Kepemimpinan Baru Suriah Bekukan Konstitusi dan Parlemen selama 3 Bulan
Jum'at, 13 Desember 2024 - 20:15 WIB
DAMASKUS - Pemerintah baru Suriah memutuskan membekukan konstitusi dan parlemen selama masa transisi tiga bulan, menurut seorang pejabat pemerintah kepada AFP.
"Komite hukum dan hak asasi manusia akan dibentuk untuk meninjau Konstitusi dan mengusulkan amandemen," ungkap juru bicara Hay'at Tahrir Al-Sham (HTS) Obaida Arnaout.
Pasukan oposisi Suriah yang merebut kekuasaan di Suriah pada hari Minggu telah menunjuk Mohammad Al-Bashir sebagai pemimpin pemerintahan transisi hingga 1 Maret 2025.
Al-Bashir sebelumnya memimpin Pemerintahan Keselamatan di kubu pemberontak Idlib, di barat laut Suriah.
Sementara itu, Mufti Libya, Sheikh Al-Sadeq Al-Gharyani, memperingatkan rakyat Suriah agar tidak menerima dukungan finansial dari aktor internasional, khususnya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), dengan meminta mereka mengingat apa yang terjadi di Mesir dan Libya.
Al-Ghariani menyarankan warga Suriah belajar dari pengalaman revolusi sebelumnya di Mesir, Libya, dan Tunisia.
Dia menyoroti negara-negara ini menghadapi tantangan yang signifikan karena pengaruh eksternal. “Warga Suriah harus waspada terhadap mereka yang saat ini berkuasa,” ungkap dia.
Dia menyatakan, “UEA dan Arab Saudi telah menginvestasikan sumber daya yang besar untuk melemahkan pemerintahan terpilih di Mesir dan Tunisia sambil memperburuk konflik seperti yang terjadi di Sudan.”
Dia menggarisbawahi peran Israel dan sekutunya sebagai hambatan bagi revolusi ini, dengan menegaskan apa yang terjadi di Libya dan Mesir merupakan kudeta, bukan transisi demokrasi sejati.
Sang mufti mendesak warga Suriah tetap bersatu melawan retorika yang memecah belah yang disamarkan sebagai seruan untuk demokrasi.
“Meskipun pemilu terjadi di Mesir dan Libya,” Al-Ghariani mencatat, “kekuatan internasional tidak mendukung keberhasilan mereka; sebaliknya, mereka mendukung para pemimpin kudeta seperti Khalifa Haftar, Abdel Fattah Al-Sisi, dan Kais Saied.”
Dia memperingatkan saudara-saudaranya di Suriah tentang ancaman serupa yang menyusup ke dalam revolusi mereka.
Dia menasihati warga Suriah untuk “menerapkan hukum yang adil; jika ada yang muncul untuk menentang tujuan Anda, ambil tindakan tegas.”
"Komite hukum dan hak asasi manusia akan dibentuk untuk meninjau Konstitusi dan mengusulkan amandemen," ungkap juru bicara Hay'at Tahrir Al-Sham (HTS) Obaida Arnaout.
Pasukan oposisi Suriah yang merebut kekuasaan di Suriah pada hari Minggu telah menunjuk Mohammad Al-Bashir sebagai pemimpin pemerintahan transisi hingga 1 Maret 2025.
Al-Bashir sebelumnya memimpin Pemerintahan Keselamatan di kubu pemberontak Idlib, di barat laut Suriah.
Sementara itu, Mufti Libya, Sheikh Al-Sadeq Al-Gharyani, memperingatkan rakyat Suriah agar tidak menerima dukungan finansial dari aktor internasional, khususnya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), dengan meminta mereka mengingat apa yang terjadi di Mesir dan Libya.
Al-Ghariani menyarankan warga Suriah belajar dari pengalaman revolusi sebelumnya di Mesir, Libya, dan Tunisia.
Dia menyoroti negara-negara ini menghadapi tantangan yang signifikan karena pengaruh eksternal. “Warga Suriah harus waspada terhadap mereka yang saat ini berkuasa,” ungkap dia.
Dia menyatakan, “UEA dan Arab Saudi telah menginvestasikan sumber daya yang besar untuk melemahkan pemerintahan terpilih di Mesir dan Tunisia sambil memperburuk konflik seperti yang terjadi di Sudan.”
Dia menggarisbawahi peran Israel dan sekutunya sebagai hambatan bagi revolusi ini, dengan menegaskan apa yang terjadi di Libya dan Mesir merupakan kudeta, bukan transisi demokrasi sejati.
Sang mufti mendesak warga Suriah tetap bersatu melawan retorika yang memecah belah yang disamarkan sebagai seruan untuk demokrasi.
“Meskipun pemilu terjadi di Mesir dan Libya,” Al-Ghariani mencatat, “kekuatan internasional tidak mendukung keberhasilan mereka; sebaliknya, mereka mendukung para pemimpin kudeta seperti Khalifa Haftar, Abdel Fattah Al-Sisi, dan Kais Saied.”
Dia memperingatkan saudara-saudaranya di Suriah tentang ancaman serupa yang menyusup ke dalam revolusi mereka.
Dia menasihati warga Suriah untuk “menerapkan hukum yang adil; jika ada yang muncul untuk menentang tujuan Anda, ambil tindakan tegas.”
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda