Erdogan: Perang Israel di Gaza Sebanding Pembantaian oleh Nazi
Sabtu, 10 Februari 2024 - 10:30 WIB
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sebanding dengan pembantaian yang dilakukan Nazi Jerman selama Perang Dunia II.
Kritik pedasnya muncul pada Jumat (9/2/2024) ketika Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meningkatkan serangan darat terhadap pejuang Hamas di bagian selatan daerah kantong Palestina yang berpenduduk padat.
“Di depan mata seluruh dunia, pasukan pendudukan Israel secara brutal membunuh 28.000 saudara dan saudari kita di Palestina, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan perempuan,” tegas Erdogan saat berpidato di forum pemuda Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
“Serangan IDF terhadap sekolah, rumah sakit, masjid, dan lokasi sipil lainnya adalah serangan yang mengingatkan kita pada Nazi,” ujar dia.
Sebagai seorang kritikus vokal terhadap Israel, pemimpin Turki ini berulang kali membandingkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan Adolf Hitler dan mengutuk operasi militer di Gaza.
Kampanye pengeboman dan invasi darat berikutnya telah membuat sekitar 85% penduduk Gaza mengungsi dan menyebabkan sekitar 570.000 warga Palestina menghadapi kelaparan, menurut PBB.
Sekitar 1,4 juta dari 2,2 juta penduduk sebelum perang di daerah kantong yang terkepung itu telah melarikan diri ke kota Rafah di selatan Gaza, dekat perbatasan dengan Mesir, setelah Israel memaksa warga sipil mengungsi ke selatan.
Kantor Netanyahu mengumumkan pada Jumat bahwa IDF akan menyerang Rafah untuk menghilangkan “aktivitas intens” Hamas di kota tersebut.
Bulan lalu, Mahkamah Internasional (ICJ) yang berbasis di Den Haag memutuskan Israel harus “mengambil semua tindakan sesuai kewenangannya” untuk mencegah “genosida” di Gaza.
Netanyahu menolak keputusan tersebut dan menyebutnya, “Tidak hanya salah, tapi juga keterlaluan.”
Israel tidak hanya menolak melaksanakan keputusan ICJ tapi menghina terang-terangan dengan melanjutkan genosida terhadap warga sipil Palestina di Gaza.
Amerika Serikat menjadi pemasok utama senjata Israel yang digunakan untuk membantai warga Palestina.
Kritik pedasnya muncul pada Jumat (9/2/2024) ketika Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meningkatkan serangan darat terhadap pejuang Hamas di bagian selatan daerah kantong Palestina yang berpenduduk padat.
“Di depan mata seluruh dunia, pasukan pendudukan Israel secara brutal membunuh 28.000 saudara dan saudari kita di Palestina, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan perempuan,” tegas Erdogan saat berpidato di forum pemuda Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
“Serangan IDF terhadap sekolah, rumah sakit, masjid, dan lokasi sipil lainnya adalah serangan yang mengingatkan kita pada Nazi,” ujar dia.
Sebagai seorang kritikus vokal terhadap Israel, pemimpin Turki ini berulang kali membandingkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan Adolf Hitler dan mengutuk operasi militer di Gaza.
Kampanye pengeboman dan invasi darat berikutnya telah membuat sekitar 85% penduduk Gaza mengungsi dan menyebabkan sekitar 570.000 warga Palestina menghadapi kelaparan, menurut PBB.
Sekitar 1,4 juta dari 2,2 juta penduduk sebelum perang di daerah kantong yang terkepung itu telah melarikan diri ke kota Rafah di selatan Gaza, dekat perbatasan dengan Mesir, setelah Israel memaksa warga sipil mengungsi ke selatan.
Kantor Netanyahu mengumumkan pada Jumat bahwa IDF akan menyerang Rafah untuk menghilangkan “aktivitas intens” Hamas di kota tersebut.
Bulan lalu, Mahkamah Internasional (ICJ) yang berbasis di Den Haag memutuskan Israel harus “mengambil semua tindakan sesuai kewenangannya” untuk mencegah “genosida” di Gaza.
Netanyahu menolak keputusan tersebut dan menyebutnya, “Tidak hanya salah, tapi juga keterlaluan.”
Israel tidak hanya menolak melaksanakan keputusan ICJ tapi menghina terang-terangan dengan melanjutkan genosida terhadap warga sipil Palestina di Gaza.
Amerika Serikat menjadi pemasok utama senjata Israel yang digunakan untuk membantai warga Palestina.
(sya)
tulis komentar anda