Taliban-AS Saling Tuding Langgar Perjanjian Damai
Jum'at, 29 Januari 2021 - 18:21 WIB
DOHA - Perjanjian damai antara Amerika Serikat (AS) dan kelompok militan Afghanistan , Taliban , sepertinya berada di ujung tanduk. Pasalnya, keduanya terlibat saling tuding melanggar perjanjian damai yang teken pada Februari tahun lalu itu.
Taliban menuduh AS telah melanggar kesepakatan penting yang ditandatangani antara kedua belah pihak di Qatar, setelah Pentagon mengatakan kelompok itu gagal memenuhi perjanjian tersebut.
"Pihak lain telah melanggar perjanjian, hampir setiap hari mereka melanggarnya," kata juru bicara Taliban di Qatar, Mohammad Naeem, kepada kantor berita AFP.
"Mereka membombardir warga sipil, rumah, dan desa, dan kami telah memberi tahu mereka dari waktu ke waktu, ini bukan hanya pelanggaran perjanjian tetapi juga pelanggaran hak asasi manusia," sambungnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (29/1/2021).
Baca Juga: Pakistan Bebaskan Tersangka Pemenggalan Jurnalis AS, Gedung Putih Marah
Sebelumnya Pentagon mengatakan penolakan Taliban untuk memenuhi komitmen mengurangi kekerasan di Afghanistan menimbulkan pertanyaan tentang apakah semua pasukan AS akan dapat pergi pada bulan Mei seperti yang dipersyaratkan dalam perjanjian damai yang ditandatangani pada Februari 2020.
Perjanjian perdamaian meminta AS untuk mengurangi jumlah pasukan menjadi 2.500, dan kemudian menarik pasukan sepenuhnya pada bulan Mei.
Baca Juga: Situs Masjid Era Generasi setelah Nabi Muhammad SAW Ditemukan di Israel
Mantan Presiden AS Donald Trump memerintahkan tingkat pasukan AS di Afghanistan dikurangi menjadi 2.500 hanya beberapa hari sebelum dia meninggalkan jabatannya, memberikan keputusan sulit kepada penerusnya Joe Biden tentang bagaimana mempertahankan pengaruh terhadap Taliban dalam mendukung pembicaraan damai.
Taliban menuduh AS telah melanggar kesepakatan penting yang ditandatangani antara kedua belah pihak di Qatar, setelah Pentagon mengatakan kelompok itu gagal memenuhi perjanjian tersebut.
"Pihak lain telah melanggar perjanjian, hampir setiap hari mereka melanggarnya," kata juru bicara Taliban di Qatar, Mohammad Naeem, kepada kantor berita AFP.
"Mereka membombardir warga sipil, rumah, dan desa, dan kami telah memberi tahu mereka dari waktu ke waktu, ini bukan hanya pelanggaran perjanjian tetapi juga pelanggaran hak asasi manusia," sambungnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (29/1/2021).
Baca Juga: Pakistan Bebaskan Tersangka Pemenggalan Jurnalis AS, Gedung Putih Marah
Sebelumnya Pentagon mengatakan penolakan Taliban untuk memenuhi komitmen mengurangi kekerasan di Afghanistan menimbulkan pertanyaan tentang apakah semua pasukan AS akan dapat pergi pada bulan Mei seperti yang dipersyaratkan dalam perjanjian damai yang ditandatangani pada Februari 2020.
Perjanjian perdamaian meminta AS untuk mengurangi jumlah pasukan menjadi 2.500, dan kemudian menarik pasukan sepenuhnya pada bulan Mei.
Baca Juga: Situs Masjid Era Generasi setelah Nabi Muhammad SAW Ditemukan di Israel
Mantan Presiden AS Donald Trump memerintahkan tingkat pasukan AS di Afghanistan dikurangi menjadi 2.500 hanya beberapa hari sebelum dia meninggalkan jabatannya, memberikan keputusan sulit kepada penerusnya Joe Biden tentang bagaimana mempertahankan pengaruh terhadap Taliban dalam mendukung pembicaraan damai.
tulis komentar anda