10 Negara Paling Berbahaya di Dunia pada 2024, Mayoritas Terjebak dalam Perang
Kamis, 29 Agustus 2024 - 15:01 WIB
JAKARTA - Negara- negara paling berbahaya di dunia untuk dikunjungi pada tahun 2024 telah terungkap dalam laporan terbaru oleh Institute for Economics and Peace.
Laporan tersebut memeringkat 163 negara bagian dan teritori independen berdasarkan tingkat kedamaian mereka, yang mencakup 99,7% populasi dunia.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa saat ini terdapat 56 konflik aktif, yang menandai jumlah tertinggi sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, dengan lebih sedikit konflik yang diselesaikan baik secara militer maupun melalui perjanjian damai.
Foto/AP
Dengan skor Indeks Perdamaian Global (GPI) 2024 sebesar 3,397, Yaman tetap menjadi salah satu negara paling berbahaya di dunia, dengan konflik sipil yang dahsyat sejak 2015 yang menyebabkan penderitaan dan kekacauan yang luar biasa.
Melansir Vanguard, Yaman bergulat dengan kelaparan, penyakit, dan runtuhnya infrastruktur yang meluas di tengah perang yang berkepanjangan. Apa yang dimulai sebagai konflik internal telah meningkat karena keterlibatan negara-negara tetangga, masing-masing mendukung faksi yang berbeda, memperpanjang dan mengintensifkan sifat konflik yang merusak.
Foto/AP
Laporan tersebut memeringkat 163 negara bagian dan teritori independen berdasarkan tingkat kedamaian mereka, yang mencakup 99,7% populasi dunia.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa saat ini terdapat 56 konflik aktif, yang menandai jumlah tertinggi sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, dengan lebih sedikit konflik yang diselesaikan baik secara militer maupun melalui perjanjian damai.
10 Negara Paling Berbahaya di Dunia pada 2024, Mayoritas Terjebak dalam Perang
1. Yaman
Foto/AP
Dengan skor Indeks Perdamaian Global (GPI) 2024 sebesar 3,397, Yaman tetap menjadi salah satu negara paling berbahaya di dunia, dengan konflik sipil yang dahsyat sejak 2015 yang menyebabkan penderitaan dan kekacauan yang luar biasa.
Melansir Vanguard, Yaman bergulat dengan kelaparan, penyakit, dan runtuhnya infrastruktur yang meluas di tengah perang yang berkepanjangan. Apa yang dimulai sebagai konflik internal telah meningkat karena keterlibatan negara-negara tetangga, masing-masing mendukung faksi yang berbeda, memperpanjang dan mengintensifkan sifat konflik yang merusak.
2. Sudan
Foto/AP
tulis komentar anda