6 Pasien COVID-19 di Korsel Meninggal saat Menunggu Tempat Tidur RS
Sabtu, 19 Desember 2020 - 02:14 WIB
SEOUL - Enam orang yang menderita COVID-19 telah meninggal di Korea Selatan (Korsel) bulan ini ketika menunggu bed atau tempat tidur rumah sakit (RS). Selain itu, ratusan pasien COVID-19 lainnya tidak dapat dirawat karena jumlah kasus infeksi virus corona yang melonjak membebani sistem kesehatan.
Laporan itu diungkap para pejabat dan media setempat, Jumat (18/12/2020).
Korea Selatan melaporkan 1.062 kasus infeksi virus corona baru ( COVID-19 ) pada hari Jumat, yang merupakan penghitungan kasus harian tertinggi kedua yang pernah ada. Lonjakan kasus infeksi terjadi meski pemerintah telah melakukan pembatasan yang lebih ketat dan memperingatkan bisnis untuk tutup sementara. (Baca: Memanas, Pakistan Tuduh India Bersiap untuk 'Serangan Bedah' )
Data dari Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) menunjukkan untuk pertama kalinya, jumlah kasus infeksi harian di atas 1.000 selama tiga hari berturut-turut.
Maraknya kasus baru telah mengguncang negara yang selama berbulan-bulan dianggap sebagai contoh yang sukses dalam penanganan pandemi COVID-19. Tetapi meskipun penghitungan totalnya meningkat menjadi 47.515 kasus infeksi, Korea Selatan hanya menderita sekitar 650 kematian.
Salah satu dari mereka yang meninggal saat menunggu ranjang rumah sakit berada di rumah di Ibu Kota Korsel, Seoul, setelah dinyatakan positif pada hari Sabtu, sementara tiga lainnya berada di panti jompo di provinsi Gyeonggi.
Kantor berita Yonhap melaporkan dua kematian serupa lainnya pada bulan Desember tetapi tidak memberikan rincian segera.
"Kami menyampaikan belasungkawa yang terdalam dan merasa sangat bertanggung jawab," kata Park Yoo-mi, seorang petugas karantina untuk pemerintah Seoul, dalam sebuah penjelasan.
"Tim respons di tempat di wilayah metropolitan Seoul telah mengalami kesulitan dalam mengalokasikan tempat tidur karena peningkatan tajam dalam kasus yang dikonfirmasi dan kelebihan beban dalam sistem administrasi dan medis sejak awal Desember."
Park berjanji untuk memperkuat sistem kesehatan masyarakat dan mengatakan 580 pasien sedang menunggu tempat tidur di Seoul hari ini, 227 di antaranya telah menunggu setidaknya dua hari. (Baca: Jadi Ayah 150 Anak, Donor Sperma Ini Tak Akan Berhenti Hamili Wanita )
Seorang pejabat kesehatan memperingatkan lonjakan kasus-kasus serius yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membebani sistem kesehatan, dengan hanya sejumlah tempat tidur perawatan kritis yang tersedia.
Sementara itu, pemerintah sedang bersusah payah memikirkan apakah akan memperketat jarak sosial, yang berarti memerintahkan 1,2 juta bisnis untuk menghentikan operasi.
Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan bahwa mengingat beban bisnis, “konsensus sosial” diperlukan untuk sebuah keputusan.
Dia juga mengatakan setiap orang harus bermain dengan aturan pembatasan untuk pencegahan penyebaran virus.
“Ada upaya yang meningkat untuk melanjutkan operasi dengan cara yang tidak teratur dengan mengubah jenis bisnis yang mereka nyatakan untuk lolos dari upaya anti-virus pemerintah,” kata Chung dalam pertemuan pemerintah. "Itu tidak pernah bisa diterima."
Chung tidak memberikan rincian apapun tetapi media telah melaporkan beberapa bar mencoba untuk mengakali larangan tersebut dengan menyamar sebagai restoran.
Laporan itu diungkap para pejabat dan media setempat, Jumat (18/12/2020).
Korea Selatan melaporkan 1.062 kasus infeksi virus corona baru ( COVID-19 ) pada hari Jumat, yang merupakan penghitungan kasus harian tertinggi kedua yang pernah ada. Lonjakan kasus infeksi terjadi meski pemerintah telah melakukan pembatasan yang lebih ketat dan memperingatkan bisnis untuk tutup sementara. (Baca: Memanas, Pakistan Tuduh India Bersiap untuk 'Serangan Bedah' )
Data dari Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) menunjukkan untuk pertama kalinya, jumlah kasus infeksi harian di atas 1.000 selama tiga hari berturut-turut.
Maraknya kasus baru telah mengguncang negara yang selama berbulan-bulan dianggap sebagai contoh yang sukses dalam penanganan pandemi COVID-19. Tetapi meskipun penghitungan totalnya meningkat menjadi 47.515 kasus infeksi, Korea Selatan hanya menderita sekitar 650 kematian.
Salah satu dari mereka yang meninggal saat menunggu ranjang rumah sakit berada di rumah di Ibu Kota Korsel, Seoul, setelah dinyatakan positif pada hari Sabtu, sementara tiga lainnya berada di panti jompo di provinsi Gyeonggi.
Kantor berita Yonhap melaporkan dua kematian serupa lainnya pada bulan Desember tetapi tidak memberikan rincian segera.
"Kami menyampaikan belasungkawa yang terdalam dan merasa sangat bertanggung jawab," kata Park Yoo-mi, seorang petugas karantina untuk pemerintah Seoul, dalam sebuah penjelasan.
"Tim respons di tempat di wilayah metropolitan Seoul telah mengalami kesulitan dalam mengalokasikan tempat tidur karena peningkatan tajam dalam kasus yang dikonfirmasi dan kelebihan beban dalam sistem administrasi dan medis sejak awal Desember."
Park berjanji untuk memperkuat sistem kesehatan masyarakat dan mengatakan 580 pasien sedang menunggu tempat tidur di Seoul hari ini, 227 di antaranya telah menunggu setidaknya dua hari. (Baca: Jadi Ayah 150 Anak, Donor Sperma Ini Tak Akan Berhenti Hamili Wanita )
Seorang pejabat kesehatan memperingatkan lonjakan kasus-kasus serius yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membebani sistem kesehatan, dengan hanya sejumlah tempat tidur perawatan kritis yang tersedia.
Sementara itu, pemerintah sedang bersusah payah memikirkan apakah akan memperketat jarak sosial, yang berarti memerintahkan 1,2 juta bisnis untuk menghentikan operasi.
Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan bahwa mengingat beban bisnis, “konsensus sosial” diperlukan untuk sebuah keputusan.
Dia juga mengatakan setiap orang harus bermain dengan aturan pembatasan untuk pencegahan penyebaran virus.
“Ada upaya yang meningkat untuk melanjutkan operasi dengan cara yang tidak teratur dengan mengubah jenis bisnis yang mereka nyatakan untuk lolos dari upaya anti-virus pemerintah,” kata Chung dalam pertemuan pemerintah. "Itu tidak pernah bisa diterima."
Chung tidak memberikan rincian apapun tetapi media telah melaporkan beberapa bar mencoba untuk mengakali larangan tersebut dengan menyamar sebagai restoran.
(min)
tulis komentar anda