Kata Eks Komandan NATO, Ini 3 Alasan Putin Gempur Ukraina dengan Rudal Hipersonik Kinzhal
Sabtu, 11 Maret 2023 - 03:43 WIB
KIEV - Mantan komandan NATO James Stavridis menyebutkantiga kemungkinan alasan pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin menggempur Ukraina dengan rudal hipersonik Kinzhal.
Militer Moskow telah menghujani kota-kota di Ukraina dengan sekitar 81 rudal sepanjang hari Kamis lalu. Alasannya sebagai balas dendam atas serangan terhadap wilayah Bryansk, Rusia.
Dari 81 misil yang menggempur Ukraina, enam di antaranya diketahui sebagai rudal hipersonik Kinzhal. Enam warga sipil Ukraina tewas dan militer Kiev mengeklaim telah menembak jatuh 34 misil Rusia.
Pembawa acara The Press; Chuck Todd, bertanya kepada Stavridis apakah dia melihat penggunaan Kinzhal sebagai bukti bahwa pasukan Putin kehabisan rudal.
Mantan komandan NATO itu tidak mengesampingkan itu sebagai satu kemungkinan, tetapi dia juga memberikan penjelasan demonstratif mengapa pasukan Putin menggunakan rudal hipersonik tersebut.
“Rusia suka memamerkan kemampuan [rudal] hipersonik mereka. Mereka sedang berperang, inilah kesempatan untuk melakukannya,” kata Stavridis, menambahkan bahwa pasukan Moskow tidak memiliki banyak rudal Kinzhal yang tersisa.
Klaim bahwa Moskow kehabisan rudal hipersonik Kinzhal tidak dapat diverifikasi secara independen. Namun Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina Vadym Skibitsky mengatakan kepada RBC pada bulan Januari bahwa pasokan rudal presisi tinggi Rusia, termasuk Kh-101, Kh-555 dan rudal Kalibr, hampir habis.
Stavridis memberikan tiga kemungkinan alasan mengapa Rusia menggunakan rudal hipersonik Kinzhal sekarang, meskipun mungkin tidak banyak stoknya.
"Jadi untuk menembak enam dari mereka dalam satu malam: A. Mereka benar-benar kehabisan [amunisi], B. Mereka berusaha untuk menunjukkan kemampuan mereka dan, C. Mereka benar-benar ingin mengejar [penghancuran] jaringan listrik, terutama selama bulan-bulan musim dingin karena mereka merasa—saya pikir sangat tidak benar—bahwa pada akhirnya itu akan menjadi jalan untuk mematahkan harapan rakyat Ukraina," kata Stavridis.
Pakar lain berpikir penggunaan rudal hipersonik Kinzhal yang berteknologi canggih terhadp seluruh Ukraina dapat mengubah secara mendasar dinamika perang, kemungkinan meningkatkan konflik di Ukraina.
“Penggunaan rudal hipersonik jelas merupakan langkah eskalasi oleh Rusia,” kata mantan Kolonel Angkatan Udara dan pakar pertahanan Jeff Fischer kepada Newsweek.
"Kh-47M2 secara mendasar mengubah perang. Kemungkinan Ukraina tidak dapat melawannya. Selanjutnya, ini juga merupakan tantangan bagi Amerika Serikat. Pada Mei 2022, Presiden Joe Biden mengomentari Kh-47M2, dengan mengatakan bahwa rudal itu 'hampir tidak mungkin dihentikan'," paparnya, yang dilansir Newsweek, Sabtu (11/3/2023).
Seorang pejabat Ukraina mengeklaim bahwa rudal hipersonik Kinzhal memiliki kemampuan untuk menghindari pertahanan udara Kiev, dan karena itu menimbulkan kekhawatiran.
"Ini adalah serangan yang saya tidak ingat pernah melihatnya sebelumnya," kata Yurii Ihnat, juru bicara Komando Angkatan Udara Ukraina, di televisi pemerintah Ukraina.
"Sejauh ini, kami tidak memiliki kemampuan untuk melawan senjata-senjata ini," ujarnya.
Namun, pejabat Ukraina itu mengatakan bahwa rudal hipersonik Kinzhal dapat ditembak jatuh dengan sistem pertahanan Patriot Amerika Serikat. Hanya saja, Ukraina belum menerimanya meskipun pasukannya telah dilatih oleh militer Amerika tentang cara menggunakan mesin tersebut.
AS awalnya menyetujui untuk mengirim sistem pertahanan Patriot ke Ukraina pada bulan Desember lalu, tetapi sekarang batas waktu pengiriman masih belum diketahui.
“Kami tidak dapat memberikan garis waktu khusus untuk pengiriman untuk alasan keamanan operasional," kata juru bicara Departemen Pertahanan AS Garron Garn kepada Newsweek. "AS memfasilitasi pelatihan Patriot untuk sekitar 65 tentara Ukraina di Fort Sill, Oklahoma."
Militer Moskow telah menghujani kota-kota di Ukraina dengan sekitar 81 rudal sepanjang hari Kamis lalu. Alasannya sebagai balas dendam atas serangan terhadap wilayah Bryansk, Rusia.
Dari 81 misil yang menggempur Ukraina, enam di antaranya diketahui sebagai rudal hipersonik Kinzhal. Enam warga sipil Ukraina tewas dan militer Kiev mengeklaim telah menembak jatuh 34 misil Rusia.
Pembawa acara The Press; Chuck Todd, bertanya kepada Stavridis apakah dia melihat penggunaan Kinzhal sebagai bukti bahwa pasukan Putin kehabisan rudal.
Mantan komandan NATO itu tidak mengesampingkan itu sebagai satu kemungkinan, tetapi dia juga memberikan penjelasan demonstratif mengapa pasukan Putin menggunakan rudal hipersonik tersebut.
“Rusia suka memamerkan kemampuan [rudal] hipersonik mereka. Mereka sedang berperang, inilah kesempatan untuk melakukannya,” kata Stavridis, menambahkan bahwa pasukan Moskow tidak memiliki banyak rudal Kinzhal yang tersisa.
Klaim bahwa Moskow kehabisan rudal hipersonik Kinzhal tidak dapat diverifikasi secara independen. Namun Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina Vadym Skibitsky mengatakan kepada RBC pada bulan Januari bahwa pasokan rudal presisi tinggi Rusia, termasuk Kh-101, Kh-555 dan rudal Kalibr, hampir habis.
Stavridis memberikan tiga kemungkinan alasan mengapa Rusia menggunakan rudal hipersonik Kinzhal sekarang, meskipun mungkin tidak banyak stoknya.
"Jadi untuk menembak enam dari mereka dalam satu malam: A. Mereka benar-benar kehabisan [amunisi], B. Mereka berusaha untuk menunjukkan kemampuan mereka dan, C. Mereka benar-benar ingin mengejar [penghancuran] jaringan listrik, terutama selama bulan-bulan musim dingin karena mereka merasa—saya pikir sangat tidak benar—bahwa pada akhirnya itu akan menjadi jalan untuk mematahkan harapan rakyat Ukraina," kata Stavridis.
Pakar lain berpikir penggunaan rudal hipersonik Kinzhal yang berteknologi canggih terhadp seluruh Ukraina dapat mengubah secara mendasar dinamika perang, kemungkinan meningkatkan konflik di Ukraina.
“Penggunaan rudal hipersonik jelas merupakan langkah eskalasi oleh Rusia,” kata mantan Kolonel Angkatan Udara dan pakar pertahanan Jeff Fischer kepada Newsweek.
"Kh-47M2 secara mendasar mengubah perang. Kemungkinan Ukraina tidak dapat melawannya. Selanjutnya, ini juga merupakan tantangan bagi Amerika Serikat. Pada Mei 2022, Presiden Joe Biden mengomentari Kh-47M2, dengan mengatakan bahwa rudal itu 'hampir tidak mungkin dihentikan'," paparnya, yang dilansir Newsweek, Sabtu (11/3/2023).
Seorang pejabat Ukraina mengeklaim bahwa rudal hipersonik Kinzhal memiliki kemampuan untuk menghindari pertahanan udara Kiev, dan karena itu menimbulkan kekhawatiran.
"Ini adalah serangan yang saya tidak ingat pernah melihatnya sebelumnya," kata Yurii Ihnat, juru bicara Komando Angkatan Udara Ukraina, di televisi pemerintah Ukraina.
"Sejauh ini, kami tidak memiliki kemampuan untuk melawan senjata-senjata ini," ujarnya.
Namun, pejabat Ukraina itu mengatakan bahwa rudal hipersonik Kinzhal dapat ditembak jatuh dengan sistem pertahanan Patriot Amerika Serikat. Hanya saja, Ukraina belum menerimanya meskipun pasukannya telah dilatih oleh militer Amerika tentang cara menggunakan mesin tersebut.
AS awalnya menyetujui untuk mengirim sistem pertahanan Patriot ke Ukraina pada bulan Desember lalu, tetapi sekarang batas waktu pengiriman masih belum diketahui.
“Kami tidak dapat memberikan garis waktu khusus untuk pengiriman untuk alasan keamanan operasional," kata juru bicara Departemen Pertahanan AS Garron Garn kepada Newsweek. "AS memfasilitasi pelatihan Patriot untuk sekitar 65 tentara Ukraina di Fort Sill, Oklahoma."
(min)
tulis komentar anda