Pemimpin Dunia Desak Armenia-Azerbaijan Menahan Diri

Selasa, 29 September 2020 - 11:35 WIB
Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan setelah Uni Soviet runtuh pada 1991 hingga terjadi pertempuran hebat yang menewaskan 30.000 orang dan ribuan orang terusir dari kampung halamannya. Meski gencatan senjata sudah dicapai pada 1994, Azerbaijan dan Armenia sering terlibat ketegangan diplomatik serta kekerasan senjata api. (Baca juga: Pneumonia Butuh Pertolongan Serius)

Armenia menyatakan pasukan Azerbaijan telah menyerang warga sipil, termasuk warga ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert, dan siap melancarkan operasi militer. “Kami akan berdiri tegap bersama pasukan militer untuk menjaga kedaulatan ibu pertiwi dari serangan Azeri,” kata Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di Twitter.

Azerbaijan membantah pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Armenia sebelumnya yang mengklaim telah menghancurkan tank dan helikopter milik Azerbaijan. Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, menuduh pasukan Armenia meluncurkan serangan terorganisasi dengan dilengkapi target untuk mengguncang stabilitas kawasan.

“Kami akan mempertahankan wilayah kami karena kami memiliki hak untuk itu. Alasan kami juga memiliki dasar. Karabakh merupakan wilayah Azerbaijan,” ujar Aliyev. Azerbaijan kini memberlakukan jam malam dan menerapkan aturan militer agar bisa cepat merespons situasi di lapangan, sedangkan Armenia mendeklarasikan darurat militer dan mobilisasi armada tempur. (Baca juga: Era Teknologi KTP Biometrik Dimulai)

Turki menyatakan berkomunikasi dengan kelompok Minsk untuk memediasi ketegangan Azerbaijan dan Armenia. Sejauh ini Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan baru berkomunikasi dengan Aliyev, sedangkan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Pashinyan. Erdogan mendukung Azerbaijan dan menyatakan separatis sebagai ancaman nasional.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengaku cemas dan meminta Azerbaijan serta Armenia berhenti berseteru dan kembali berdamai. Uni Eropa, Organisasi untuk Kerja Sama dan Keamanan Eropa, dan Paus Fransiskus juga mendesak kedua negara menahan diri dan tidak melakukan aksi militer.

Sementara itu, Menteri pertahanan Armenia mengatakan, sebuah serangan pada permukiman warga di Nagorno-Karabakh, termasuk di ibu kota daerah Stepanakert, terjadi pukul 08.10 waktu setempat, Minggu (27/09). Seorang perempuan dan anak dibunuh, kata para pejabat. Otoritas separatis di Nagorno-Karabakh mengatakan 16 prajurit mereka tewas dan 100 lainnya mengalami luka. (Baca juga: Pengamat: Jika Pancasila Berhasil Dibuka, Kebangkitan PKI Nyata)

Armenia mengatakan, telah menembak jatuh dua helikopter dan tiga pesawat tanpa awak, serta menghancurkan tiga tank. Pemerintah Armenia menetapkan darurat militer dan mobilisasi militer secara total sesaat setelah pengumuman yang sama dari otoritas di Nagorno-Karabakh. Darurat militer adalah sebuah langkah darurat yang memberi kewenangan pada militer untuk mengambil alih fungsi pemerintahan sipil.

Azerbaijan mengeluarkan gambar yang mereka sebut sebagai kehancuran kendaraan baja Armenia. “Bersiap untuk mempertahankan tanah air kami yang suci,” ungkap PM Armenia, Nikol Pashinyan. Dia menuding Azerbaijan melakukan agresi yang telah dirancang sebelumnya.

Seraya memberi peringatan bahwa wilayah itu berada di ambang “perang berskala besar” dan menuduh Turki “berperilaku agresif”, dia mendesak komunitas internasional bersatu mencegah ketidakstabilan lebih lanjut.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More