7 Fakta Kedekatan Vladimir Putin dan Kim Jong Un

Rabu, 14 Juni 2023 - 13:25 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki kedekatan psikologis dan emosional dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un. Foto/Reuters
MOSKOW - Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un memiliki kedekatan khusus dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Bukan hanya mengenai hubungan antar pemimpin negara, tetapi keduanya juga memiliki kedekatan personal dan emosional yang intensif.

Baik Kim Jong Un dan Putin memiliki keterikatan dalam ideologis, sejarah, hingga kepentingan serta musuh bersama yang sama yakni Amerika Serikat (AS). Keduanya juga mencoba meningkatkan hubungan bilateral baik dalam ekonomi, terutama perdagangan.

Berikut adalah 7 fakta kedekatan antara Vladimir Putin dan Kim Jong Un.

1. Mengucapkan Selamat Ulang Tahun





Foto/Reuters

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengirim ucapan selamat ulang tahun kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada Oktober 2022.

Namun demikian, ucapan selamat tersebut dikaitkan dengan hal yang serius. Kim Jong Un mengungkap selamat dengan kalimat, "menghancurkan tantangan dan ancaman Amerika Serikat."



2. Kirim Ucapan Selamat Tahun Baru

Kim Jong Un mengirim kartu Tahun Baru 2023 kepada para pemimpin dari berbagai negara. Salah satunya adalah Putin.

Kantor berita Korea Utara, KCNA, tidak merinci surat atau isinya. Namun, Kim mungkin telah meminta para pemimpin penerima untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan negaranya dalam suratnya, sambil mengkritik "imperialisme AS" di wilayah tersebut.

Dia tidak merahasiakan tujuan Korea Utara untuk menjadi negara senjata nuklir yang lebih kuat untuk menghadapi penguatan aliansi Amerika Serikat dan Korea Selatan di wilayah tersebut.

3. Pernah Berkunjung ke Rusia



Foto/Reuters

Kim Jong Un menjadi pemimpin negara yang jarang melakukan kunjungan ke luar negeri. Tapi, dia mau berkunjung ke Rusia karena memiliki kedekatan dengan Putin.

Pada April 2019, Kim Jong Un berkunjung ke Vladivostok, Rusia untuk bertemu Putin. Secara khusus, Kim Jong Un datang dengan kereta api. Dia disambut oleh para pejabat dengan persembahan tradisional berupa roti dan garam.

Saat itu, Putin dan Kim Jong Un membahas "masalah nuklir" semenanjung Korea.

4. Terikat dengan Ikatan Sejarah



Foto/Reuters

Korea Utara dibentuk pada awal Perang Dingin dengan dukungan Uni Soviet. Korea Utara kemudian berperang melawan Selatan dan sekutu AS dan Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga menemui jalan buntu dalam Perang Korea 1950-1953 dengan bantuan ekstensif dari China dan Uni Soviet.

Korea Utara sangat bergantung pada bantuan Soviet selama beberapa dekade, dan ketika Uni Soviet runtuh pada 1990-an, hal itu memicu kelaparan yang mematikan.

5. Satu Suara di Panggung Diplomasi Internasional

Para pemimpin Pyongyang cenderung menggunakan Beijing dan Moskow untuk menyeimbangkan satu sama lain. Kim Jong Un awalnya memiliki hubungan yang relatif dingin dengan kedua negara, yang keduanya bergabung dengan Amerika Serikat dalam menjatuhkan sanksi tegas terhadap Korea Utara atas uji coba nuklirnya.

Namun setelah uji coba nuklir terakhir negaranya pada 2017, Kim Jong Un mengambil langkah untuk memperbaiki hubungan. Sejak itu, Rusia telah bergabung dengan China dalam menentang sanksi baru, memveto inisiatif yang dipimpin AS.



6. Mendukung Rusia Menginvasi Ukraina



Foto/Reuters

Korea Utara memberikan dukungan bagi Moskow setelah Rusia menginvasi Ukraina.

Pyongyang menjadi satu-satunya negara yang mengakui kemerdekaan wilayah Ukraina yang memisahkan diri. Kim Jong Un juga menyatakan dukungan untuk aneksasi yang diproklamirkan Rusia atas bagian-bagian Ukraina.

"'Operasi militer khusus' Moskow di Ukraina telah mengantarkan realitas geopolitik baru di mana Kremlin dan (Korea Utara) dapat menjadi semakin dekat, bahkan mungkin sampai membangkitkan kembali hubungan kuasi-aliansi yang telah ada selama Perang Dingin," Artyom Lukin, seorang profesor di Universitas Federal Timur Jauh di Vladivostok, menulis dalam laporan terbaru untuk 38 North, dilansir Reuters.

"Perlu dicatat bahwa Pyongyang telah mulai menggunakan frasa baru kolaborasi taktis dan strategis untuk menggambarkan hubungannya dengan Rusia," tambah Lukin.

Amerika Serikat menuding Rusia mendekati Korea Utara untuk membeli jutaan amunisi dan senjata lain untuk mengisi kembali persediaannya yang habis akibat perang. Baik Rusia maupun Korea Utara membantah klaim itu.

7. Mitra Perdagangan yang Saling Menguntungkan

Sebagian besar perdagangan Korea Utara melewati China, tetapi Rusia juga berpotensi menjadi mitra penting, terutama untuk menyediakan minyak. Moskow membantah melanggar sanksi PBB, tetapi kapal tanker Rusia telah dituduh membantu menghindari pembatasan ekspor minyak ke Korea Utara dan pemantau sanksi melaporkan bahwa buruh tetap berada di Rusia meskipun ada larangan.

"Ada alasan untuk meyakini setidaknya beberapa pembatasan perbatasan di pihak Korea Utara akan segera dicabut," kata Lukin, mengutip laporan pemerintah setempat bahwa perdagangan kereta api akan segera diizinkan.

Para pejabat Rusia telah secara terbuka membahas mengerjakan kebijakan politik untuk mempekerjakan 20.000 hingga 50.000 pekerja Korea Utara, meskipun resolusi Dewan Keamanan PBB melarang pengaturan hal tersebut.
(ahm)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More