Rusia-China Mesra, Sekutu Putin Beri Peringatan: Sangat Berbahaya

Minggu, 01 Oktober 2023 - 12:36 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping. Foto/Ilustrasi
MOSKOW - Propagandis terkemuka Rusia dan sekutu Presiden Vladimir Putin , Vladimir Solovyov, baru-baru ini menyatakan bahwa Moskow yang mengandalkan aliansinya dengan China bisa menjadi sangat berbahaya.

Solovyov adalah presenter televisi di saluran TV milik negara Russia-1 dan dikenal karena komentar politiknya yang blak-blakan. Pada hari Sabtu, TheKremlinYap, akun pengawas di X, platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, membagikan klip dari siaran baru-baru ini di mana ia mempertanyakan ketergantungan Rusia yang terus berlanjut pada hubungannya dengan China.

“Berbahaya mengganti Amerika dengan China,” kata Solovyov, sebagaimana diterjemahkan oleh TheKremlinYap.

“Kalau dipikir-pikir, sangat berbahaya jika kita berlari dari sana ke sini. Dan seperti kita biasa menaruh semua telur kita di keranjang Anglo-Saxon, kita mungkin menaruhnya di keranjang China,” imbuhnya.





"Ini sangat berbahaya. Penting (bagi negara kita) untuk akhirnya mengakui dirinya sebagai beruang yang mencintai taiga dan mengandalkan kekuatannya sendiri. Merumuskan untuk dirinya sendiri, untuk selamanya, kepentingan nasionalnya sendiri, mengidentifikasi musuh, dan jangan ragu menyebut mereka musuh. Maka, tidak akan ada keinginan untuk bergabung dengan siapa pun," dia menambahkan seperti dikutip dari Newsweek, Minggu (1/10/2023).

Newsweek telah menghubungi pejabat Rusia melalui email untuk memberikan komentar terkait pernyataan ini.

Rusia dan China telah memelihara hubungan yang kuat selama beberapa dekade, dan Beijing menjadi salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan hubungan diplomatik, politik, dan ekonomi dengan Kremlin sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, dengan Beijing mengklaim memiliki sikap netral terhadap konflik tersebut.

Beberapa minggu sebelum dimulainya invasi, Putin dan Presiden China Xi Jinping mengumumkan apa yang disebut "persahabatan tanpa batas", yang semakin membuktikan aliansi mereka.

Hubungan tersebut, sejak saat itu di berbagai titik, telah diuji. Pada bulan Juli, serangan rudal Rusia di kota Odesa Ukraina menghantam gedung konsulat China, merusak bagian luarnya, namun tidak menimbulkan korban jiwa.



"China terus mengikuti perkembangan ini dan tetap berhubungan dengan pihak-pihak terkait. Kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga keamanan lembaga-lembaga dan warga negara China di Ukraina," demikian bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri China pada saat itu.

Setelah insiden rudal tersebut, Oleksii Reznikov, Menteri Pertahanan Ukraina saat itu, melalui media sosial membeberkan insiden lain yang telah menguji aliansi antara Rusia dan China.

“16 Mei: Rusia menyerang Kiev dengan rudal Kinzhal ketika utusan China Li Hui mengunjungi Ibu Kota Ukraina; 19 Juli: Rusia menghancurkan 60.000 ton biji-bijian Ukraina, beberapa di antaranya seharusnya diekspor ke RRC,” tulis Reznikov dalam sebuah postingan di bulan Juli.

“20 Juli: Gedung Konsulat Jenderal Republik Rakyat China yang terletak di tengah pemukiman warga rusak akibat serangan rudal dan drone Rusia di Odessa. Kronik singkat persahabatan tanpa batas," pungkasnya.

(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More