Benarkah Arab Saudi dan Yaman Berperang? Simak Penjelasannya
Senin, 03 Juni 2024 - 18:18 WIB
SANAA - Arab Saudi dan Yaman merupakan dua negara mayoritas Muslim di kawasan Timur Tengah. Kendati letaknya berdekatan, keduanya sering disebut punya hubungan yang kurang harmonis.
Melihat ke belakang, Arab Saudi dan Yaman memang memiliki catatan konflik tersendiri. Sebagai contoh, keduanya pernah terlibat konfrontasi ketika perang saudara di Yaman berkecamuk pada 2014.
Riwayat tersebut membuat banyak orang menganggap bahwa Arab Saudi dan Yaman benar-benar berperang. Namun, benarkah demikian?
Mengutip laman Cfr, Senin (3/6/2024), Houthi yang memiliki sejarah pemberontakan melawan pemerintah Sunni menuntut adanya pemerintahan baru di Yaman. Saat negosiasi gagal, kelompok ini merebut istana presiden pada Januari 2015.
Akibatnya, Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi dan pemerintahannya terpaksa mengundurkan diri. Kondisi tersebut juga membuat Hadi harus kabur ke luar negeri untuk berlindung.
Setelah itu, Arab Saudi mulai terlibat. Menyikapi kondisi di Yaman, Arab Saudi sebagai tetangga melakukan intervensi militer.
Tujuannya adalah untuk menggulingkan Houthi, sekaligus mengembalikan kekuasaan Presiden Hadi. Menariknya, langkah ini juga didukung negara Arab lain seperti Bahrain hingga Uni Emirat Arab (UEA).
Jalannya intervensi kekuatan-kekuatan regional dalam konflik Yaman turut menarik negara tersebut ke dalam perjuangan proksi regional seiring dengan perpecahan Sunni-Syiah yang lebih luas. Akibatnya, konflik menjadi semakin runyam.
Melihat ke belakang, Arab Saudi dan Yaman memang memiliki catatan konflik tersendiri. Sebagai contoh, keduanya pernah terlibat konfrontasi ketika perang saudara di Yaman berkecamuk pada 2014.
Riwayat tersebut membuat banyak orang menganggap bahwa Arab Saudi dan Yaman benar-benar berperang. Namun, benarkah demikian?
Benarkah Arab Saudi dan Yaman Berperang
Sebelum lebih jauh, perlu diketahui bahwa Yaman mengalami perang saudara pada 2014. Keadaan ini bermula ketika kelompok militan Houthi mengambil alih ibu kota Yaman dan kota terbesarnya, yakni Sanaa.Mengutip laman Cfr, Senin (3/6/2024), Houthi yang memiliki sejarah pemberontakan melawan pemerintah Sunni menuntut adanya pemerintahan baru di Yaman. Saat negosiasi gagal, kelompok ini merebut istana presiden pada Januari 2015.
Akibatnya, Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi dan pemerintahannya terpaksa mengundurkan diri. Kondisi tersebut juga membuat Hadi harus kabur ke luar negeri untuk berlindung.
Setelah itu, Arab Saudi mulai terlibat. Menyikapi kondisi di Yaman, Arab Saudi sebagai tetangga melakukan intervensi militer.
Tujuannya adalah untuk menggulingkan Houthi, sekaligus mengembalikan kekuasaan Presiden Hadi. Menariknya, langkah ini juga didukung negara Arab lain seperti Bahrain hingga Uni Emirat Arab (UEA).
Jalannya intervensi kekuatan-kekuatan regional dalam konflik Yaman turut menarik negara tersebut ke dalam perjuangan proksi regional seiring dengan perpecahan Sunni-Syiah yang lebih luas. Akibatnya, konflik menjadi semakin runyam.
tulis komentar anda