Ajudan Zelensky: Semua Orang Rusia Harus Diberantas di Crimea
Jum'at, 07 April 2023 - 17:26 WIB
KIEV - Budaya Rusia akan terlarang di Crimea jika Ukraina mendapatkan kembali kendali atas semenanjung itu. Janji itu diungkapkan Mikhail Podoliak, ajudan senior Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Podoliak menambahkan Kiev berencana menjatuhkan hukuman kepada pemegang paspor Rusia dan "para pengkhianat" lainnya yang tinggal di wilayah tersebut.
“Begitu kita masuk, kita harus memberantas semua yang berbau Rusia di Crimea,” ujar Podoliak dalam wawancara dengan RFE/RL yang dikendalikan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan pada Rabu (5/4/2023).
Dia berargumen wilayah yang mayoritas berbahasa Rusia itu seharusnya menjadi bagian dari "ruang budaya Ukraina".
Mengakui pandangannya termasuk yang paling radikal dalam kepemimpinan di Kiev, Podoliak menegaskan penduduk Crimea tidak akan bisa membaca sastra Rusia atau menonton film Rusia, apalagi berbicara bahasa Rusia di depan umum.
Sebaliknya, bahasa itu hanya akan diizinkan secara pribadi, menurut pejabat Ukraina itu. Menurut Podoliak, mereka yang menolak untuk patuh harus pergi.
Penduduk setempat juga akan menghadapi penyelidikan massal dan “hukuman hukum” bagi siapa saja yang telah beralih dari kewarganegaraan Ukraina ke Rusia, serta mereka yang dianggap sebagai “kolaborator dan pengkhianat” oleh otoritas Ukraina.
Podoliak berpendapat proses tersebut, yang dia gambarkan sebagai “langkah-langkah stabilisasi yang sangat kuat”, akan sulit.
“Kita harus menghancurkan semuanya,” ujar dia sehubungan dengan identitas warga Rusia Crimea.
Ajudan presiden menyatakan keyakinannya bahwa pasukan Ukraina akan merebut kembali semenanjung itu dalam waktu tujuh bulan.
Dia mengklaim pandangannya "diverifikasi secara matematis" dan Rusia tidak memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mempertahankan wilayah tersebut.
Namun, Podoliak tidak mengesampingkan negosiasi antara Kiev dan Moskow tentang Crimea, asalkan Kremlin terlebih dahulu menarik pasukannya dari wilayah yang diklaim Ukraina sebagai miliknya.
Crimea telah menjadi bagian dari Rusia sejak 2014, ketika penduduk memilih bersatu kembali dengan Moskow segera setelah kudeta Maidan di Kiev.
Ada ketakutan di antara mayoritas etnis Rusia di semenanjung itu bahwa kaum nasionalis Ukraina yang berkuasa di Kiev akan mencoba memaksakan bahasa dan budaya mereka secara paksa kepada mereka.
Semenanjung ini secara historis merupakan bagian dari Rusia sejak 1783, dan baru dialihkan ke kendali administratif Kiev oleh otoritas Soviet pada 1954.
Podoliak menambahkan Kiev berencana menjatuhkan hukuman kepada pemegang paspor Rusia dan "para pengkhianat" lainnya yang tinggal di wilayah tersebut.
“Begitu kita masuk, kita harus memberantas semua yang berbau Rusia di Crimea,” ujar Podoliak dalam wawancara dengan RFE/RL yang dikendalikan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan pada Rabu (5/4/2023).
Dia berargumen wilayah yang mayoritas berbahasa Rusia itu seharusnya menjadi bagian dari "ruang budaya Ukraina".
Mengakui pandangannya termasuk yang paling radikal dalam kepemimpinan di Kiev, Podoliak menegaskan penduduk Crimea tidak akan bisa membaca sastra Rusia atau menonton film Rusia, apalagi berbicara bahasa Rusia di depan umum.
Sebaliknya, bahasa itu hanya akan diizinkan secara pribadi, menurut pejabat Ukraina itu. Menurut Podoliak, mereka yang menolak untuk patuh harus pergi.
Penduduk setempat juga akan menghadapi penyelidikan massal dan “hukuman hukum” bagi siapa saja yang telah beralih dari kewarganegaraan Ukraina ke Rusia, serta mereka yang dianggap sebagai “kolaborator dan pengkhianat” oleh otoritas Ukraina.
Podoliak berpendapat proses tersebut, yang dia gambarkan sebagai “langkah-langkah stabilisasi yang sangat kuat”, akan sulit.
“Kita harus menghancurkan semuanya,” ujar dia sehubungan dengan identitas warga Rusia Crimea.
Ajudan presiden menyatakan keyakinannya bahwa pasukan Ukraina akan merebut kembali semenanjung itu dalam waktu tujuh bulan.
Dia mengklaim pandangannya "diverifikasi secara matematis" dan Rusia tidak memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mempertahankan wilayah tersebut.
Namun, Podoliak tidak mengesampingkan negosiasi antara Kiev dan Moskow tentang Crimea, asalkan Kremlin terlebih dahulu menarik pasukannya dari wilayah yang diklaim Ukraina sebagai miliknya.
Crimea telah menjadi bagian dari Rusia sejak 2014, ketika penduduk memilih bersatu kembali dengan Moskow segera setelah kudeta Maidan di Kiev.
Ada ketakutan di antara mayoritas etnis Rusia di semenanjung itu bahwa kaum nasionalis Ukraina yang berkuasa di Kiev akan mencoba memaksakan bahasa dan budaya mereka secara paksa kepada mereka.
Semenanjung ini secara historis merupakan bagian dari Rusia sejak 1783, dan baru dialihkan ke kendali administratif Kiev oleh otoritas Soviet pada 1954.
(sya)
tulis komentar anda