Ubah Citra di Mata Internasional, Pejabat Korut Kini Twitteran
Sabtu, 14 November 2020 - 01:23 WIB
SEOUL - Dua akun baru Twitter yang tampaknya milik pejabat Korea Utara (Korut) mulai mendapat banyak perhatian dari jagad dunia maya.
Cuitan dari akun-akun tersebut, tidak ada yang diverifikasi sejak bergabung dengan platform media sosial itu pada 1 Oktober, termasuk foto dan propaganda yang mirip dengan yang disebarkan oleh media yang dikelola pemerintah negara tertutup itu. Kicauan itu juga mengkritik partai politik Korea Selatan (Korsel) karena hubungan dekat mereka dengan Amerika Serikat (AS).
Setiap akun hanya mengikuti Uriminzokkiri, saluran propaganda di bawah naungan Komite Korea Utara untuk Reunifikasi Damai Tanah Air. Tweet dari kedua akun diposting tidak hanya dalam bahasa Korea tetapi juga China, Jepang, dan Inggris. Hal ini mungkin untuk menarik audiens yang lebih luas.
Akun tersebut juga berisi pesan dengan sentuhan pribadi.
Kim Myong-il, pemilik akun @korea_myongil, menggambarkan dirinya sebagai direktur Komite untuk Reunifikasi Damai Tanah Air. Sementara pejabat Korut lainnya yaitu Han Song-il, pemilik akun @korea_songil, mengidentifikasi dirinya sebagai direktur di sebuah institut unifikasi di Korut.
"Tidak peduli betapa sulitnya mungkin saya bertekad untuk berhenti merokok demi keuntungan diri saya sendiri dan lingkungan yang lebih bersih," cuit Kim, merujuk pada undang-undang anti-rokok yang baru diadopsi Korut seperti dikutip dari ABC News, Sabtu (14/11/2020).
Kim juga adalah direktur di badan tingkat tinggi yang ditunjuk untuk urusan antar-Korea, mitra untuk Kementerian Unifikasi Korsel.
Sedangkan sebuah tweet baru-baru ini dari Han ditujukan untuk menghormati ibunya: "Meskipun ibu saya hampir berusia 50 tahun, dia selalu memperhatikan saya dengan mata penuh perhatian ... Ibu, saya menghormatimu! Saya mencintaimu!"
Sekedar informasi, Hari Ibu di Korut jatuh pada tanggal 16 November.
Belum dikonfirmasi apakah pesan-pesan tersebut ditulis sendiri oleh keduanya. Untuk diketahui, akses internet global telah dilarang di Korut.(Baca juga: Rezim Kim Jong-un Dicurigai Latih Lumba-Lumba sebagai Tentara Perang )
"Kami menyadari bahwa Korea Utara memiliki berbagai saluran propaganda dan akun media, tetapi sulit bagi kami untuk mengidentifikasi apakah akun Twitter spesifik ini benar-benar dioperasikan oleh orang Korea Utara," kata Kementerian Unifikasi Korsel kepada ABC News.
"Ada kemungkinan bahwa akun itu asli," kata An Chan-il, direktur Institut Dunia untuk Kajian Korea Utara di Seoul, Korsel, kepada ABC News.
"Saluran propaganda YouTube mereka juga dijalankan oleh individu yang dipilih oleh otoritas. Namun, operator akun tersebut kemungkinan besar adalah seseorang yang dipilih oleh otoritas Korea Utara, bukan individu biasa," jelasnya.
Cha Du-hyeogn, seorang peneliti di The Asan Institute for Policy Studies di Korsel, mengatakan kepada ABC News bahwa meskipun agen Korut biasa memantau internet di luar negeri daripada menyuarakan pendapat mereka sendiri mungkin saja mereka beroperasi secara aktif dan terbuka untuk menciptakan opini publik yang mendukung tentang Korut.(Baca juga: Seperti China dan Rusia, Korut Juga Bungkam Soal Pilpres AS )
Korut baru-baru ini meningkatkan kehadirannya di media sosial Barat - Youtube, Twitter, dan Instagram - untuk mengubah citra nasional yang ternoda oleh ancaman nuklir dan pelanggaran hak asasi manusia yang tak terhitung jumlahnya.
"Echo of Truth" saluran propaganda Youtube yang menampilkan seorang wanita muda bernama Un A yang menayangkan video tur bergaya vlog di sekitar Pyongyang, memiliki hampir 44.000 pelanggan.
"Itu menunjukkan bahwa Korea Utara ingin memasuki panggung internasional sebagai bangsa yang normal," tambah An.
"Mereka mencoba melakukan semua yang dilakukan negara normal lainnya," tukasnya.
Cuitan dari akun-akun tersebut, tidak ada yang diverifikasi sejak bergabung dengan platform media sosial itu pada 1 Oktober, termasuk foto dan propaganda yang mirip dengan yang disebarkan oleh media yang dikelola pemerintah negara tertutup itu. Kicauan itu juga mengkritik partai politik Korea Selatan (Korsel) karena hubungan dekat mereka dengan Amerika Serikat (AS).
Setiap akun hanya mengikuti Uriminzokkiri, saluran propaganda di bawah naungan Komite Korea Utara untuk Reunifikasi Damai Tanah Air. Tweet dari kedua akun diposting tidak hanya dalam bahasa Korea tetapi juga China, Jepang, dan Inggris. Hal ini mungkin untuk menarik audiens yang lebih luas.
Akun tersebut juga berisi pesan dengan sentuhan pribadi.
Kim Myong-il, pemilik akun @korea_myongil, menggambarkan dirinya sebagai direktur Komite untuk Reunifikasi Damai Tanah Air. Sementara pejabat Korut lainnya yaitu Han Song-il, pemilik akun @korea_songil, mengidentifikasi dirinya sebagai direktur di sebuah institut unifikasi di Korut.
"Tidak peduli betapa sulitnya mungkin saya bertekad untuk berhenti merokok demi keuntungan diri saya sendiri dan lingkungan yang lebih bersih," cuit Kim, merujuk pada undang-undang anti-rokok yang baru diadopsi Korut seperti dikutip dari ABC News, Sabtu (14/11/2020).
Kim juga adalah direktur di badan tingkat tinggi yang ditunjuk untuk urusan antar-Korea, mitra untuk Kementerian Unifikasi Korsel.
Sedangkan sebuah tweet baru-baru ini dari Han ditujukan untuk menghormati ibunya: "Meskipun ibu saya hampir berusia 50 tahun, dia selalu memperhatikan saya dengan mata penuh perhatian ... Ibu, saya menghormatimu! Saya mencintaimu!"
Sekedar informasi, Hari Ibu di Korut jatuh pada tanggal 16 November.
Belum dikonfirmasi apakah pesan-pesan tersebut ditulis sendiri oleh keduanya. Untuk diketahui, akses internet global telah dilarang di Korut.(Baca juga: Rezim Kim Jong-un Dicurigai Latih Lumba-Lumba sebagai Tentara Perang )
"Kami menyadari bahwa Korea Utara memiliki berbagai saluran propaganda dan akun media, tetapi sulit bagi kami untuk mengidentifikasi apakah akun Twitter spesifik ini benar-benar dioperasikan oleh orang Korea Utara," kata Kementerian Unifikasi Korsel kepada ABC News.
"Ada kemungkinan bahwa akun itu asli," kata An Chan-il, direktur Institut Dunia untuk Kajian Korea Utara di Seoul, Korsel, kepada ABC News.
"Saluran propaganda YouTube mereka juga dijalankan oleh individu yang dipilih oleh otoritas. Namun, operator akun tersebut kemungkinan besar adalah seseorang yang dipilih oleh otoritas Korea Utara, bukan individu biasa," jelasnya.
Cha Du-hyeogn, seorang peneliti di The Asan Institute for Policy Studies di Korsel, mengatakan kepada ABC News bahwa meskipun agen Korut biasa memantau internet di luar negeri daripada menyuarakan pendapat mereka sendiri mungkin saja mereka beroperasi secara aktif dan terbuka untuk menciptakan opini publik yang mendukung tentang Korut.(Baca juga: Seperti China dan Rusia, Korut Juga Bungkam Soal Pilpres AS )
Korut baru-baru ini meningkatkan kehadirannya di media sosial Barat - Youtube, Twitter, dan Instagram - untuk mengubah citra nasional yang ternoda oleh ancaman nuklir dan pelanggaran hak asasi manusia yang tak terhitung jumlahnya.
"Echo of Truth" saluran propaganda Youtube yang menampilkan seorang wanita muda bernama Un A yang menayangkan video tur bergaya vlog di sekitar Pyongyang, memiliki hampir 44.000 pelanggan.
"Itu menunjukkan bahwa Korea Utara ingin memasuki panggung internasional sebagai bangsa yang normal," tambah An.
"Mereka mencoba melakukan semua yang dilakukan negara normal lainnya," tukasnya.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda