Netanyahu Tak Akan Biarkan Pembentukan Negara Palestina Berdaulat Penuh
Selasa, 23 Maret 2021 - 19:01 WIB
Negara-negara Arab ingin berdamai dengan Israel berdasarkan Arab Peace Initiative yang menetapkan pembentukan negara Palestina sesuai perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibukota Palestina, solusi bagi pengungsi Palestina, dan normalisasi hubungan dengan Israel.
Netanyahu mengatakan bahwa dia menerima pembentukan negara Palestina jika kendali keamanan tetap di tangan Israel. "Jika tidak, kita akan mendapatkan Hamas (yang mengatur negara)," papar dia.
Dia juga mengatakan Al-Qaeda dan Iran akan berada di negara Palestina jika Israel tidak mengontrol keamanan. "Ini terjadi di tempat lain di mana Israel tidak memiliki keamanan yang kuat," ujar dia.
Menurut Netanyahu, niatnya bukanlah untuk "meminggirkan" masalah Palestina. "Palestina meminggirkan diri mereka sendiri karena banyak masalah politik internal yang tidak ingin saya bicarakan, tetapi mereka terkait dengan perebutan kekuasaan," ujar dia.
Sebagai penutup, Netanyahu mengatakan bahwa dia adalah pemimpin normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel, serta koeksistensi yang diklaim antara orang Arab dan Yahudi di Israel.
"Ini akan membuat perubahan bersejarah dalam hubungan antara orang Yahudi dan Arab pada umumnya. Ini sangat jelas," klaimnya.
Pendudukan Israel di wilayah Palestina menciptakan banyak penderitaan bagi warga sipil Palestina.
Pengusiran paksa dari tanah leluhur, kekerasan hingga pembunuhan dialami ribuan warga Palestina dengan pelakunya tentara Israel.
Namun keadilan belum ditegakkan bagi rakyat Palestina atas berbagai penderitaan akibat pendudukan Israel.
Netanyahu mengatakan bahwa dia menerima pembentukan negara Palestina jika kendali keamanan tetap di tangan Israel. "Jika tidak, kita akan mendapatkan Hamas (yang mengatur negara)," papar dia.
Dia juga mengatakan Al-Qaeda dan Iran akan berada di negara Palestina jika Israel tidak mengontrol keamanan. "Ini terjadi di tempat lain di mana Israel tidak memiliki keamanan yang kuat," ujar dia.
Menurut Netanyahu, niatnya bukanlah untuk "meminggirkan" masalah Palestina. "Palestina meminggirkan diri mereka sendiri karena banyak masalah politik internal yang tidak ingin saya bicarakan, tetapi mereka terkait dengan perebutan kekuasaan," ujar dia.
Sebagai penutup, Netanyahu mengatakan bahwa dia adalah pemimpin normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel, serta koeksistensi yang diklaim antara orang Arab dan Yahudi di Israel.
"Ini akan membuat perubahan bersejarah dalam hubungan antara orang Yahudi dan Arab pada umumnya. Ini sangat jelas," klaimnya.
Pendudukan Israel di wilayah Palestina menciptakan banyak penderitaan bagi warga sipil Palestina.
Pengusiran paksa dari tanah leluhur, kekerasan hingga pembunuhan dialami ribuan warga Palestina dengan pelakunya tentara Israel.
Namun keadilan belum ditegakkan bagi rakyat Palestina atas berbagai penderitaan akibat pendudukan Israel.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda