4 Dampak Pembantaian Warga Palestina yang Sedang Salat Subuh oleh Israel
Sabtu, 10 Agustus 2024 - 20:20 WIB
Dikatakan bahwa serangan tersebut mencerminkan "pengabaian yang belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap hukum internasional.
Mesir, bersama dengan Qatar dan AS, membantu memediasi perundingan gencatan senjata yang dijadwalkan pada 15 Agustus.
"Setiap kali kesepakatan ditawarkan dan saatnya tiba, ia [Netanyahu] melakukan operasi yang langsung menggagalkan kesepakatan," kata Angrest dalam komentar yang disiarkan oleh televisi Israel.
Angrest merujuk pada serangan Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung warga Palestina yang mengungsi di Kota Gaza yang menewaskan lebih dari 100 orang sebelum perundingan gencatan senjata dijadwalkan dilanjutkan minggu depan.
"Kita tahu bahwa ada dua menteri dalam pemerintahan yang menekan perdana menteri untuk merusak kesepakatan. Ada menteri yang haus darah, dan mereka tidak peduli dengan anak saya dan tahanan lainnya, dan mereka tidak keberatan jika mereka kembali dalam peti mati," lanjutnya.
Ia merujuk pada Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, dua anggota sayap kanan pemerintahan Netanyahu yang tidak merahasiakan penolakan mereka terhadap segala bentuk kesepakatan pembebasan tawanan dan keinginan mereka untuk melanjutkan serangan terhadap Gaza.
Mesir, bersama dengan Qatar dan AS, membantu memediasi perundingan gencatan senjata yang dijadwalkan pada 15 Agustus.
4. Sandera Israel Tak Akan Kembali
Hagai Angrest, ayah dari seorang warga Israel yang ditawan oleh Hamas, mengatakan bahwa meskipun ia yakin Netanyahu menginginkan pengembalian para tawanan yang ditawan di Gaza, ia mengambil tindakan yang menenangkan anggota sayap kanan pemerintah Israel dan menggagalkan harapan tercapainya kesepakatan."Setiap kali kesepakatan ditawarkan dan saatnya tiba, ia [Netanyahu] melakukan operasi yang langsung menggagalkan kesepakatan," kata Angrest dalam komentar yang disiarkan oleh televisi Israel.
Angrest merujuk pada serangan Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung warga Palestina yang mengungsi di Kota Gaza yang menewaskan lebih dari 100 orang sebelum perundingan gencatan senjata dijadwalkan dilanjutkan minggu depan.
"Kita tahu bahwa ada dua menteri dalam pemerintahan yang menekan perdana menteri untuk merusak kesepakatan. Ada menteri yang haus darah, dan mereka tidak peduli dengan anak saya dan tahanan lainnya, dan mereka tidak keberatan jika mereka kembali dalam peti mati," lanjutnya.
Ia merujuk pada Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, dua anggota sayap kanan pemerintahan Netanyahu yang tidak merahasiakan penolakan mereka terhadap segala bentuk kesepakatan pembebasan tawanan dan keinginan mereka untuk melanjutkan serangan terhadap Gaza.
(ahm)
tulis komentar anda