WHO Wanti-wanti Negara yang Ingin Cabut Lockdown

Sabtu, 02 Mei 2020 - 03:47 WIB
Foto/Ilustrasi/Sindonews
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mewanti-wanti negara yang ingin mencabut lockdown guna membatasi penyebaran virus COVID-19. Menurut WHO pencabutan lockdown harus dilakukan bertahap, sembari waspada dan siap untuk memberlakukan kembali lockdown jika terjadi lonjakan.

Ahli komite darurat WHO, Mike Ryan mengatakan, kelompok rentan yang berada di lembaga-lembaga termasuk mereka yang berada di panti jompo, penjara, dan tempat penampungan migran, harus dilindungi.

Bahkan jika virus mulai terkendali, masyarakat harus tahu untuk tetap mengikuti langkah-langkah menjaga jarak dan kebersihan fisik, dan pengujian kasus-kasus yang dicurigai harus dilanjutkan.



“Sangat penting bahwa ketika negara-negara meringankan langkah-langkah itu, mereka secara konstan mencari peningkatan infeksi dan khususnya berurusan dengan penularan dalam pengaturan khusus,” kata Ryan dalam konferensi pers seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (2/5/2020).

Menurut Ryan virus ini telah menyebar di berbagai fasilitas untuk para manula di Eropa dan Amerika Utara, sementara di Singapura telah menginfeksi pekerja migran di tempat penampungan.

"Karena percikan dalam situasi seperti itu berubah menjadi api dengan sangat cepat," imbuhnya.

WHO mengakui kesulitan bagi pemerintah untuk mempertahankan lockdown selama pandemi karena alasan sosial, psikologis dan ekonomi.

"Jadi kami sangat cemas bahwa kami dapat pindah ke situasi di mana penyakit dapat dikendalikan dengan tindakan yang tidak terlalu parah," ujarnya.

"Tetapi pada saat yang sama kami ingin menghindari situasi di mana kami melepaskan langkah-langkah terlalu mudah dan kemudian kami bangkit kembali ke transmisi intens dan kami harus melakukannya lagi," ia menambahkan.

Bahkan ketika beberapa negara Barat mulai mengurangi lockdown, kata Ryan, ada tren penyebaran yang mengkhawatirkan di negara-negara dari Haiti ke Somalia dan Yaman. Ia juga menunjuk Sudan, Sudan Selatan, Suriah, Yaman, Afghanistan, Sierre Leone, Republik Afrika Tengah, dan "kelompok yang serius" di Kano, Nigeria utara.

Mengenai virus Corona baru yang pertama kali muncul akhir tahun lalu di kota Wuhan, China tengah, ia menegaskan bahwa para ilmuwan yang memeriksa urutan genetiknya telah meyakinkan WHO bahwa virus ini berasal dari alam.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan pembelaan yang kuat atas tindakannya dan WHO “tepat waktu” dalam menyatakan virus Corona baru sebagai darurat internasional pada akhir Januari.

"Deklarasi 30 Januari dibuat dalam waktu yang cukup bagi seluruh dunia untuk merespons karena pada tahap itu di luar China hanya ada 82 kasus infeksi dan tidak ada kematian," katanya.

Tedros mengatakan WHO, yang berusaha memimpin tanggapan global terhadap pandemi COVID-19, telah menggunakan hari-hari sebelum menyatakan darurat global sebagai waktu untuk mengunjungi China untuk mempelajari lebih lanjut tentang virus baru itu.

"Selama kunjungan itu, mereka juga memenangkan 'perjanjian awal' dengan China untuk mengirim penyelidik," kata Tedros.

Ditanya tentang hubungan dengan Amerika Serikat sebagai pendonor terbesar WHO yang telah menangguhkan pendanaan setelah mengkritik penanganan pandemi WHO, Tedros mengatakan: "Kami benar-benar berhubungan terus-menerus dan kami bekerja sama."

Meski begitu, Tedros tidak memberikan detail hubungan dan kerja sama yang dimaksud.
(ber)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More