Update COVID-19 Dunia 4 Mei: 3,5 Juta Kasus, 1,1 Orang Juta Sembuh
Senin, 04 Mei 2020 - 13:27 WIB
Cabut Lockdown?
Tingkat harian kasus-kasus baru di seluruh dunia telah berada dalam kisaran 2-3 persen selama seminggu terakhir, dibandingkan dengan puncak sekitar 13 persen pada pertengahan Maret. Hal itu mendorong banyak negara bersiap melonggarkan atau bahkan mencabut penguncian wilayah atau lockdown yang telah menjungkirbalikkan bisnis dan melumpuhkan ekonomi global.
Melonggarnya pembatasan terbukti kontroversial, karena para ahli memperdebatkan strategi terbaik untuk memastikan tidak ada wabah "gelombang kedua" yang besar.
"Kita bisa dengan mudah memiliki gelombang kedua atau ketiga karena banyak tempat tidak kebal," kata Collignon, yang mencatat bahwa dunia kekurangan kekebalan kawanan, yang membutuhkan sekitar 60 persen populasi untuk pulih dari penyakit ini.
Para pejabat kesehatan juga menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya jumlah kasus di negara-negara di mana ada kurangnya tes dan kurangnya fasilitas medis.
Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson, yang berjuang melawan COVID-19 bulan lalu, mengatakan pada hari Minggu bahwa negara itu sudah melewati puncaknya, tetapi masih terlalu dini untuk melonggarkan lockdown.
Di negara-negara di mana perlawanan terhadap COVID-19 telah dianggap berhasil, seperti Australia dan Selandia Baru yang telah mencatat tingkat infeksi baru setiap hari dalam satu digit selama berminggu-minggu, para pejabatnya memilih berhati-hati terkait opsi melonggarkan lockdown.
Tingkat harian kasus-kasus baru di seluruh dunia telah berada dalam kisaran 2-3 persen selama seminggu terakhir, dibandingkan dengan puncak sekitar 13 persen pada pertengahan Maret. Hal itu mendorong banyak negara bersiap melonggarkan atau bahkan mencabut penguncian wilayah atau lockdown yang telah menjungkirbalikkan bisnis dan melumpuhkan ekonomi global.
Melonggarnya pembatasan terbukti kontroversial, karena para ahli memperdebatkan strategi terbaik untuk memastikan tidak ada wabah "gelombang kedua" yang besar.
"Kita bisa dengan mudah memiliki gelombang kedua atau ketiga karena banyak tempat tidak kebal," kata Collignon, yang mencatat bahwa dunia kekurangan kekebalan kawanan, yang membutuhkan sekitar 60 persen populasi untuk pulih dari penyakit ini.
Para pejabat kesehatan juga menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya jumlah kasus di negara-negara di mana ada kurangnya tes dan kurangnya fasilitas medis.
Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson, yang berjuang melawan COVID-19 bulan lalu, mengatakan pada hari Minggu bahwa negara itu sudah melewati puncaknya, tetapi masih terlalu dini untuk melonggarkan lockdown.
Di negara-negara di mana perlawanan terhadap COVID-19 telah dianggap berhasil, seperti Australia dan Selandia Baru yang telah mencatat tingkat infeksi baru setiap hari dalam satu digit selama berminggu-minggu, para pejabatnya memilih berhati-hati terkait opsi melonggarkan lockdown.
(min)
tulis komentar anda