China Bangun Pangkalan Militer Besar-besaran di Laut China Selatan
Senin, 22 Februari 2021 - 12:58 WIB
"Penambahan radar baru tampaknya menunjukkan bahwa mereka benar-benar memperluas kemampuan pulau buatan ini. Dan kemudian fakta itu terus berlanjut meskipun semua yang telah terjadi di seluruh dunia, itu benar-benar menunjukkan niat China untuk benar-benar mengembangkan sepenuhnya pulau-pulau buatan ini menjadi pangkalan militer besar-besaran," paparnya.
Ini bukan pertama kalinya Mischief Reef menjadi pusat ketegangan geopolitik di kawasan tersebut.
Putusan tahun 2016 oleh Pengadilan Permanen Arbitrase di Den Haag memutuskan bahwa Mischief Reef berada dalam zona ekonomi eksklusif Filipina.
Hubungan China dan Filipina tetap bergejolak.
Pada Januari 2021, Beijing mengesahkan undang-undang yang mengizinkan pasukan Coast Guard-nya menembaki kapal asing di wilayah yang dianggap milik China di Laut China Selatan.
Berbicara kepada media lokal, Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr mengatakan jika terjadi insiden, Filipina akan membalas. "Jika ada insiden, saya jamin akan ada lebih dari sekadar protes," katanya.
Peran Amerika Serikat dan hubungannya yang kacau dengan China, serta kesetiaannya dengan negara-negara termasuk Filipina dan Taiwan, juga ikut bermain.
Jika terjadi serangan bersenjata, negara adidaya tersebut telah berkomitmen untuk mempertahankan Filipina dalam upaya meredam perjuangan agresif China untuk menguasai wilayah tersebut.
Mengulangi dukungan Amerika untuk negara Asia Tenggara tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan Menteri Luar Negeri yang baru; Antony Blinken, menolak klaim maritim China di Laut China Selatan.
"Amerika Serikat menolak klaim maritim China di Laut China Selatan sejauh mereka melebihi zona maritim yang diizinkan China untuk klaim di bawah hukum internasional sebagaimana tercermin dalam Konvensi Hukum Laut 1982," katanya.
Ini bukan pertama kalinya Mischief Reef menjadi pusat ketegangan geopolitik di kawasan tersebut.
Putusan tahun 2016 oleh Pengadilan Permanen Arbitrase di Den Haag memutuskan bahwa Mischief Reef berada dalam zona ekonomi eksklusif Filipina.
Hubungan China dan Filipina tetap bergejolak.
Pada Januari 2021, Beijing mengesahkan undang-undang yang mengizinkan pasukan Coast Guard-nya menembaki kapal asing di wilayah yang dianggap milik China di Laut China Selatan.
Berbicara kepada media lokal, Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr mengatakan jika terjadi insiden, Filipina akan membalas. "Jika ada insiden, saya jamin akan ada lebih dari sekadar protes," katanya.
Peran Amerika Serikat dan hubungannya yang kacau dengan China, serta kesetiaannya dengan negara-negara termasuk Filipina dan Taiwan, juga ikut bermain.
Jika terjadi serangan bersenjata, negara adidaya tersebut telah berkomitmen untuk mempertahankan Filipina dalam upaya meredam perjuangan agresif China untuk menguasai wilayah tersebut.
Mengulangi dukungan Amerika untuk negara Asia Tenggara tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan Menteri Luar Negeri yang baru; Antony Blinken, menolak klaim maritim China di Laut China Selatan.
"Amerika Serikat menolak klaim maritim China di Laut China Selatan sejauh mereka melebihi zona maritim yang diizinkan China untuk klaim di bawah hukum internasional sebagaimana tercermin dalam Konvensi Hukum Laut 1982," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda