Iran akan Hukum Para Pemberontak Norma
A
A
A
TEHERAN - Salah seorang Kepala Staf Angaatan Bersenjata Iran menyatakan, pihaknya siap menghukum para pemberontak moral dan budaya. Hal ini dilakukan setelah banyaknya kampanye menolak kewajiban penggunaan hijab di Iran.
Melansir Al Arabiya, Rabu (16/7/2014), menurut staf tersebut, kampanye tersebut merupakan pelanggaran terhadap kewajiban berhijab. “Kampanye ini adalah perang lunak terhadap negara, dan mendorong pemberontakan terhadap nilai-nilai negara dan hukum agama,” ucap kepala staf itu dalam sebuah pernyataan.
“Perang lunak terhadap Iran ini dimulai dengan menargetkan kesucian dari jilbab melalui media dan jaringan satelit. Para warga gagal mematuhi nasihat dari pemimpin tertinggi Iran mengenai "serangan budaya yang menargetkan negara,” pernyataan tersebut menambahkan.
“Semua warga (Iran) harus bersedia untuk mempertahankan nilai-nilai budaya dan agama dan menghadapi mereka yang melakukan pemberontakan, serta melanggar kesucian dan hukum agama,” ucapnya.
Masalah penggunaan hijab kerap terjadi di musim panas, ketika para wanita biasanya hanya menggunakan hijab seadanya. Para ulama konservatif bersikeras akan menghukum wanita yang gagal untuk mematuhi hukum jilbab tradisional.
Di bawah hukum Islam yang berlaku di Iran sejak Revolusi Islam tahun 1979, para wanita diharuskan memakai pakaian yang longgar dan menggunakan hijab. Para wanita harus memakan hijab yang menutupi rambut dan leher.
Melansir Al Arabiya, Rabu (16/7/2014), menurut staf tersebut, kampanye tersebut merupakan pelanggaran terhadap kewajiban berhijab. “Kampanye ini adalah perang lunak terhadap negara, dan mendorong pemberontakan terhadap nilai-nilai negara dan hukum agama,” ucap kepala staf itu dalam sebuah pernyataan.
“Perang lunak terhadap Iran ini dimulai dengan menargetkan kesucian dari jilbab melalui media dan jaringan satelit. Para warga gagal mematuhi nasihat dari pemimpin tertinggi Iran mengenai "serangan budaya yang menargetkan negara,” pernyataan tersebut menambahkan.
“Semua warga (Iran) harus bersedia untuk mempertahankan nilai-nilai budaya dan agama dan menghadapi mereka yang melakukan pemberontakan, serta melanggar kesucian dan hukum agama,” ucapnya.
Masalah penggunaan hijab kerap terjadi di musim panas, ketika para wanita biasanya hanya menggunakan hijab seadanya. Para ulama konservatif bersikeras akan menghukum wanita yang gagal untuk mematuhi hukum jilbab tradisional.
Di bawah hukum Islam yang berlaku di Iran sejak Revolusi Islam tahun 1979, para wanita diharuskan memakai pakaian yang longgar dan menggunakan hijab. Para wanita harus memakan hijab yang menutupi rambut dan leher.
(esn)