Abaikan Kemarahan Rusia, Ukraina akan Gabung NATO
A
A
A
KIEV - Ukraina mengabaikan kemarahan Rusia dan nekat akan bergabung dengan NATO. Komitmen itu muncul bertepatan dengan setahun protes besar pertama yang memicu krisis Ukraina.
Pada 21 November tahun lalu, sekitar 100 demonstran tewas dalam kerusuhan di Independence Square di Ibu Kota Kiev. Para demonstran menghendaki Ukraina yang saat itu dipimpin Presiden Victor Yanukovych bergabung dengan Uni Eropa.
Namun, tuntutan itu ditolak dan berujung pada penggulingan Yanukovych yang pro-Rusia. Digulingkannya Yanukovych, justru menjadi awal krisis baru di Ukraina, di mana wilayah Crimea memilih gabung dengan Rusia yang disusul kemudian wilayah Ukraina timur yang hingga saat ini masih begejolak.
Pada saat rakyat Ukraina menangis dan meletakkan bunga untuk mengenang pada demonstran yang tewas, para pemimpin Ukraina, seperti dikutip RT, Sabtu (22/11/2014), menegaskan, bahwa bergabung dengan NATO telah jadi prioritas. (Baca: Rusia Desak Ukraina tak Gabung NATO)
Lima fraksi politik di Ukraina kompak setuju bahwa Ukraina bergabung dengan NATO. Koalisi fraksi-fraksi itu dipimpin antara lain Presiden Petro Poroshenko, Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk dan mantan perdana menteri Yulia Tymoshenko.
Pemerintah Rusia sebelumnya telah memperingatkan Ukraina untuk tidak bergabung dengan NATO dan tetap dengan statusnya yang non-blok. Status Ukraina yang netral dianggap Rusia lebih menguntungkan negara itu.
”Tidak ada keraguan bahwa status non-blok (Ukraina) saat ini sangat penting. Tidak hanya dari sudut pandang untuk memastikan stabilitas di Atlantik Eropa, tetapi juga dari sudut pandang kepentingan nasional dari warga Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.
Pada 21 November tahun lalu, sekitar 100 demonstran tewas dalam kerusuhan di Independence Square di Ibu Kota Kiev. Para demonstran menghendaki Ukraina yang saat itu dipimpin Presiden Victor Yanukovych bergabung dengan Uni Eropa.
Namun, tuntutan itu ditolak dan berujung pada penggulingan Yanukovych yang pro-Rusia. Digulingkannya Yanukovych, justru menjadi awal krisis baru di Ukraina, di mana wilayah Crimea memilih gabung dengan Rusia yang disusul kemudian wilayah Ukraina timur yang hingga saat ini masih begejolak.
Pada saat rakyat Ukraina menangis dan meletakkan bunga untuk mengenang pada demonstran yang tewas, para pemimpin Ukraina, seperti dikutip RT, Sabtu (22/11/2014), menegaskan, bahwa bergabung dengan NATO telah jadi prioritas. (Baca: Rusia Desak Ukraina tak Gabung NATO)
Lima fraksi politik di Ukraina kompak setuju bahwa Ukraina bergabung dengan NATO. Koalisi fraksi-fraksi itu dipimpin antara lain Presiden Petro Poroshenko, Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk dan mantan perdana menteri Yulia Tymoshenko.
Pemerintah Rusia sebelumnya telah memperingatkan Ukraina untuk tidak bergabung dengan NATO dan tetap dengan statusnya yang non-blok. Status Ukraina yang netral dianggap Rusia lebih menguntungkan negara itu.
”Tidak ada keraguan bahwa status non-blok (Ukraina) saat ini sangat penting. Tidak hanya dari sudut pandang untuk memastikan stabilitas di Atlantik Eropa, tetapi juga dari sudut pandang kepentingan nasional dari warga Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.
(mas)