Korut Gelar Demo Besar Anti-AS, Peringatkan Pecahnya Perang Nuklir
Senin, 26 Juni 2023 - 10:22 WIB
SEOUL - Korea Utara (Korut) telah mengadakan demonstrasi besar-besaran di Pyongyang di mana orang-orang meneriakkan slogan-slogan anti-Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, kementerian luar negeri di Pyongyang pada hari Senin (26/6/2023) memperingatkan pecahnya perang nuklir karena sikap bermusuhan Washington.
Media pemerintah, KCNA, melaporkan sekitar 120.000 pekerja dan mahasiswa ambil bagian dalam unjuk rasa massal di seluruh Ibu Kota Korut, Pyongyang, pada hari Minggu.
Massa meneriakkan slogan-slogan anti-AS, termasuk janji untuk "perang balas dendam" guna menghancurkan Amerika Serikat. Demo besar ini juga menandai peringatan 73 tahun pecahnya Perang Korea.
Foto-foto yang dirilis oleh media pemerintah menunjukkan sebuah stadion yang penuh sesak dengan orang-orang yang memegang plakat bertuliskan: "Seluruh daratan AS berada dalam jangkauan tembak kami" dan "Imperialis AS adalah perusak perdamaian".
Demo besar-besaran hari Minggu terjadi di tengah kekhawatiran Pyongyang dapat segera melakukan peluncuran lain dari satelit mata-mata militer pertamanya untuk meningkatkan pemantauan kegiatan militer AS setelah upaya pertamanya berakhir dengan kegagalan pada 31 Mei.
"Korea Utara sekarang memiliki senjata absolut terkuat untuk menghukum imperialis AS dan pembalas di tanah ini terbakar dengan keinginan gigih untuk membalas dendam musuh," tulis KCNA, yang dikutip Reuters.
Korea Utara yang bersenjata nuklir telah menguji berbagai senjata termasuk rudal balistik antarbenua terbesarnya, meningkatkan ketegangan dengan Korea Selatan dan sekutu utama Korea Selatan, Amerika Serikat.
Kementerian Luar Negeri Korut memperingatkan pecahnya perang nuklir yang dipicu oleh upaya AS yang putus asa. Peringatan itu merujuk pada tindakan Washington yang telah mengerahkan aset strategisnya ke wilayah Semenanjung Korea.
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang karena konflik 1950-1953 mereka berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Sementara itu, kementerian luar negeri di Pyongyang pada hari Senin (26/6/2023) memperingatkan pecahnya perang nuklir karena sikap bermusuhan Washington.
Media pemerintah, KCNA, melaporkan sekitar 120.000 pekerja dan mahasiswa ambil bagian dalam unjuk rasa massal di seluruh Ibu Kota Korut, Pyongyang, pada hari Minggu.
Massa meneriakkan slogan-slogan anti-AS, termasuk janji untuk "perang balas dendam" guna menghancurkan Amerika Serikat. Demo besar ini juga menandai peringatan 73 tahun pecahnya Perang Korea.
Foto-foto yang dirilis oleh media pemerintah menunjukkan sebuah stadion yang penuh sesak dengan orang-orang yang memegang plakat bertuliskan: "Seluruh daratan AS berada dalam jangkauan tembak kami" dan "Imperialis AS adalah perusak perdamaian".
Demo besar-besaran hari Minggu terjadi di tengah kekhawatiran Pyongyang dapat segera melakukan peluncuran lain dari satelit mata-mata militer pertamanya untuk meningkatkan pemantauan kegiatan militer AS setelah upaya pertamanya berakhir dengan kegagalan pada 31 Mei.
"Korea Utara sekarang memiliki senjata absolut terkuat untuk menghukum imperialis AS dan pembalas di tanah ini terbakar dengan keinginan gigih untuk membalas dendam musuh," tulis KCNA, yang dikutip Reuters.
Korea Utara yang bersenjata nuklir telah menguji berbagai senjata termasuk rudal balistik antarbenua terbesarnya, meningkatkan ketegangan dengan Korea Selatan dan sekutu utama Korea Selatan, Amerika Serikat.
Kementerian Luar Negeri Korut memperingatkan pecahnya perang nuklir yang dipicu oleh upaya AS yang putus asa. Peringatan itu merujuk pada tindakan Washington yang telah mengerahkan aset strategisnya ke wilayah Semenanjung Korea.
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang karena konflik 1950-1953 mereka berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
(mas)
tulis komentar anda