Bocah yang Ancam Trump dalam video ISIS Bilang Lega Sudah Berada di AS
Selasa, 24 November 2020 - 11:14 WIB
WASHINGTON - Seorang bocah remaja Amerika Serikat (AS) yang pernah mengancam Presiden Donald Trump dalam video propaganda ISIS sudah kembali ke negaranya. Dia mengatakan lega sudah berada di Amerika Serikat.
Anak tersebut—yang diidentifikasi hanya sebagai Matthew—baru berusia 10 tahun ketika dia muncul di video propaganda ISIS dan mengancam Presiden Donald Trump bahwa "pertempuran dengan ISIS akan berakhir di tanah Anda."
"Saya masih sangat kecil sehingga saya tidak benar-benar mengerti semua itu," kata Matthew, yang sekarang berusia 13 tahun, kepada BBC,yang dilansir Senin (23/11/2020). Dia tinggal di Florida bersama ayahnya setelah dia diterbangkan pulang oleh militer AS pada 2018. (Baca: AS Tes Jet Tempur Siluman F-35 untuk Serangan Nuklir Supersonik, Ini Videonya )
Hidup Matthew berubah ketika dia diseret oleh Ibunya, Samantha Sally, dan ayah tirinya, Moussa Elhassani, melintasi perbatasan ke Suriah pada April 2015. Dia berusia 8 tahun saat dibawa ke Suriah.
Dia berbicara tentang cobaan beratnya kepada program Panorama BBC dan kepada Frontline PBS.
"Kami berlari melintasi area yang sangat gelap," kata Matthew selama wawancara. "Saat itu di malam hari, ada banyak titik acak dari kawat berduri...Tidak banyak yang masuk ke kepala saya kecuali, 'Saya perlu lari'."
Matthew, Ibunya, dan Ayah tirinya tinggal di Raqqa, kota yang diklaim oleh kelompok teror ISIS sebagai ibukotanya.
"Itu cukup berisik, tembakan biasanya," katanya. "Kadang-kadang ledakan acak, seperti jauh sekali. Jadi kita tidak perlu terlalu khawatir."
Ayah tirinya menjadi sniper ISIS, dan anak itu merekam sejumlah video propaganda. Dalam salah satu video, Matthew memasang sabuk bom bunuh diri; di tempat lain, dia membongkar senapan AK-47.
Anak tersebut—yang diidentifikasi hanya sebagai Matthew—baru berusia 10 tahun ketika dia muncul di video propaganda ISIS dan mengancam Presiden Donald Trump bahwa "pertempuran dengan ISIS akan berakhir di tanah Anda."
"Saya masih sangat kecil sehingga saya tidak benar-benar mengerti semua itu," kata Matthew, yang sekarang berusia 13 tahun, kepada BBC,yang dilansir Senin (23/11/2020). Dia tinggal di Florida bersama ayahnya setelah dia diterbangkan pulang oleh militer AS pada 2018. (Baca: AS Tes Jet Tempur Siluman F-35 untuk Serangan Nuklir Supersonik, Ini Videonya )
Hidup Matthew berubah ketika dia diseret oleh Ibunya, Samantha Sally, dan ayah tirinya, Moussa Elhassani, melintasi perbatasan ke Suriah pada April 2015. Dia berusia 8 tahun saat dibawa ke Suriah.
Dia berbicara tentang cobaan beratnya kepada program Panorama BBC dan kepada Frontline PBS.
"Kami berlari melintasi area yang sangat gelap," kata Matthew selama wawancara. "Saat itu di malam hari, ada banyak titik acak dari kawat berduri...Tidak banyak yang masuk ke kepala saya kecuali, 'Saya perlu lari'."
Matthew, Ibunya, dan Ayah tirinya tinggal di Raqqa, kota yang diklaim oleh kelompok teror ISIS sebagai ibukotanya.
"Itu cukup berisik, tembakan biasanya," katanya. "Kadang-kadang ledakan acak, seperti jauh sekali. Jadi kita tidak perlu terlalu khawatir."
Ayah tirinya menjadi sniper ISIS, dan anak itu merekam sejumlah video propaganda. Dalam salah satu video, Matthew memasang sabuk bom bunuh diri; di tempat lain, dia membongkar senapan AK-47.
Lihat Juga :
tulis komentar anda