6/3/2022).
“Sekitar 2.000 ton senjata modern, amunisi, dan alat pelindung dipasok ke Ukraina pada satu setengah bulan pertama tahun 2022,” ungkap pernyataan Kemlu Rusia.
Sebelumnya, The Washington Post melaporkan AS telah mengirim perangkat keras militer senilai ratusan juta dolar ke Ukraina sejak Desember 2021, beberapa bulan sebelum keputusan Rusia meluncurkan operasi militer khusus.
Kementerian Luar Negeri Rusia lebih lanjut menyebutkan Inggris mentransfer lebih dari 2.000 unit persenjataan anti-tank.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Moskow sekali lagi meminta Uni Eropa dan NATO menghentikan "pemompaan tanpa berpikir" persenjataan modern ke rezim Kiev.
Dia mengatakan bahwa tindakan NATO menciptakan risiko besar bagi penerbangan sipil dan sistem transportasi lainnya di Eropa dan sekitarnya.
“Penyelenggara pengiriman ini harus menyadari meningkatnya ancaman senjata presisi tinggi yang jatuh ke tangan elemen teroris dan formasi bandit tidak hanya di Ukraina, tetapi juga di Eropa secara keseluruhan,” papar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.
Dia menambahkan, “Aliran senjata ini ke pasar ilegal dan ke tangan jaringan teroris hanya masalah waktu. MANPADS menimbulkan bahaya besar bagi penerbangan sipil, dan ATGM untuk transportasi kereta api dan infrastruktur."
Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari setelah Kiev gagal mengimplementasikan perjanjian Minsk dan menyelesaikan konflik di Donbass secara damai.
Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia tidak punya pilihan selain bertindak setelah berminggu-minggu penembakan terhadap warga sipil di Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) oleh pasukan Ukraina.
Dengan demikian Putin memerintahkan pasukan Rusia untuk mendemiliterisasi dan mende-Nazifikasi Ukraina.
Moskow juga telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat agar tidak mengirim persenjataan canggih ke Ukraina, dengan alasan bahwa hal itu akan membuat Kiev semakin berani dan mendorongnya mencoba menyelesaikan konflik di Donbass dengan kekuatan militernya.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda