4 Fakta Mundurnya UEA dari Koalisi AL Pimpinan AS
Jum'at, 02 Juni 2023 - 14:35 WIB
JAKARTA - Uni Emirat Arab (UEA) baru-baru ini diketahui telah menarik diri dari koalisi Angkatan Laut yang dipimpin oleh militer Amerika Serikat (AS). Koalisi yang dikenal sebagai Pasukan Maritim Gabungan (CMF) sebelumnya terdiri dari 34 negara anggota.
Keputusan UEA atas militer AS telah menjadi penanda adanya perubahan dinamika kerjasama internasional dalam keamanan maritim. Keputusan UEA juga merupakan hasil evaluasi kerjasama setelah bergabung dalam koalisi tersebut.
Tidak hanya sebagai keputusan biasa bagi sebuah negara untuk Amerika Serikat. Dibalik mundurnya UEA dari koalisi AL ternyata menyimpan sejumlah fakta yang menarik untuk diketahui.
CMF merupakan koalisi yang telah memainkan peranan penting dalam upaya menjaga beberapa rute pelayaran paling penting di dunia, terutama wilayah Laut Merah dan Teluk. Koalisi CMF ini diketahui berkantor pusat di Bahrain.
Tujuan adanya koalisi ini yaitu untuk mengatasi berbagai tantangan maritim, termasuk terorisme dan perompakan dalam rangka menjaga keamanan dan stabilitas kawasan masing-masing.
Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri UEA, keputusan yang dibuat oleh negaranya telah dipertimbangkan sejak dua bulan lalu. UEA pada dasarnya telah menekankan komitmennya untuk memajukan keamanan dan stabilitas kawasan.
UEA juga telah menegaskan jika keputusan mundur dari koalisi untuk memastikan keselamatan navigasi lautnya secara mandiri telah sesuai dengan hukum internasional.
Keputusan penarikan UEA menimbulkan pertanyaan tentang dinamika masa depan dan efektivitas dari CMF. Angkatan Laut Amerika pun hingga saat ini belum menanggapi keputusan dari UEA itu.
AS masih harus melihat apakah akan berdampak pada operasi koalisi atau tidak. Selain itu, negara lain juga harus bisa mempertimbangkan dan menilai kembali keterlibatan mereka di dalam koalisi CMF.
Dikutip dari laman Al Monitor, Rabu, (31/5/2023), keputusan UEA untuk mundur dari koalisi CMF memang sudah diketahui banyak pihak. Namun hingga pada akhir Mei 2023 lalu, pihak militer AS belum menerima pemberitahuan resmi dari UEA.
Meski demikian, pemerintah UEA melalui Kementerian Luar Negerinya sudah bertekad untuk keluar dari koalisi. Langkah ini sejalan dengan pendekatan UEA yang lebih luas untuk membentuk kebijakan luar negeri dan inisiatif keamanan di wilayah Timur Tengah.
Keputusan UEA atas militer AS telah menjadi penanda adanya perubahan dinamika kerjasama internasional dalam keamanan maritim. Keputusan UEA juga merupakan hasil evaluasi kerjasama setelah bergabung dalam koalisi tersebut.
Tidak hanya sebagai keputusan biasa bagi sebuah negara untuk Amerika Serikat. Dibalik mundurnya UEA dari koalisi AL ternyata menyimpan sejumlah fakta yang menarik untuk diketahui.
Berikut empat fakta mundurnya UEA dari koalisi AL yang dipimpin oleh militer AS:
1. Berkantor Pusat di Bahrain
CMF merupakan koalisi yang telah memainkan peranan penting dalam upaya menjaga beberapa rute pelayaran paling penting di dunia, terutama wilayah Laut Merah dan Teluk. Koalisi CMF ini diketahui berkantor pusat di Bahrain.
Tujuan adanya koalisi ini yaitu untuk mengatasi berbagai tantangan maritim, termasuk terorisme dan perompakan dalam rangka menjaga keamanan dan stabilitas kawasan masing-masing.
2. Keputusan Mundurnya UEA dibuat Dua Bulan Lalu
Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri UEA, keputusan yang dibuat oleh negaranya telah dipertimbangkan sejak dua bulan lalu. UEA pada dasarnya telah menekankan komitmennya untuk memajukan keamanan dan stabilitas kawasan.
UEA juga telah menegaskan jika keputusan mundur dari koalisi untuk memastikan keselamatan navigasi lautnya secara mandiri telah sesuai dengan hukum internasional.
3. Angkatan Laut AS Belum Menanggapi Keputusan UEA
Keputusan penarikan UEA menimbulkan pertanyaan tentang dinamika masa depan dan efektivitas dari CMF. Angkatan Laut Amerika pun hingga saat ini belum menanggapi keputusan dari UEA itu.
AS masih harus melihat apakah akan berdampak pada operasi koalisi atau tidak. Selain itu, negara lain juga harus bisa mempertimbangkan dan menilai kembali keterlibatan mereka di dalam koalisi CMF.
4. AS Belum Menerima Pemberitahuan Resmi dari UEA
Dikutip dari laman Al Monitor, Rabu, (31/5/2023), keputusan UEA untuk mundur dari koalisi CMF memang sudah diketahui banyak pihak. Namun hingga pada akhir Mei 2023 lalu, pihak militer AS belum menerima pemberitahuan resmi dari UEA.
Meski demikian, pemerintah UEA melalui Kementerian Luar Negerinya sudah bertekad untuk keluar dari koalisi. Langkah ini sejalan dengan pendekatan UEA yang lebih luas untuk membentuk kebijakan luar negeri dan inisiatif keamanan di wilayah Timur Tengah.
(ian)
tulis komentar anda