Korut kepada AS: Paksa Pyongyang Serahkan Senjata Nuklir Berarti Deklarasi Perang!
Kamis, 23 Maret 2023 - 07:40 WIB
PYONGYANG - Pemerintah Korea Utara (Korut) telah memperingatkan Amerika Serikat (AS) bahwa setiap upaya untuk memaksa Pyongyang untuk menyerahkan senjata nuklir akan dianggap sebagai deklarasi perang.
Peringatan itu disampaikan Cho Chul-soo, seorang direktur di Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
"Memaksa DPRK untuk menyerahkan senjata nuklir adalah deklarasi perang," katanya, menggunakan singkatan dari nama resmi Korea Utara; Democratic People's Republic of Korea.
Komentar itu sebagai respons atas Perwakilan AS di PBB, Linda Thomas-Greenfield, yang menyebutkan denuklirisasi lengkap semenanjung Korea sebagai tujuan Washington.
"Perwakilan AS untuk PBB sekali lagi mempertaruhkan pelaksanaan hak kami untuk membela diri, berdebat panjang lebar tentang yang lama (Denuklirisasi Lengkap, Dapat Diverifikasi, Tidak Dapat Dibalikkan) dan semacam 'situasi hak asasi manusia'," paparnya, seperti dikutip dari media pemerintah Korea Utara; KCNA, Kamis (23/3/2023).
“Semakin AS menggelar arena pura-pura melawan DPRK di arena PBB, semakin hanya akan mengekspos kegagalan diplomasi ala AS kepada dunia, yang anakronistik, tidak realistis, dan kacau," ujarnya.
"Thomas-Greenfield mungkin berpikir bahwa dia telah 'berjuang' untuk kepentingan nasional Amerika Serikat, tetapi kenyataannya, dia harus sadar bahwa dia hanya melakukan hal-hal tercela yang sangat merusak citra pemerintahan AS," imbuh Cho.
Cho juga mengancam bahwa kekuatan apa pun yang melawan senjata nuklir Korea Utara akan ditangani dengan tegas.
"Bahkan hari ini, komunitas internasional menyaksikan dengan kemarahan dan rasa sakit atas kejahatan AS terhadap kemanusiaan," katanya.
“Sekarang, berapa banyak lagi negara yang diinvasi dan berapa banyak lagi orang yang harus menumpahkan darah sebelum kesombongan dan kesewenang-wenangan imperialis AS akan berhenti," lanjut dia.
“Bahkan beberapa hari yang lalu, saya memperingatkan bahwa Thomas-Greenfield pasti akan menyesali situasinya hanya sebagai pion dan antek substansi Amerika Serikat sehubungan dengan keberaniannya mempertaruhkan situasi hak asasi manusia kami."
Sebelumnya, Korea Utara mensimulasikan serangan balik nuklir selama dua hari dalam latihan militer yang mencakup penembakan rudal.
Latihan itu melihat DPRK mempersiapkan serangan ke Korea Selatan, dan menandai demonstrasi rudal kelimanya bulan ini.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan kepada militernya untuk mengadakan lebih banyak latihan untuk mempertajam kesiapan perang kekuatan nuklirnya dalam menghadapi apa yang dia sebut "agresi" negara-negara musuh.
Peringatan itu disampaikan Cho Chul-soo, seorang direktur di Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
"Memaksa DPRK untuk menyerahkan senjata nuklir adalah deklarasi perang," katanya, menggunakan singkatan dari nama resmi Korea Utara; Democratic People's Republic of Korea.
Komentar itu sebagai respons atas Perwakilan AS di PBB, Linda Thomas-Greenfield, yang menyebutkan denuklirisasi lengkap semenanjung Korea sebagai tujuan Washington.
"Perwakilan AS untuk PBB sekali lagi mempertaruhkan pelaksanaan hak kami untuk membela diri, berdebat panjang lebar tentang yang lama (Denuklirisasi Lengkap, Dapat Diverifikasi, Tidak Dapat Dibalikkan) dan semacam 'situasi hak asasi manusia'," paparnya, seperti dikutip dari media pemerintah Korea Utara; KCNA, Kamis (23/3/2023).
“Semakin AS menggelar arena pura-pura melawan DPRK di arena PBB, semakin hanya akan mengekspos kegagalan diplomasi ala AS kepada dunia, yang anakronistik, tidak realistis, dan kacau," ujarnya.
"Thomas-Greenfield mungkin berpikir bahwa dia telah 'berjuang' untuk kepentingan nasional Amerika Serikat, tetapi kenyataannya, dia harus sadar bahwa dia hanya melakukan hal-hal tercela yang sangat merusak citra pemerintahan AS," imbuh Cho.
Cho juga mengancam bahwa kekuatan apa pun yang melawan senjata nuklir Korea Utara akan ditangani dengan tegas.
"Bahkan hari ini, komunitas internasional menyaksikan dengan kemarahan dan rasa sakit atas kejahatan AS terhadap kemanusiaan," katanya.
“Sekarang, berapa banyak lagi negara yang diinvasi dan berapa banyak lagi orang yang harus menumpahkan darah sebelum kesombongan dan kesewenang-wenangan imperialis AS akan berhenti," lanjut dia.
“Bahkan beberapa hari yang lalu, saya memperingatkan bahwa Thomas-Greenfield pasti akan menyesali situasinya hanya sebagai pion dan antek substansi Amerika Serikat sehubungan dengan keberaniannya mempertaruhkan situasi hak asasi manusia kami."
Sebelumnya, Korea Utara mensimulasikan serangan balik nuklir selama dua hari dalam latihan militer yang mencakup penembakan rudal.
Latihan itu melihat DPRK mempersiapkan serangan ke Korea Selatan, dan menandai demonstrasi rudal kelimanya bulan ini.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan kepada militernya untuk mengadakan lebih banyak latihan untuk mempertajam kesiapan perang kekuatan nuklirnya dalam menghadapi apa yang dia sebut "agresi" negara-negara musuh.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda