Aktivis Uighhur: Larangan Puasa di Xinjiang Picu Konflik
A
A
A
XINJIANG - Para aktivis Muslim Uighur yang ada di pengasingan mengecam larangan berpuasa Ramadan bagi Muslim di Xinjiang oleh pemerintah China. Larangan itu, dianggap akan akan memicu banyak konflik di Xinjiang.
Juru bicara Kongres Uighur Dunia, Dilxadi Rexiti, yang berada di pengasingan menuduh, pemerintah China juga mendorong warga Muslim Uighur untuk menyantap makanan gratis yang mereka bagikan saat berpuasa. Makanan gratis itu diberikan pada hari Senin lalu, dan aktivitas warga Xinjiang terus diawasi.
”(Pemerintah) China mengambil langkah-langkah koersif semacam ini. Mengekang iman warga Uighur seperti itu akan menciptakan lebih banyak konflik,” ucapnya, seperti dilansir Sydney Morning Herlad, Kamis (3/7/2014). (Baca: China Larang Muslim Xinjiang Puasa Tuai Kecaman)
”Kami menyerukan kepada (pemerintah) China untuk menjamin kebebasan beragama bagi warga Uighur dan menghentikan aksi represi politik saat Ramadan,” lanjut dia. Larangan berpuasa bagi Muslim di Xinjiang itu juga dikecam kelompok hak asasi manusia.
Sebelumnya, diberitakan bahwa warga Muslim di wilayah Xinjiang, China, yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dilarang berpuasa Ramadan oleh lembaga pemerintah China. Larangan puasa Ramadan yang dikeluarkan kemarin, juga berlaku untuk mahasiswa dan pengajar.
Larangan itu muncul di website universitas negeri setempat.”Mereka menegakkan larangan anggota partai (komunis), guru, dan orang-orang muda mengambil bagian dalam kegiatan Ramadan,” demikian pemberitaan Al Arabiya, kemarin mengutip keterangan di website kampus itu.
”Kami mengingatkan semua orang bahwa mereka tidak diperbolehkan untuk puasa Ramadan,” lanjut keterangan itu. Biro cuaca di Qaraqash, Xinjiang barat dalam website-nya juga mengeluarkan larangan serupa.
”Sesuai dengan instruksi dari otoritas yang lebih tinggi, (kami) menyerukan kepada semuanya pada saat ini, termasuk staf pensiunan untuk tidak berpuasa selama bulan Ramadan,” bunyi pengumuman itu.
Juru bicara Kongres Uighur Dunia, Dilxadi Rexiti, yang berada di pengasingan menuduh, pemerintah China juga mendorong warga Muslim Uighur untuk menyantap makanan gratis yang mereka bagikan saat berpuasa. Makanan gratis itu diberikan pada hari Senin lalu, dan aktivitas warga Xinjiang terus diawasi.
”(Pemerintah) China mengambil langkah-langkah koersif semacam ini. Mengekang iman warga Uighur seperti itu akan menciptakan lebih banyak konflik,” ucapnya, seperti dilansir Sydney Morning Herlad, Kamis (3/7/2014). (Baca: China Larang Muslim Xinjiang Puasa Tuai Kecaman)
”Kami menyerukan kepada (pemerintah) China untuk menjamin kebebasan beragama bagi warga Uighur dan menghentikan aksi represi politik saat Ramadan,” lanjut dia. Larangan berpuasa bagi Muslim di Xinjiang itu juga dikecam kelompok hak asasi manusia.
Sebelumnya, diberitakan bahwa warga Muslim di wilayah Xinjiang, China, yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dilarang berpuasa Ramadan oleh lembaga pemerintah China. Larangan puasa Ramadan yang dikeluarkan kemarin, juga berlaku untuk mahasiswa dan pengajar.
Larangan itu muncul di website universitas negeri setempat.”Mereka menegakkan larangan anggota partai (komunis), guru, dan orang-orang muda mengambil bagian dalam kegiatan Ramadan,” demikian pemberitaan Al Arabiya, kemarin mengutip keterangan di website kampus itu.
”Kami mengingatkan semua orang bahwa mereka tidak diperbolehkan untuk puasa Ramadan,” lanjut keterangan itu. Biro cuaca di Qaraqash, Xinjiang barat dalam website-nya juga mengeluarkan larangan serupa.
”Sesuai dengan instruksi dari otoritas yang lebih tinggi, (kami) menyerukan kepada semuanya pada saat ini, termasuk staf pensiunan untuk tidak berpuasa selama bulan Ramadan,” bunyi pengumuman itu.
(mas)