Purnawirawan Jenderal AS: Israel Hampir Mustahil Hancurkan Hamas di Gaza
Senin, 30 Oktober 2023 - 20:30 WIB
WASHINGTON - Purnawirawan Jenderal Amerika Serikat (AS) Robert Abrams mengatakan kecil kemungkinan Israel akan mampu mencapai tujuan mereka untuk melenyapkan Hamas sekaligus melindungi warga sipil Palestina.
Adams menyuarakan pesimisme pada Minggu pagi (29/10/2023) ketika ditanya media AS mengenai pendapatnya soal aksi militer Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza yang terkepung.
“Saya pikir hal yang saya anggap hampir mustahil adalah menghancurkan Hamas, menghilangkan kemampuan mereka untuk merugikan Israel dan rakyat Israel, sekaligus melindungi apa yang diperkirakan sebagian orang sebagai satu juta warga Palestina yang berada dalam bahaya dan mereka tidak bisa lepas dari bahaya,” papar Adams dalam wawancara di televisi AS.
Adams mencatat sulitnya mencapai tujuan Israel mengingat kompleksnya medan perkotaan di Gaza.
“Ini akan menjadi tugas yang sangat sulit bagi Pasukan Pertahanan Israel, bahwa pertahanan yang akan dibangun Hamas di daerah perkotaan yang sangat padat, tidak seperti apa pun yang kita lihat dalam beberapa tahun terakhir, akan memerlukan pertempuran pengepungan yang sangat besar, dan sekaligus berusaha memastikan Israel tidak secara tidak sengaja menargetkan lokasi para sandera,” papar Adams.
“Ini akan menjadi tugas yang sangat sulit dan kita harus melihat bagaimana rencana mereka dijalankan di sini dalam beberapa hari mendatang,” ungkap dia.
Sayap bersenjata Hamas pada Kamis mengklaim 50 tawanan yang ditahan kelompok bersenjata tersebut sejak serangan mendadak tanggal 7 Oktober telah terbunuh oleh serangan bom Israel di Gaza.
Keluarga para tawanan telah berulang kali meminta pemerintah Israel menarik kembali permusuhan karena kekhawatiran pemboman yang terus berlanjut mengancam kehidupan anggota keluarga mereka.
Pertemuan diadakan pada Sabtu antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan keluarga para tawanan setelah ancaman protes dilontarkan.
Sementara itu, retorika Netanyahu tampaknya sengaja meremehkan kekhawatiran mengenai perlindungan warga sipil Palestina.
Perdana Menteri Israel merujuk pada Alkitab dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada Sabtu, tampaknya membandingkan orang Palestina dengan orang Amalek dalam Alkitab, yang dibunuh secara sistematis oleh orang Israel.
Lebih dari 8.000 warga Palestina telah terbunuh sejauh ini dalam serangan Israel sejak 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sementara lebih dari 20.200 orang dilaporkan terluka.
Pihak berwenang di Gaza baru-baru ini merilis daftar nama korban tewas sebagai tanggapan atas tudingan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan sejumlah pihak lainnya bahwa pemerintah Hamas di Gaza membesar-besarkan jumlah korban tewas.
Para pejabat PBB mencatat jumlah korban tewas yang dilaporkan Kementerian Kesehatan Gaza terbukti “kredibel” di masa lalu.
Baru-baru ini, muncul spekulasi yang menyatakan jumlah kematian warga sipil yang dikaitkan dengan Hamas dalam serangan mendadak mereka mungkin meningkat.
Pasukan militer Israel secara historis beroperasi berdasarkan kebijakan kontroversial, yang dikenal sebagai “Perintah Hannibal,” yaitu membunuh warga Israel yang terancam ditawan daripada membiarkan mereka disandera oleh pasukan musuh.
Laporan saksi mata menyatakan pasukan IDF terlibat dalam penembakan tanpa pandang bulu terhadap bangunan, membunuh warga Israel dan pejuang Hamas.
Pada Sabtu, satu esai diterbitkan di media AS oleh seorang aktivis Israel yang juga memperingatkan tentang tingginya potensi korban sipil di tengah operasi militer Israel di Gaza.
Mantan tentara IDF Benzion Sanders mencatat pemerintah Israel menginvasi Gaza pada tahun 2014 dengan tujuan serupa untuk menghancurkan Hamas.
Serangan militer tersebut gagal melenyapkan Hamas. Selama bertahun-tahun sejak itu, Hamas tetap menjadi dalih bagi tindakan brutal Israel terhadap warga sipil Palestina.
Adams menyuarakan pesimisme pada Minggu pagi (29/10/2023) ketika ditanya media AS mengenai pendapatnya soal aksi militer Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza yang terkepung.
“Saya pikir hal yang saya anggap hampir mustahil adalah menghancurkan Hamas, menghilangkan kemampuan mereka untuk merugikan Israel dan rakyat Israel, sekaligus melindungi apa yang diperkirakan sebagian orang sebagai satu juta warga Palestina yang berada dalam bahaya dan mereka tidak bisa lepas dari bahaya,” papar Adams dalam wawancara di televisi AS.
Adams mencatat sulitnya mencapai tujuan Israel mengingat kompleksnya medan perkotaan di Gaza.
“Ini akan menjadi tugas yang sangat sulit bagi Pasukan Pertahanan Israel, bahwa pertahanan yang akan dibangun Hamas di daerah perkotaan yang sangat padat, tidak seperti apa pun yang kita lihat dalam beberapa tahun terakhir, akan memerlukan pertempuran pengepungan yang sangat besar, dan sekaligus berusaha memastikan Israel tidak secara tidak sengaja menargetkan lokasi para sandera,” papar Adams.
“Ini akan menjadi tugas yang sangat sulit dan kita harus melihat bagaimana rencana mereka dijalankan di sini dalam beberapa hari mendatang,” ungkap dia.
Sayap bersenjata Hamas pada Kamis mengklaim 50 tawanan yang ditahan kelompok bersenjata tersebut sejak serangan mendadak tanggal 7 Oktober telah terbunuh oleh serangan bom Israel di Gaza.
Baca Juga
Keluarga para tawanan telah berulang kali meminta pemerintah Israel menarik kembali permusuhan karena kekhawatiran pemboman yang terus berlanjut mengancam kehidupan anggota keluarga mereka.
Pertemuan diadakan pada Sabtu antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan keluarga para tawanan setelah ancaman protes dilontarkan.
Sementara itu, retorika Netanyahu tampaknya sengaja meremehkan kekhawatiran mengenai perlindungan warga sipil Palestina.
Perdana Menteri Israel merujuk pada Alkitab dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada Sabtu, tampaknya membandingkan orang Palestina dengan orang Amalek dalam Alkitab, yang dibunuh secara sistematis oleh orang Israel.
Lebih dari 8.000 warga Palestina telah terbunuh sejauh ini dalam serangan Israel sejak 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sementara lebih dari 20.200 orang dilaporkan terluka.
Pihak berwenang di Gaza baru-baru ini merilis daftar nama korban tewas sebagai tanggapan atas tudingan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan sejumlah pihak lainnya bahwa pemerintah Hamas di Gaza membesar-besarkan jumlah korban tewas.
Para pejabat PBB mencatat jumlah korban tewas yang dilaporkan Kementerian Kesehatan Gaza terbukti “kredibel” di masa lalu.
Baru-baru ini, muncul spekulasi yang menyatakan jumlah kematian warga sipil yang dikaitkan dengan Hamas dalam serangan mendadak mereka mungkin meningkat.
Pasukan militer Israel secara historis beroperasi berdasarkan kebijakan kontroversial, yang dikenal sebagai “Perintah Hannibal,” yaitu membunuh warga Israel yang terancam ditawan daripada membiarkan mereka disandera oleh pasukan musuh.
Laporan saksi mata menyatakan pasukan IDF terlibat dalam penembakan tanpa pandang bulu terhadap bangunan, membunuh warga Israel dan pejuang Hamas.
Pada Sabtu, satu esai diterbitkan di media AS oleh seorang aktivis Israel yang juga memperingatkan tentang tingginya potensi korban sipil di tengah operasi militer Israel di Gaza.
Mantan tentara IDF Benzion Sanders mencatat pemerintah Israel menginvasi Gaza pada tahun 2014 dengan tujuan serupa untuk menghancurkan Hamas.
Serangan militer tersebut gagal melenyapkan Hamas. Selama bertahun-tahun sejak itu, Hamas tetap menjadi dalih bagi tindakan brutal Israel terhadap warga sipil Palestina.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda