Rusia: AS Kerahkan 12 Sistem Rudal Semakin Kacaukan Timur Tengah

Jum'at, 27 Oktober 2023 - 10:57 WIB
Rusia sebut pengerahan 12 sistem rudal tambahan oleh AS akan semakin mengacaukan situasi di Timur Tengah. Foto/REUTERS
MOSKOW - Rusia mengecam langkah Amerika Serikat (AS) yang mengerahkan sekitar 12 sistem rudal tambahan ke wilayah Timur Tengah ketika perang Israel-Hamas dikhawatirkan akan meluas.

"Pengerahan sistem pertahanan udara AS di wilayah tersebut hanya akan semakin mengacaukan situasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam konferensi pers di Moskow hari Kamis, sebagaimana dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (27/10/2023).

"Upaya Washington untuk memonopoli penyelesaian di Timur Tengah, mengabaikan penyebab sebenarnya dari konflik yang berkepanjangan, sebagian besar telah menyebabkan konsekuensi bencana saat ini," lanjut Zakharova.





Pada pekan lalu, Departemen Pertahanan AS mengumumkan rencana untuk mengirim sistem rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dan Patriot dalam jumlah yang tidak diungkapkan ke Timur Tengah.

Dua alasan utama pengerahan sistem rudal tambahan itu adalah untuk membantu pertahanan Israel dan melindungi tentara Amerika yang berada di Timur Tengah.

Pengumuman Departemen Pertahanan muncul Sabtu malam ketika situasi di Timur Tengah genting terkait kekhawatiran perang Israel-Hamas akan menyeret pihak lain dan meluas ke berbagai wilayah di kawasan tersebut.

Sedangkan laporan Wall Street Journal mengatakan Israel telah setuju untuk menunda invasi daratnya ke Jalur Gaza, Palestina, agar AS dapat mengerahkan sekitar 12 sistem pertahanan rudal ke Timur Tengah.

Menurut surat kabar itu, pengerahan selusin sistem rudal itu kemungkinan rampung pada akhir pekan ini.

Laporan itu mengatakan Pentagon berupaya segera mengirimkan sekitar 12 sistem pertahanan rudal ke lokasi di mana pasukan AS ditempatkan—termasuk Irak, Suriah, Kuwait, Yordania, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab—untuk melindungi mereka dari serangan rudal dan roket.

Zakharova mengatakan langkah Amerika itu merupakan provokasi ketika situasi di Timur Tengah semakin memanas.

“Yang dibutuhkan kawasan itu adalah deeskalasi awal konflik Palestina-Israel, dan bukan provokasi AS dalam bentuk pasokan, penyebaran sistem rudal yang disebutkan di atas,” katanya.

"Tindakan tersebut sejalan dengan taktik Amerika untuk memperkuat keamanan mereka sendiri dengan mengorbankan orang lain, yang semakin memperburuk situasi di Timur Tengah dan menciptakan ketegangan tambahan yang mungkin meluas ke luar kawasan," paparnya.

Konflik di Gaza dimulai ketika kelompok perlawanan Palestina; Hamas, memulai Operasi Badai al-Aqsa—sebuah serangan mendadak multi-cabang pada 7 Oktober yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut dan udara.

Hamas mengatakan serangan tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Militer Israel kemudian melancarkan pengeboman nyaris tanpa henti terhadap target-target Hamas di Jalur Gaza.

Lebih dari 7.000 orang tewas di Gaza. Sedangkan di Israel lebih dari 1.400 orang tewas.

Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza telah kehabisan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, dan konvoi bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza hanya membawa sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More