AS Menanti Pemimpin Baru di Pilpres Bersejarah

Rabu, 04 November 2020 - 06:35 WIB
Kandidat Capres dari Partai Demokrat Joe Biden dan dari Partai Republik Donald Trump. Foto/Reuters
WASHINGTON - Masyarakat Amerika Serikat (AS) tengah menanti pemimpin baru melalui pemilihan presiden (pilpres) . Siapakah yang terpilih di antara Donald Trump dari Partai Republik atau Joe Biden dari Partai Demokrat? Hasilnya bukan hanya akan memengaruhi kehidupan masyarakat AS, tapi juga dunia karena keberadaannya sebagai negara adi daya.



Pilpres 2020 bisa disebut pemilu bersejarah sebab menjadi pilpres kali ini paling ramai diperbincangkan di sepanjang sejarah demokrasi modern AS. Selain terjadi perubahan budaya pencoblosan dan penggunaan teknologi digital, kandidat yang maju menuju kursi presiden juga memiliki gaya kepemimpinan dan latar belakang yang tidak biasa serta memiliki visi-misi yang berlawanan. (Baca: Sebenarnya Darah itu Suci atau Najis?)



Momen pilpres kali ini juga mendapat perhatian karena berlangsung di tengah krisis kesehatan, ekonomi, sosial, dan politik. Siapa pun yang terpilih akan memengaruhi cara Paman Sam menyelesaikan berbagai persoalan dan tantangan tersebut, dan secara otomatis akan berdampak pada dinamika internasional secara luas.

Masyarakat AS telah memberikan suaranya, antara kepada Donald Trump dari Partai Republik dan Joe Biden dari Partai Demokrat, Selasa (3/11) waktu lokal. Mereka memiliki hak untuk memilih satu dari dua kandidat setelah dua politisi tersebut melewati kampanye besar dalam beberapa bulan terakhir.

Siapakah sejatinya calon pemimpin terbaik di antara Trump atau Biden? Para ahli politik di AS menilai dua kandidat akan bekerja untuk memajukan bangsa dan negara, tapi dengan cara dan pendekatan yang berbeda, terutama dalam mengatasi masalah sosial. Trump lebih dikenal sebagai pemimpin antimainstream, tegas, logis, dan proteksionis, sedangkan Biden mainstream dan globalis.

Selama kampanye, Trump berambisi besar untuk menjadikan AS sebagai negara yang kuat dan tidak mudah tunduk terhadap seruan asing. Di bawah kepemimpinannya, imigran asing, baik dari Amerika Selatan ataupun Timur Tengah, lebih sulit diselundupkan menuju AS mengingat penjagaan di perbatasan sangat ketat. (Baca juga: Biaya Operasional Pendidikan Terlambat Cair, Ada Apa?)

Perusahaan-perusahaan asing yang dianggap menjadi alat mata-mata dan mengancam keamanan nasional juga dibekukan, kebanyakan berasal dari China. Meski tuduhan itu sejauh ini masih dalam proses investigasi, Trump tidak main-main dan berharap seluruh server perusahaan asal China dipindah menuju AS.

Selain itu, Trump juga berupaya mengeluarkan kebijakan adil selama pandemi dengan menyeimbangkan kesehatan dan ekonomi masyarakat. Dia menilai ekonomi masyarakat perlu berputar dan tidak perlu terlalu lama melakukan lockdown. Pasalnya, banyak perusahaan yang kehilangan pemasukan selama pandemi.

Trump mengatakan Pilpres 2020 merupakan penentuan masa depan ratusan juta warga AS. “Empat tahun lalu, kami melalui masa yang menggairahkan. Sekarang, jauh lebih menggairahkan. Terus terang saja, pilpres kali ini lebih penting. Ini akan menjadi sejarah dan momen besar bagi kami,” kata Trump, dikutip CNN.

Jika Trump menang untuk kedua kalinya, seluruh kebijakannya akan diteruskan. Upaya penanggulangan wabah Covid-19 tidak akan mengalami banyak perubahan, sekalipun mendapat kritikan tajam dari lawan politik dan ahli kesehatan. Pemerintahan Trump bahkan dituduh tidak memedulikan keselamatan masyarakat. (Baca juga: Kenali dan Jangan Remehkan Gejala Long Covid)

Ahli penyakit menular, Dr Anthony Fauci, mengatakan, kesehatan masyarakat sedang dipertaruhkan dan memerlukan upaya pencegahan yang lebih efektif. Metode herd immunity yang diusulkan penasihat Trump, Dr Scott Atlas, dinilai tidak akan berhasil di AS sebab merupakan negara dengan penduduk amat besar.

Namun, Trump menilai Covid-19 masih terkendali. Lebih dari 90% pasien juga dapat sembuh. Karena itu, warga AS yang sehat diimbau dapat memutar roda bisnis dan ekonomi, sedangkan mereka yang sakit diimbau beristirahat. Ekonomi AS juga mengalami pertumbuhan signifikan setelah anjlok pertengahan tahun ini.

Salah satu kekuatan Trump dibandingkan Biden ialah kepeduliannya terhadap warga AS yang terlupakan dan tersingkir akibat globalisasi. Dia diyakini akan selalu siap mengonfrontasi China agar setiap kesepakatan perdagangan, bisnis, dan investasi menguntungkan dua belah pihak, terutama bagi warga AS. (Baca juga: Prinsip Kehati-hatian Jadi Kunci Sembuh dari Corona)

Dalam empat tahun terakhir, Trump sangat fokus membenahi permasalahan dalam negeri. Satu-satunya isu besar internasional yang diperhatikan Trump ialah status Yerusalem dan masa depan Israel. Selain mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Trump juga menormalisasi hubungan negara Arab dengan Israel.

AS di bawah kepemimpinan Trump juga memiliki riwayat hubungan baik dengan Rusia. Pemerintah AS setidaknya tidak mencampuri urusan Rusia dalam empat tahun terakhir. Namun, AS memiliki hubungan buruk dengan Iran, China, dan Korea Utara (Korut). Hubungan dengan negara Eropa Barat juga sempat naik-turun.

Berbeda dengan Trump, Biden menjunjung tinggi sosialisme, kemanusiaan, dan demokrasi. Dia bahkan dengan tegas menuduh Trump telah mengancam keberadaan demokrasi di AS yang sudah terpelihara sejak 250 tahun lalu. Jika menang, Biden kemungkinan besar akan membalikkan semua kebijakan Trump.

Dengan membawa misi membangkitkan “jiwa demokrasi” nasional, Biden berjanji akan mengeluarkan kebijakan berdasarkan kesepakatan bersama, logika, kesusilaan, empati, dan globalisasi. “Kita dapat memilih cara yang keras dan terpecah belah atau bergerak berdasarkan kepentingan bersama,” kata Biden. (Lihat videonya: Cuti Bersama, Ratusan Wisatawan di Bandung Reaktif Covid-19)

Biden juga berjanji akan memprioritaskan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat AS seperti yang diusung pendahulunya, Barack Obama, Lyndon Johnson, dan Franklin Roosevelt. Bersama wakil presidennya, Kamala Harris, dia akan fokus meningkatkan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. (Muh Shamil)
(ysw)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More