Medvedev Serukan Penghancuran Militer dan Pemusnahan Rezim Kiev
Minggu, 30 April 2023 - 09:36 WIB
MOSKOW - Mantan Presiden Rusia , Dmitry Medvedev, menyerukan penghancuran total dari rezim Kiev, serta untuk menimbulkan "pemusnahan massal" pada personel dan perangkat keras militer negara tersebut.
Medvedev, yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia, membuat pernyataan tersebut dalam sebuah postingan di Telegram pada hari Jumat. Ia mengomentari sebuah wawancara yang baru-baru ini diberikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kepada beberapa media Nordik.
Dia meringkas komentar Zelensky yang terdiri dari permintaan lebih banyak senjata dari pendukung Baratnya dan menjanjikan serangan balasan yang berhasil, termasuk serangan ke Crimea, sementara juga memperingatkan bahwa konflik dapat berlarut-larut selama "puluhan tahun".
Meski wawancara tersebut tampak "kontradiktif" dan "delusi", Medvedev memperingatkan, bahkan pernyataan seperti itu tidak boleh diremehkan.
"Orang tidak boleh meremehkan bahkan pidato delusi. Ini adalah manifesto histeris rezim Kiev, yang berusaha untuk mengkonsolidasikan elit Nazi, menjaga moral pasukan dan menerima dukungan tambahan dari sponsornya," kata Medvedev seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (30/4/2023).
Untuk berhasil menggagalkan rencana Kiev, kata Medvedev, Rusia harus melakukan penghancuran massal personel dan peralatan militer selama serangan balik Ukraina yang sangat digembar-gemborkan dan menimbulkan kekalahan militer maksimum pada militer Kiev.
"Pada akhirnya, rezim Nazi di Kiev harus dihancurkan seluruhnya dan didemiliterisasi di seluruh wilayah bekas Ukraina,” tambahnya.
Selain itu, tegas Medvedev, Rusia harus mengejar mereka yang berhasil melarikan diri, dan mencari pembalasan terhadap tokoh kunci rezim Nazi, terlepas dari lokasi mereka dan tanpa undang-undang pembatasan.
Dikatakan oleh Medvedev, apa pun yang kurang dari itu tidak akan cukup, kata mantan presiden itu.
“Kalau tidak, mereka tidak akan tenang, dan omong kosong kecanduan narkoba bisa berubah menjadi kenyataan dan perang akan berlarut-larut untuk waktu yang lama. Negara kita tidak membutuhkan itu,” ucap Medvedev.
Mantan presiden telah berulang kali memperingatkan Kiev terhadap segala upaya untuk merebut Semenanjung Crimea, yang memisahkan diri dari Ukraina setelah kudeta Maidan 2014 dan bergabung dengan Rusia setelah penduduk setempat sangat mendukung langkah tersebut selama referendum.
Bulan lalu, Medvedev mengeluarkan peringatan nuklir ke Kiev, memperingatkan bahwa setiap upaya serangan serius yang menargetkan semenanjung Crimea akan menjadi dasar penggunaan segala cara perlindungan, termasuk yang disediakan oleh dasar-dasar Doktrin Pencegahan Nuklir.
Medvedev, yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia, membuat pernyataan tersebut dalam sebuah postingan di Telegram pada hari Jumat. Ia mengomentari sebuah wawancara yang baru-baru ini diberikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kepada beberapa media Nordik.
Dia meringkas komentar Zelensky yang terdiri dari permintaan lebih banyak senjata dari pendukung Baratnya dan menjanjikan serangan balasan yang berhasil, termasuk serangan ke Crimea, sementara juga memperingatkan bahwa konflik dapat berlarut-larut selama "puluhan tahun".
Meski wawancara tersebut tampak "kontradiktif" dan "delusi", Medvedev memperingatkan, bahkan pernyataan seperti itu tidak boleh diremehkan.
Baca Juga
"Orang tidak boleh meremehkan bahkan pidato delusi. Ini adalah manifesto histeris rezim Kiev, yang berusaha untuk mengkonsolidasikan elit Nazi, menjaga moral pasukan dan menerima dukungan tambahan dari sponsornya," kata Medvedev seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (30/4/2023).
Untuk berhasil menggagalkan rencana Kiev, kata Medvedev, Rusia harus melakukan penghancuran massal personel dan peralatan militer selama serangan balik Ukraina yang sangat digembar-gemborkan dan menimbulkan kekalahan militer maksimum pada militer Kiev.
"Pada akhirnya, rezim Nazi di Kiev harus dihancurkan seluruhnya dan didemiliterisasi di seluruh wilayah bekas Ukraina,” tambahnya.
Selain itu, tegas Medvedev, Rusia harus mengejar mereka yang berhasil melarikan diri, dan mencari pembalasan terhadap tokoh kunci rezim Nazi, terlepas dari lokasi mereka dan tanpa undang-undang pembatasan.
Dikatakan oleh Medvedev, apa pun yang kurang dari itu tidak akan cukup, kata mantan presiden itu.
“Kalau tidak, mereka tidak akan tenang, dan omong kosong kecanduan narkoba bisa berubah menjadi kenyataan dan perang akan berlarut-larut untuk waktu yang lama. Negara kita tidak membutuhkan itu,” ucap Medvedev.
Mantan presiden telah berulang kali memperingatkan Kiev terhadap segala upaya untuk merebut Semenanjung Crimea, yang memisahkan diri dari Ukraina setelah kudeta Maidan 2014 dan bergabung dengan Rusia setelah penduduk setempat sangat mendukung langkah tersebut selama referendum.
Bulan lalu, Medvedev mengeluarkan peringatan nuklir ke Kiev, memperingatkan bahwa setiap upaya serangan serius yang menargetkan semenanjung Crimea akan menjadi dasar penggunaan segala cara perlindungan, termasuk yang disediakan oleh dasar-dasar Doktrin Pencegahan Nuklir.
(ian)
tulis komentar anda