Israel Racuni Hamas dengan Gas, yang Tewas Malah 3 Tentaranya
Selasa, 23 Januari 2024 - 09:20 WIB
GAZA - Pasukan Israel mencoba membunuh pasukan Hamas dengan melemparkan gas beracun di sebuah terowongan di Jabaliya, Gaza utara. Namun ini menjadi insiden blunder, karena yang tewas justru tiga tentara Zionis yang ditawan di terowongan tersebut.
Serangan racun ini terjadi pada 14 Desember, namun baru terungkap setelah ibu dari salah satu tentara—yang merupakan dokter hewan—memprotes penyebab kematian putranya.
Ketika tiga tentara Zionis yang ditawan di Gaza dikeluarkan oleh pasukan Israel dari sebuah terowongan Jabaliya, pihak militer tidak memberikan penjelasan resmi bagaimana mereka dibunuh.
Itu tentu saja menumbulkan banyak pertanyaan, terutama dari keluarga para korban.
Para prajurit itu adalah Ron Sherman, Nick Beiser, dan satu lagi tidak diungkap identitasnya. Yang ketiga, menurut klaim surat kabar Haaretz, sebenarnya adalah warga sipil, meskipun klaim itu tidak dapat diverifikasi.
"Sekitar sebulan setelah penemuan mayat-mayat tersebut, militer memberikan laporan patologi kepada keluarga mereka dan laporan tentang bagaimana mayat tersebut ditemukan,” tulis Haaretz dalam laporannya.
"Yang menimbulkan pertanyaan sulit dan meresahkan, memerlukan penjelasan dan paparan publik," lanjut laporan itu, yang dilansir Palestine Chronicle, Selasa (23/1/2024).
Berbagai pertanyaan diajukan oleh salah satu ibu tentara tersebut, Maayan Sherman, yang menurut surat kabar Israel, adalah seorang dokter hewan.
Menggunakan media sosial untuk menghadapi klaim militer Israel, Sherman mengatakan bahwa putranya diracun sampai mati oleh pasukan militer.
Pasukan Israel dilaporkan telah menggunakan gas beracun untuk membunuh para pejuang Palestina di dalam terowongan Gaza untuk menghindari pertempuran di bawah tanah.
“Temuan penyelidikan: Ron memang dibunuh,” tulis Sherman dalam postingan Facebook, yang dikutip oleh Haaretz.
"Anak saya tidak (dibunuh) oleh Hamas...bukan karena peluru nyasar dan tidak dalam baku tembak. Ini adalah pembunuhan yang disengaja. Dibom dengan gas beracun. Oh ya, dan mereka menemukan bahwa beberapa jari Ron juga hancur, tampaknya karena upaya putus asanya untuk melarikan diri dari kuburan racun," papar Sherman.
“(Anak saya) diculik karena kelalaian kriminal dari semua tokoh senior di tentara dan pemerintahan busuk ini, yang memberikan perintah untuk membunuhnya untuk menyelesaikan masalah dengan teroris yang haus darah, tapi juga sangat bodoh, bernama Ghandour dari Jabaliya," imbuh Sherman.
Haaretz mengutip Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, yang menulis bahwa tanggapannya terhadap ibu tentara Israel itu "mengelak".
"Hagari mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menentukan apa yang membunuh ketiga sandera tersebut,” imbuh laporan Haaretz.
"Pada titik ini, kita tidak dapat menyangkal atau mengonfirmasi bahwa mereka dibunuh karena mati lemas, pencekikan, keracunan, dan dampak serangan IDF atau tindakan Hamas.”
“Tanggapan mengelak ini tampaknya dimaksudkan untuk membungkam diskusi dan menciptakan keraguan mengenai klaim keluarga tersebut, tanpa menyangkalnya secara langsung atau bertengkar dengan orang tua yang berduka,” papar laporan Haaretz.
Lusinan tawanan Israel dilaporkan, baik oleh Hamas sendiri, atau melalui pengakuan langsung oleh militer Israel, telah terbunuh sejak dimulainya perang sebagai akibat dari tindakan blunder pasukan Zionis.
Dalam satu kasus, tiga tawanan Israel dibunuh oleh rekan mereka sendiri ketika mereka mencoba melarikan diri dari Shejaiya bulan lalu.
Lainnya tewas dalam operasi penyelamatan yang gagal di berbagai wilayah Jalur Gaza.
Selain itu, menurut perkiraan militer Israel, hampir seperempat dari seluruh warga Israel yang terbunuh di Gaza telah ditembak atau dibom dalam banyak insiden "friendly-fire".
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 25.295 warga Palestina telah terbunuh, dan 63.000 lainnya terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober.
Perkiraan Palestina dan komunitas internasional menyebutkan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan racun ini terjadi pada 14 Desember, namun baru terungkap setelah ibu dari salah satu tentara—yang merupakan dokter hewan—memprotes penyebab kematian putranya.
Ketika tiga tentara Zionis yang ditawan di Gaza dikeluarkan oleh pasukan Israel dari sebuah terowongan Jabaliya, pihak militer tidak memberikan penjelasan resmi bagaimana mereka dibunuh.
Itu tentu saja menumbulkan banyak pertanyaan, terutama dari keluarga para korban.
Para prajurit itu adalah Ron Sherman, Nick Beiser, dan satu lagi tidak diungkap identitasnya. Yang ketiga, menurut klaim surat kabar Haaretz, sebenarnya adalah warga sipil, meskipun klaim itu tidak dapat diverifikasi.
"Sekitar sebulan setelah penemuan mayat-mayat tersebut, militer memberikan laporan patologi kepada keluarga mereka dan laporan tentang bagaimana mayat tersebut ditemukan,” tulis Haaretz dalam laporannya.
"Yang menimbulkan pertanyaan sulit dan meresahkan, memerlukan penjelasan dan paparan publik," lanjut laporan itu, yang dilansir Palestine Chronicle, Selasa (23/1/2024).
Berbagai pertanyaan diajukan oleh salah satu ibu tentara tersebut, Maayan Sherman, yang menurut surat kabar Israel, adalah seorang dokter hewan.
Menggunakan media sosial untuk menghadapi klaim militer Israel, Sherman mengatakan bahwa putranya diracun sampai mati oleh pasukan militer.
Pasukan Israel dilaporkan telah menggunakan gas beracun untuk membunuh para pejuang Palestina di dalam terowongan Gaza untuk menghindari pertempuran di bawah tanah.
“Temuan penyelidikan: Ron memang dibunuh,” tulis Sherman dalam postingan Facebook, yang dikutip oleh Haaretz.
"Anak saya tidak (dibunuh) oleh Hamas...bukan karena peluru nyasar dan tidak dalam baku tembak. Ini adalah pembunuhan yang disengaja. Dibom dengan gas beracun. Oh ya, dan mereka menemukan bahwa beberapa jari Ron juga hancur, tampaknya karena upaya putus asanya untuk melarikan diri dari kuburan racun," papar Sherman.
“(Anak saya) diculik karena kelalaian kriminal dari semua tokoh senior di tentara dan pemerintahan busuk ini, yang memberikan perintah untuk membunuhnya untuk menyelesaikan masalah dengan teroris yang haus darah, tapi juga sangat bodoh, bernama Ghandour dari Jabaliya," imbuh Sherman.
Haaretz mengutip Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, yang menulis bahwa tanggapannya terhadap ibu tentara Israel itu "mengelak".
"Hagari mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menentukan apa yang membunuh ketiga sandera tersebut,” imbuh laporan Haaretz.
"Pada titik ini, kita tidak dapat menyangkal atau mengonfirmasi bahwa mereka dibunuh karena mati lemas, pencekikan, keracunan, dan dampak serangan IDF atau tindakan Hamas.”
“Tanggapan mengelak ini tampaknya dimaksudkan untuk membungkam diskusi dan menciptakan keraguan mengenai klaim keluarga tersebut, tanpa menyangkalnya secara langsung atau bertengkar dengan orang tua yang berduka,” papar laporan Haaretz.
Lusinan tawanan Israel dilaporkan, baik oleh Hamas sendiri, atau melalui pengakuan langsung oleh militer Israel, telah terbunuh sejak dimulainya perang sebagai akibat dari tindakan blunder pasukan Zionis.
Dalam satu kasus, tiga tawanan Israel dibunuh oleh rekan mereka sendiri ketika mereka mencoba melarikan diri dari Shejaiya bulan lalu.
Lainnya tewas dalam operasi penyelamatan yang gagal di berbagai wilayah Jalur Gaza.
Selain itu, menurut perkiraan militer Israel, hampir seperempat dari seluruh warga Israel yang terbunuh di Gaza telah ditembak atau dibom dalam banyak insiden "friendly-fire".
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 25.295 warga Palestina telah terbunuh, dan 63.000 lainnya terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober.
Perkiraan Palestina dan komunitas internasional menyebutkan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
(mas)
tulis komentar anda