Dikritik Trump Soal Lonjakan Covid-19, PM Selandia Baru Naik Darah
Selasa, 18 Agustus 2020 - 17:17 WIB
WELLINGTON - Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern membalas kritik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tentang lonjakan kasus virus Corona yang tidak terkendali di Selandia Baru. Menurut Ardern, kritik Trump terhadap kondisi di Selandia Baru "benar-benar salah."
Ardern menyebut Trump terlalu membesar-besarkan wabah baru virus Corona di Selandia Baru sebagai "gelombang besar" yang sebaiknya dihindari warga AS.
"Siapa pun yang mengikuti (pandemi Covid-19 ) akan dengan mudah melihat bahwa sembilan kasus Selandia Baru dalam sehari tidak sebanding dengan puluhan ribu di Amerika Serikat," cetus Ardern.
"Jelas, itu jelas salah," tambahnya tentang pernyataan Trump, dalam kritik yang sangat blak-blakan dari sekutu Amerika seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (18/8/2020).
Selandia Baru telah dipuji sebagai kisah sukses global setelah memberantas penularan lokal virus Corona dan Ardern dipuji sebagai "anti-Trump".
Tetapi penemuan cluster baru-baru ini di Auckland memaksa kota terbesar di negara itu kembali di kunci (lockdown). (Baca: Muncul Kasus Covid-19 Baru, Selandia Baru Lockdown Auckland )
Pada kampanye pemilu di Minnesota pada hari Senin waktu setempat, Trump menanggapi perkembangan itu sebagai bukti bahwa para pengkritiknya - yang menyebut Selandia Baru sebagai contoh - salah.
"Anda lihat apa yang terjadi di Selandia Baru," kata Trump kepada pendukungnya.
"Mereka mengalahkannya; mereka mengalahkannya. Itu seperti halaman depan (berita), mereka mengalahkannya karena mereka ingin menunjukkan sesuatu kepada saya," imbuhnya.
Mengutip "lonjakan besar di Selandia Baru", Trump menambahkan: "Ini mengerikan. Kami tidak menginginkan itu."
Selandia Baru, dengan populasi lima juta, memiliki sekitar 1.300 kasus virus Corona sejak pandemi dimulai sekitar delapan bulan lalu dan sekitar 70 kasus aktif.
Amerika Serikat, di sisi lain, adalah negara yang paling terpukul di dunia dengan lebih dari lima juta kasus dan lebih dari 170.000 kematian dalam populasi 328 juta.
Ini bukan pertama kalinya Trump dan Ardern - pemimpin kiri-tengah yang relatif lebih muda - terlibat perselisihan.
Tak lama setelah kemenangan pemilunya yang menakjubkan pada tahun 2017, Presiden Trump bertemu dengan Ardern di pertemuan puncak di Vietnam dan bercanda bahwa dia telah menyebabkan banyak kekecewaan di negaranya.
"Anda tahu, tidak ada yang berbaris ketika saya terpilih," balasnya, mengacu pada aksi protes yang mengikuti kemenangan Trump pada tahun 2016.
Kedua pemimpin sedang menuju pemilu dalam beberapa minggu mendatang, dan untuk keduanya, terlibat "berbalas pantun" kemungkinan akan terlihat baik di mata para pendukungnya.
Ardern telah dipaksa untuk menunda pemilu selama sebulan karena wabah terbaru, menempatkan keunggulannya yang cukup besar dalam pemungutan suara dalam bahaya. (Baca: Infeksi Covid-19 Meningkat, Selandia Baru Tunda Pemilu )
Sedangkan Presiden Trump membuntuti calon asal Partai Demokrat Joe Biden dalam pemungutan suara dan menghadapi kritik keras atas penanganannya terhadap pandemi.
Ardern menyebut Trump terlalu membesar-besarkan wabah baru virus Corona di Selandia Baru sebagai "gelombang besar" yang sebaiknya dihindari warga AS.
"Siapa pun yang mengikuti (pandemi Covid-19 ) akan dengan mudah melihat bahwa sembilan kasus Selandia Baru dalam sehari tidak sebanding dengan puluhan ribu di Amerika Serikat," cetus Ardern.
"Jelas, itu jelas salah," tambahnya tentang pernyataan Trump, dalam kritik yang sangat blak-blakan dari sekutu Amerika seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (18/8/2020).
Selandia Baru telah dipuji sebagai kisah sukses global setelah memberantas penularan lokal virus Corona dan Ardern dipuji sebagai "anti-Trump".
Tetapi penemuan cluster baru-baru ini di Auckland memaksa kota terbesar di negara itu kembali di kunci (lockdown). (Baca: Muncul Kasus Covid-19 Baru, Selandia Baru Lockdown Auckland )
Pada kampanye pemilu di Minnesota pada hari Senin waktu setempat, Trump menanggapi perkembangan itu sebagai bukti bahwa para pengkritiknya - yang menyebut Selandia Baru sebagai contoh - salah.
"Anda lihat apa yang terjadi di Selandia Baru," kata Trump kepada pendukungnya.
"Mereka mengalahkannya; mereka mengalahkannya. Itu seperti halaman depan (berita), mereka mengalahkannya karena mereka ingin menunjukkan sesuatu kepada saya," imbuhnya.
Mengutip "lonjakan besar di Selandia Baru", Trump menambahkan: "Ini mengerikan. Kami tidak menginginkan itu."
Selandia Baru, dengan populasi lima juta, memiliki sekitar 1.300 kasus virus Corona sejak pandemi dimulai sekitar delapan bulan lalu dan sekitar 70 kasus aktif.
Amerika Serikat, di sisi lain, adalah negara yang paling terpukul di dunia dengan lebih dari lima juta kasus dan lebih dari 170.000 kematian dalam populasi 328 juta.
Ini bukan pertama kalinya Trump dan Ardern - pemimpin kiri-tengah yang relatif lebih muda - terlibat perselisihan.
Tak lama setelah kemenangan pemilunya yang menakjubkan pada tahun 2017, Presiden Trump bertemu dengan Ardern di pertemuan puncak di Vietnam dan bercanda bahwa dia telah menyebabkan banyak kekecewaan di negaranya.
"Anda tahu, tidak ada yang berbaris ketika saya terpilih," balasnya, mengacu pada aksi protes yang mengikuti kemenangan Trump pada tahun 2016.
Kedua pemimpin sedang menuju pemilu dalam beberapa minggu mendatang, dan untuk keduanya, terlibat "berbalas pantun" kemungkinan akan terlihat baik di mata para pendukungnya.
Ardern telah dipaksa untuk menunda pemilu selama sebulan karena wabah terbaru, menempatkan keunggulannya yang cukup besar dalam pemungutan suara dalam bahaya. (Baca: Infeksi Covid-19 Meningkat, Selandia Baru Tunda Pemilu )
Sedangkan Presiden Trump membuntuti calon asal Partai Demokrat Joe Biden dalam pemungutan suara dan menghadapi kritik keras atas penanganannya terhadap pandemi.
(ber)
tulis komentar anda