Ditanya Soal Bukti Serangan di Suriah, Sekretaris Pers Gedung Putih Sewot

Jum'at, 04 Februari 2022 - 18:59 WIB
Sekretaris Gedung Putih Jen Psaki. Foto/Forbes
WASHINGTON - Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mencela pernyataan bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) memberikan informasi yang tidak akurat kepada jurnalis tentang operasi militernya di luar negeri.

Itu terjadi saat ia dikonfrontasi oleh seorang jurnalis di Air Force One atas laporan peristiwa yang diberikan oleh Presiden Joe Biden kepada publik.

Berbicara beberapa jam setelah serangan itu dikonfirmasi oleh Pentagon, Biden mengatakan Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, pemimpin kelompok teroris Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS), meledakkan diri dengan rompi bom ketika kompleks kediamannya di barat laut Suriah diserang oleh pasukan AS.



“Ketika pasukan kami mendekat untuk menangkap teroris, dalam tindakan terakhir pengecut yang putus asa, tanpa memperhatikan kehidupan keluarganya sendiri atau orang lain di dalam gedung, dia memilih untuk meledakkan dirinya sendiri,” kata Biden.

Sumber-sumber di kota perbatasan Atmeh, Suriah, tempat operasi AS berlangsung, mengatakan kepada media bahwa sedikitnya 13 warga sipil tewas. UNICEF, badan anak-anak PBB, mengkonfirmasi enam anak di bawah umur tewas di daerah tersebut.



Koresponden NPR Gedung Putih Ayesha Rascoe bertanya kepada Psaki apakah AS akan merilis bukti apa pun untuk mendukung laporannya tentang apa yang terjadi di Suriah.

“Mungkin ada orang yang skeptis terhadap peristiwa yang terjadi dan apa yang terjadi pada warga sipil,” katanya seperti dilansir dari Russia Today, Jumat (4/2/2022).

Psaki tampaknya menganggap pertanyaan itu konyol, membingkai ulang pertanyaan itu seolah-olah para skeptis berpihak pada ISIS melawan AS.

"Skeptis dengan penilaian militer AS ketika mereka pergi dan menangkap pemimpin ISIS? Bahwa mereka tidak memberikan informasi yang akurat dan ISIS memberikan informasi yang akurat?" ujarnya.

Rascoe sendiri tidak menyatakan kepercayaannya terhadap para teroris, tetapi inti dari pertanyaannya adalah AS selalu tidak berterus terang tentang apa yang terjadi dengan warga sipil.

"Dan maksud saya, itu adalah fakta," tegasnya.



Pada akhir Agustus, di tengah penarikan yang kacau dari Kabul, Afghanistan, AS melancarkan serangan pesawat tak berawak pada kendaraan yang mereka klaim dilengkapi dengan bahan peledak dan dalam perjalanan untuk melakukan serangan bunuh diri kedua terhadap pasukan yang menjaga bandara internasional Kabul.

Saat itu ada klaim dari pejabat AS yang tidak disebutkan namanya bahwa ledakan sekunder membuktikan bahwa target itu memang bom mobil.

Penilaian itu terbukti salah, dengan The New York Times mengungkapkan bahwa serangan udara itu benar-benar menewaskan 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak.

Pentagon kemudian menyelidiki proses pengambilan keputusannya dan memutuskan untuk tidak menghukum siapa pun atas apa yang disebutnya sebagai kesalahan tragis.

Setelah menepis anggapan bahwa orang dapat secara sah skeptis tentang pernyataan Washington, Psaki meyakinkan korps jurnalistik bahwa itu adalah prioritas Presiden Biden untuk melakukan segala yang mungkin untuk menghindari korban sipil.



Perdebatan di atas pesawat kepresidenan itu bertepatan dengan debat serupa mengenai keandalan informasi yang diberikan oleh pemerintah AS di Departemen Luar Negeri. Juru bicara Ned Price mengumumkan pada hari Kamis bahwa Rusia sedang menggarap operasi False Flag sebagai pembenaran untuk serangan militer terhadap Ukraina.

Koresponden veteran Associated Press Matt Lee bertanya apakah ada bukti klaim yang akan diberikan. Price bersikeras bahwa pernyataannya cukup baik dan intelijen yang mendasarinya tidak akan diungkapkan untuk melindungi sumber dan metode.

“Anda tahu bahwa kami mendeklasifikasi informasi hanya ketika kami yakin dengan informasi itu,” katanya, merujuk pada klaim yang dibuatnya.

“Jika Anda meragukan kredibilitas pemerintah AS, atau pemerintah Inggris, atau pemerintah lain dan ingin menghibur diri dengan informasi yang dikeluarkan Rusia, itu yang harus Anda lakukan,” tukasnya.



(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More